Nicky Sinten

Sabtu, 13 Desember 2014

Derita Seorang Janda Kesepian




Hai, perkenankan aku untuk sedikit bercerita tentang pengalamanku pertama kali dengan teman kantorku, Deni. Saat ini aku sedang gemar berinternet ria di kantorku, aku adalah seorang janda, orang bilang aku cantik, tinggiku 1.68 cm, kulitku putih mulus dengan ukuran tubuh 34/29/37, yah buah dadaku memang tidak begitu besar dibandingkan dengan tinggi tubuhku, tapi aku punya pinggul yang sangat menggiurkan. Banyak pria yang pernah tidur denganku yang mengatakan demikian. Dulu aku pernah menikah selama tiga tahun. Baru saja aku bercerai karena suamiku itu main serong dengan ibu dan kakak kandungku sendiri. Sekarang aku masih bekerja di salah satu BUMN ternama. Dua minggu yang lalu aku sempat berkencan dengan teman kantorku di sebuah motel di Jakarta Selatan. Saat itu aku sedang bingung karena kehabisan uang untuk bayar berbagai tagihan-tagihan. Setelah aku ketemu Deni, dia mau meminjamkan uangnya kepadaku sebanyak tiga juta setengah, tapi dengan syarat dia ingin tidur denganku. Aku terkejut tapi lalu aku mengiyakan saja daripada aku tidak dapat uangnya. Ditambah lagi Deni itu lumayan ganteng.

Hari Jum’at sepulang kantor aku dijemput olehnya, lalu kami pergi ke Motel Pondok Nirwana. Sampai disana dia langsung menerkamku. Buah dadaku diremas-remas sampai sedikit ngilu. Lalu bajuku semua dibukanya, aku telanjang bulat dihadapannya dan dia memandangku sambil tersenyum penuh nafsu. Lalu aku berbaring sambil menutupi tubuhku dengan bantal. Setelah dia membuka seluruh bajunya aku sempat terkejut memandangi batang penisnya yang cukup panjang, lebih panjang dari mantan suamiku, apalagi si Angga, Maxy dan Budi mantan-mantan pacarku. Aku sebenarnya sangat tidak menyukai oral seks, tapi untuk yang satu ini, aku ingin melumatnya habis kedalam mulutku. Aku tertegun sambil memegang batang penisnya, karena sangat panjang, kupegang dengan dua tangan saja kepala penisnya masih kelihatan. Kukocok-kocok penis besar milik Deni ini sambil kujilat-jilat kepala penisnya, lalu kumasukkan kedalam mulutku. Uppss.. tidak cukup semuanya baru setengah saja sudah menyentuh amandelku. Tiba-tiba Deni menjerit pelan dan terasa cairan hangat dan encer membasahi rongga mulutku. Aku kaget lalu kukeluarkan batang penisnya lalu bangun dan berlari kecil ke kamar mandi untuk membuang air maninya dan membersihkan mulutku. Setelah gosok gigi dan merasa bersih, aku kembali ke tempat tidur. Kulihat Deni telah tidur tengkurap dan tidak bergeming. Aku sedikit kecewa ternyata dia ejakulasi prematur. Baru kuhisap sekali-dua kali saja sudah keluar. Lalu sekarang tertidur lemas tak berdaya.. payah!! laki-laki egois!!

Tiba-tiba aku ingat dan kangen sekali pada bekas suamiku, dia adalah laki-laki yang sangat perkasa yang pernah meniduri diriku, aku belum pernah bersetubuh dengan laki-laki yang bisa membuatku keluar lebih dari sekali. Kecuali Mas-ku itu, sayang aku telah bercerai darinya padahal aku sangat mencintainya. Gara-gara kami sering bertengkar setelah aku pernah memergokinya di kamar kami, ketika itu kulihat dia sedang duduk di pinggir tempat tidur sambil batang penisnya dihisap dan dijilat-jilat oleh ibuku sendiri. Kami sekeluarga bertengkar hebat, tetapi Mas-ku itu dibela dan didukung oleh ibu dan kakakku, terakhir yang kutahu ternyata selain ibuku, kakakku juga sering menikmati tubuh suamiku. Aku lantas mengultimatum keluargaku, aku boleh bercerai atau jika tidak aku yang pergi dari rumah ini. Akhirnya semuanya mengalah, kami pun bercerai. Namun hingga saat ini mantan suamiku masih sering datang ke rumah, terutama bila ayahku sedang berada di rumah istri mudanya. Aku tahu apa yang sering dilakukannya bila di rumahku, bahkan aku pernah memergoki kemudian mengintip mantan suamiku dan ibuku serta kakakku bergumul hebat tanpa busana di ranjang kakakku.
Saat ini betapa aku sangat merindukan perlindungan dan belaian kasih sayang dari seorang laki-laki yang cukup jantan, yang hanya mau memuaskan hasratku saja, tidak tergiur oleh godaan dan rangsangan ibu dan kakakku.

Jumat, 12 Desember 2014

Mbak Ira, Suster Cantikku



Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu
saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya
masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan
asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki
pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita
ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini
adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat
ini.

Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak
tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit
dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit
hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa
hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan
merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha
pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya
lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas
kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan.
Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari
tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk
berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya
sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak
panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup
luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa
pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang
sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum
mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku
untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang
kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke
kamarku.
"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu
tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang
terlihat montok dan menggiurkan.
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin
karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak
mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari
ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu
ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun
dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat
sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang
Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah
boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku
seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku
membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan
menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong
sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien
rumah sakit yang tipis itu.
"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih,
pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku
yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya
cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku
dengan selimut.
"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem
kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis
itu.
"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa
lengket mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban mbak
kerja disini. Tapi mbak bener-bener ngga berani kalau pak
dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah
memancing gairahku.
"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu mbak ngga boleh sembarangan
ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat
"nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum
pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu,
kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja
disamping tempat tidurku.
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa
lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan
melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang.
Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap
bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa
membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira
kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya
dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak,
terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa
terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak
membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani
sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.
Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh
tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin
kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak
mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku
melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu
meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan
bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian mbak Ira menyuruhku membalikkan badan.
Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali
melihat kontolku yang ereksi.
"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri,
sayapun membalikkan tubuhku.
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku,
rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung
mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku
dengan memejamkan mata.
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan
sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya
benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali
telapak tangannya menyentuh putingku.
"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.
"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar
ucapannya ini.
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar
terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih
keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa,
cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma
tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin
berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan
memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan
sesekali dicubitnya putingku.
"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau
putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari
nakalnya.
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu
sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh mbak Ira, satu sisi
saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin
saja tiba-tiba masuk.

"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya mbak Ira kepadaku.
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah
mana dia akan berbicara.
"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.
"Belum mbak" jawabku lagi.
"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih",
lanjutnya centil.
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak
olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan.
Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.
"Pantes deh, de Iwan dari tadi mbak perhatiin ngaceng terus,
Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong.
Belum sempat saya menjawab, mbak Ira sudah memulai aksinya.
Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku.
Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku,
dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan
lidah dan gigi-gigi kecilnya.
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya
mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa,
setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.
Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit
mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan
memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya
dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali
saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh
mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai
kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba
menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa
gawat", katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari
tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak
disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian
dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak
merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas
menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang
bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya,
digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing
seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk
sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang
berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini
lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan
wanita, namun mbak Ira benar-benar pintar membimbingku.
Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam
berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang
berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh
enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka
Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi
puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan
sesekali menggigitnya.
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih",
desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan
membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak
saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat
dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini
kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan
kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap
selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua
tangannya.
"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh... ahh..", desahku menahan
agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang
kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya
sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri.
Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol
kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana
dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil
melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah,
sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi
bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit
becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol
kaki.
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget",
desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak
khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan
keras juga.
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin
banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya
mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film
BF yang biasa kutonton.
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala
kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya
itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol
kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum
pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang
terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini
kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang
kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa
mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan
tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari
jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya
agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya
sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya
benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di
sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap
berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera
"keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan
terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat
enak sekali.
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan
mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak
dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Ira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati
cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut
merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat
kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku
melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang
dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian
seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan
mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah
tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar
pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari
mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati
pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya
melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara
langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Ira.
Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan
kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet
sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan mbak Ira.
Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak
mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu
menggoda.

Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol
sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam
memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan
satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih
mengeras dan terlihat makin mancung itu.
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda mbak Ira
sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang
tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan
memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah
mulai kering dari air ludah mbak Ira, kini kembali basah. Saya
mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan
jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.
"Ngga usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe",
agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga
merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja
dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua
kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh
sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap,
disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat,
benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah
oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat
mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk
menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk
beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak
Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia
juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau
keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena
teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat
memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke
arah mulutku.
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok
kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini.
Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul
dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai
hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan
kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
"Ahh.. ahh..", desah mbak Ira disaat terakhir berbarengan
dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan
mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan
yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan
bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun
orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang
pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti
membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia
duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku
yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan
meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian
ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami
keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan
aman-aman saja.

Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan
seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan
Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering
berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya
yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi
sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah
beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih
kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya,
lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling
memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa
"horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya
sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta
dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit,
benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling
tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar
fantastis menurutku...

TAMAT

Kamis, 11 Desember 2014

Lisya Ohhh Lisya… Nikmatnya Keperawanan



Perkenalkan aku Deni (Nama Samaran) Sebut saja begitu. Aku saat ini berumur 19tahun. kejadian ini terjadi sekitar aku berumur 17tahun. Lisya saat itu baru berumur 16tahun. Lisya sekolah di salah satu sekolah swasta di bekasi dan dia adalah salah satu bintang kelas dan dia bisa dibilang anak mami. Kecantikannya menggoda sekali sehingga banyak laki-laki yang ingin menjadi pacarnya. Bisa dibilang Lisya adalah PRIMADONA-nya sekolah itu?
Aku pertama kali mengenal Lisya pada saat aku sedang bermain biliard di salah satu mall di jakarta utara (klp.Gading mall).
Waktu itu aku ingin berkenalan dengannya tetapi aku sedikit malu-malu, soalnya cewek yang satu ini benar-benar cantik dan lain dengan yang aku liat dari biasanya. Lisya seorang cewek chinese, kulit putih, tinggi 161cm dan ukuran dada 34A bisa dibilang lumayan untuk ukuran remaja yang baru berumur 16 tahun.
Aku akhirnya berkenalan dengan Lisya walau aku malu-malu setengah mati, takut ditolak eh gak tahunya aku berhasil berkenalan dengannya!
“Hai… boleh kenalan ga cewe”, sapaku dengan sedikit percaya diri.
“Siapa yahhh?”, jawab Lisya.
“Saya deni? Boleh kenalan ga, kamu siapa?”
“Boleh kok emank siapa yang ngelarang… Aku Lisya.”
“Sekolah dimana?? Tanyaku sedikit basa-basi.”
“Ada deh”, Katanya sedikit manja.

Akhirnya kami ngobrol panjang dan aku sedikit berani menanyakan nomor teleponnya.
Malamnya aku mencoba menelepon Lisya dan pada saat itu Lisya mengangkat teleponku.
“Halo ini Lisya ya”, sapaku.
“Iya..ni sapa ya”, Lisya menjawab.
“Ini aku deni yang tadi siang berkenalan dengan kamu Sya”, kataku.
“Oh… iya?? ada apa den?”
“Engga aku cuma pingin ngobrol aja Sya… Ganggu ga?”
“Engga ganggu kok den… biasa aja sama Lisya yah.”
Aku mulai membuka topik pembicaraan meskipun sedikit canggung dan tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan. Lalu aku mulai memberanikan diri dengan menanyakan tentang kehidupan dia.
“Lisya udah punya pacar?”, tanyaku.
“Belum Den… dulu Lisya punya pacar tapi Lisya udah putus”, jawabnya.
“Lho putus gara-gara apa sya?”
“udah bosen aja”, jawab Lisya polos.
“Lisya besok aku pingin ketemuan sama kamu bisa ga?”, pintaku.
“Boleh kok Den… mau ketemuan dimana?”
“Di MKG aja sya mau??”, tanyaku.
“Boleh jam 3 sore yah pas Lisya pulang sekolah”, jawabnya.
“Ok… selamat malam Sya”, jawabku sebelum menutup pembicaraan.
Besoknya jam 3 sesuai kesepakatan kami bertemu di MKG… Lisya berdandan sexy sekali pada saat itu dengan baju yang teramat sangat menggoda… Ingin sekali aku menyetubuhinya tetapi aku masih perjaka… tidak tahu caranya bagaimana ML…
Kami ngobrol panjang lebar sampai jam 6 sore sambil makan-makan… Tak terasa pada saat mau mengantarkan Lisya pulang hujan turun deras sehingga aku menetap di mobilku.
Aku bertanya pada Lisya, “Mau es krim ga say?”, aku memanggil dia dengan sapaan “say”, eh ternyata dia juga balik meresponseku dengan perkataan “mau donk say”. Cuaca saat itu mendukung sekali… cuaca hujan gerimis dan pada saat itu kami berdua di mobil. Aku membelokkan mobilku ke parkiran mobil. Lisya bertanya,
“Ngapain kita ke parkiran say?”
“Gak apa-apa kok say… aku cape aja”, aku mulai memandangi buah dada Lisya yang pada saat itu menggoda sekali… ingin sekali aku menjilati puting susunya itu…
Lisya melihatku dan ia berkata “Ikhhh.. Deni nakal liat-lihat perabotan Lisya… bayar tauuuu!? Masa liat gratis, ga bayar”, ucapnya manja.
Aku hanya bisa tertawa dan dalam hatiku aku ingin sekali mengecup bibirnya… aku mulai memberanikan diri untuk mencium mulutnya walaupun Lisya menolak tapi aku terus memaksa dan pada akhirnya dia tidak bisa mencegah aku untuk menciummnya. Aku melumat bibirnya dengan sangat lembut dan tak disangka Lisya membalas ciumanku dengan ganasnya.
Lisya bertanya kepadaku, “Deni udah pernah ML belum?”
“Belum”, jawabku.
“Lisya juga masih perawan Den… Lisya ga tau bagaimana caranya ML.”
Serasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Lisya, aku mulai memberanikan diri tuk membuka pakaiannya. Lisya malah memberikan posisi tuk memudahkan aku membuka pakaiannya. Aku membuka branya yang warna hitam itu… WOW dada Lisya yang berukuran 34A langsung aku kulum dan Lisya berteriak kecil,
“Aaachh… geli Den! Jangan cuma satu doank donk say… sebelahnya juga donk say”, aku mulai menjilati puting susu bagian sebelahnya. Lisya yang merasa bergairah mulai membuka pakaian dan celanaku. Aku pun juga membuka celananya dan kami berdua pun dalam keadaan telanjang bulat di dalam mobil. Pada saat itu tempat parkir sedang mendukung: tidak ada satu orang pun yang melihat kami.
“Kulum kontolku donk say”, pintaku.
“Lisya ga pernah ngelakuin ini satu kali pun Den”, jawabnya.
“Aku juga blm pernah melakukannya Say… jadi kita sama kan”, kataku.
“Iya saya coba deh”, jawabnya.
Lisya mulai mengemut kontolku dan dia merasa enjoy mengemut kontolku yang berukuran 15cm. Aku juga mengelus bibir vaginanya dengan tanganku. Dia mengerang, “emh..ehm..ehm..”, tanda dia mulai bereaksi pada sentuhan tanganku…
Aku yang tidak tahan dengan vaginanya. Aku mulai membaringkannya dan langsung menjilati vaginannya.
“Ouchh… nikmat bangat say, terusssss….achh..achh “, Lisya mendesah dan aku terus menjilati klitorisnya dan pada akhirnya dia mendesah tidak karuan.
“Aahhhh… achhhhhh Den akuuu keluarrrr…achhh?!”, keluarlah cairan putih dengan baunya yang khas.
Lisya tak mau kalah. Dia ingin mengulum kontolku. Kami melakukan gaya 69 di jok mobil belakang. Lisya mengemut kontolku dengan ganasnya. Dikocok-kocok dan diemut dengan ganas. Maklum baru pertama kali kami melakukannya. Lalu aku yang sudah tidak tahan… aku mulai menyuruhnya merebahkan diri dan mengangkat pahanya sehingga tampaklah memeknya yang merah dan menggoda itu.
“Aku masukin ya say?”, tanyaku.
“Iya say tapi pelan-pelan yah… Lisya masih perawan.”
Aku mulai memasukan kontolku ke liang vaginanya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke liang vaginanya saking rapatnya. Lisya berteriak, “Ahhh… sakiiittt Den!”.
Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Lisya yang membalasnya dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu…
“Ahhhh… sakittt Den”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Lisya berteriak, “Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar membanjiri jok mobil belakangku.
“Saay lanjut ga? Nih… aku belum apa-apa tau”, tanyaku…
“Iya say lanjut aja… Lisya siap kok”, jawab Lisya.
Lampu hijau nih… aku mulai memasukan kontolku ke memek Lisya lagi… Lisya sangat menikmati tusukan kontolku ke liang vaginannya.
“Say…liss..ya kee…luarrr”, dan pada saat itu cairan putih itu keluar. Ternyata dia orgasme. Cairan putih itu membanjiri kontolku yang nikmat dijepit oleh dinding dinding memek Lisya. Kontolku masih berada di dalam memek Lisya.
“Kamu belum keluar Say?”, tanya Lisya.
“Belum Say”, jawabku.
Aku meneruskan tusukan ke memek Lisya dan Lisya terus mengerang… suara teriakannya membuat aku tambah bernafsu.
“Aachh… achhh….achhhhh.achhhhhh..de…niiii km heee..batt sayyy…”, dan tiba2 Lisya mengeluarkan lagi cairan putih. Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.
“Kamu belaum keluar-keluar juga Say. Cepat keluarin donk Say, udah malam”, pintanya.
“Ok say”, jawabku.
Aku mulai mempercepat gerakanku. Menggenjot memek Lisya dengan sangat cepat.
“Acchh… achhh… achhhh… achhh”, Lisya mendesah menikmati setiap tusukan kontolku yang belaum pernah dia rasakan sebelumnya. Aku yang hampir orgasme semakin mempercepat gerakan kontolku keluar masuk memek Lisya.
“Sayyy… aku mau keluar nihhhhh”, ucapku.
“Keluarin di luar ya say jangan didalem”, pinta Lisya.
Aku akhirnya orgasme dan mengeluarkan spermaku ke dada Lisya yang lumayan besar itu.
“Ccroott… crootttt…”, aku menumpahkan ke dadanya dan sebagian ke mukanya.
“Thanks ya Say… kejadian ini ga bakalan aku lupain”, kata Lisya.
“Sama-sama say… aku juga ga akan melupakan kejadian ini.”
Akhirnya kami selesai ML dan kami memakai pakaian kami kembali. Dan saatnya mengantarkan Lisya pulang kami sempat berciuman pada saat aku mengantar dia sampai depan rumahnya.
Aku dan Lisya tidak akan melupakan kejadian dimana aku melepas keperjakaanku dan dia memberikan keperawanannya.
Kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya lagi di rumahnya pada saat rumahnya sepi. Setidaknya aku dan Lisya setiap akhir weekend diisi dengan ML. Meskipun aku tidak ada hubungan apapun dengan Lisya… meskipun aku sekarang sudah menetap di Malang dan aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dari cewek cewek yang ada disini tapi Lisya telah memberikan pelajaran yang sgt berarti kepadaku.
Good-bye Jakarta… I’m coming MALANG! Thank you Lisya.

Minggu, 02 November 2014

Keperawanan Ibu Guru




Namaku SM dan sekarang umurku baru 19 tahun, dan perawakanku
tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku
berwarna coklat, dankisah yang aku ceritakan ini adalah kisah
nyata sekaligus pengalaman hidupku.......

Tahun 2004 yang lalu......
Saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di tanjung
pinang (kepulauan riau). Sekolahku letaknya jauh di luar kota
(kira2 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku
pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah
kisahku bermula...........

Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang
istirahat dikantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat
itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami,
pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu
(panggil saja EKA), bu eka badannya langsing cenderung agak
kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya
tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya
padat dan seksi, bu eka adalah guru kelasku yang mengajar mata
pelajaran bahasa inggris, dan dalam hal pelajarannya aku
selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 (maaf
bukan memuji diri sendiri!!)

Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu eka sering
melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan
lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka
meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba
di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah
tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya
hanya aku saja yang tahu.

Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan
saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami
terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat
sampai-sampai tangan ibu eka tersentuh penisku (karena bu eka
kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu
sedang tegang akibat tingkahnya di kalas. Namun reaksi ibu eka
hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah.

Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami....
Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu eka duduk
di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah
turun semua (saat itu tinggal aku bu Eka dan supirnya) bu eka
melirik nakal ke arahku, dan tiba tiba ia langsung pindah
duduknya di sebelahku dia duduk paling pojok dekat dinding),
dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun
menanggapi ajakannya.

Saat itu dia meminjan handphone ku , katanya dia mau beli hp
yang mirip punyaku (nokia tipe 6600) entah alasan atau
apalah....
Saat dia memegang hp ku tiba-tiba hp ku berbunyi, dan deringan
hp ku saat itu berbubyi desahan wanita saat di kentot.
aaaahhhhh....... ahhhhshhhhshshh.... oooooo.... oooooohhhhhh
dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon.
Tanpa basa basi bu eka bilang "apa ngga ada yang lebih hot,
ibu mau dong". dengan nada berbisik. Yang membuatku nafsu.
"jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu..."
Saat itu kupasang ear phone dan langsung aku perlihatkan
rekaman video porno yang ku dapat dari temanku.

Tanpa aku sadari bu eka meraba kontolku yang saat itu sedang
tegang-tegangnya, dan dia terkejut, "wooow besar sekali
anumu..."
Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan
diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh....
Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu eka:

Saat itu dia berbisik padaku "aku masih perawan looo......" di
iringi dengan desahan. Lalu jawabku "oh yaaa, saya juga masih
perjaka bu..."
bu eka: jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan
perawan, pasti nikmat....(tanpa basa basi lagi)
lalu jawabku malu
aku: "ngga ah bu , saya ngga berani!!"
bu eka: "ayolah...(dengan nada memelas)"
aku: "tapi di mana bu? (tanyaku!)"
bu eka: "di hotel aja biar aman"
aku: "tapi saya ngga punya uang bu"
bu eka : "ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!"

Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa
basa basi lagi.
ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan
desahan....
yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi
kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya. dan tibala saat
ia melepaskan bh nya, yang ku lihat saat itu adalah toket ibu
yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee)
dan putingnya yang masih merah.
dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya dia bertanya
padaku..
"mau bantuin ngga....."
lalu hanya ku jawab dengan mengangguk saja.
tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya
yang berwarna putis tipis.

yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai
menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. da n
timbullah suara desahan yang membuata tegang kontolku
ah... ahh..... ahhhhshhhh... terruussss....... ohhh......
yeahhh....... oooohhhhh.......
au..... udahh dong ibu ngga tahan lagi....
ooohhhh..... yeah..... o..o... oo.... ohhhh...
tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. cairan
putih ituku hisap dan ku tumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata
bu eka suka
"mau lagi donggg............"
lalu aku kembali menghisap pepek bu eka yang basah dan licin
kuat-kuat...
"aaahhhh.... ahhh... aarrgghh...... uh..uh... uh...uh...
ouuu..... yeah.....
dan di sela teriiakan kerasnya muncrat lagi cairan putih
kental itu dengan lajunya
crroot.... crooot.....

di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu eka dan
selangkangannya ku buka lebar2, lalu ak u mencoba memasukkan
kontolku ke dalam pepeknya bu eka
dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit.
saat ku tekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu
berteriak
"ahhhh.... ahhhh.ahhhhh..... ahhhhh........., sakitttt..
ahhh... pelan-pelan dong..."
seakan tak perduli kutekan lagi. kali ini agak dalam ternyata
seperti ada yang membatasi.
ku tekan kuat-kuat
"ahhhhhhh....... aaaaaa....... aaaauuuuu......, sakit....
ohh.... oh..... ooghhhhhh..."
aku paksakan saja...
akhirnya tembus juga.
"ahhhhhhhhhh.............. aaaaahhhhhh......,
sakitttttttt....."
bu eka berteriak keras sekali....

Sambil ku dorong kontontolku maju mundur pelan dan ku percepat
goyanganku.
"aahhhhhh...... auhhhhhhhh..... u.h.... u.u.. hh... a.... u..
u...... hhhhh.hh.h.h. h.........
Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku
aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan kontolku ke
mulutnya dan....
croot.... ..... crroootttt...... sekitar 5 kali muncrat mulut
bu eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putoh kenta
(maklum udah 2 minggu ngga ngocok)

Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu eka
mengeluarkan cairan seperti darah.
Lalu ibu eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari
kamar mandi bu eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran
di lantai. Ternyata walaupun perawan bu eka pandai sekali
berpose.
Lalu ku pegang pinggul bu eka dan mengarahkan ke posisi
menungging.
Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu eka, lalu ku genjot
lagi....
ohhh..... oh....... o..... h.h.h.h.hh.. h.hhhhh...... h..
hhhhhhh.. hhhhh... yeahhhhh
oouu.... yesssss..... ooohhhhh... yeahhhhh...
saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan
ke buritnya
"sakit ngga....." laluku jawab
"paling dikit bu....."
aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit
lalu bu eka berkakta
"ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa....."
laluku kentot lagi pepeknya tapisekarang beda waktu aku
memeasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di
telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu eka mirip dengan lumpur
hidup.
aku mengarahkan kontolku lagi
ahhh... ahhh... ahhh.... ahh.... oooouuuhh..... yeah... ou....
ou... ohhhhhh...
dan saat sekitar 15 kali goyangan ku bu eka melepaskan
kontolku
"aku mau keluar...."
lalu ku jawab
"aku juga bu...., kita keluarin di dalem aja buu..."
"iya deeh jawabnya..."
lalu kumasukkan lagi kontol ku kali ini aku menusukknya
kuatkuat.
aaahhhh....... ahhhh.......... aaaahhhhhh.
ooooouuuuuuhhh.....
saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam
pepeknya
crroooot.... crootttt...
aku mendengar kata-katanya
"nikmat sekali......."
Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di
dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping.........


TAMAT

Sabtu, 23 Agustus 2014

Cerita seks dewasa sedarah



Perkenalkan nama saya yogi ,umur saya 22th ,tnggi badan 171cm berat 65kg. Saya beruntung sekali karena di karuniai tuhan dengan tubuh yang atletis dan kulit yang bersih. Tapi di balik semua kelebihan yang saya punya ,saya pun memiliki kelainan sex yaitu saya lebih suka dengan wanita dengan yang sudah berumur. Di lingkungan tempat saya tinggal banyak sekali ibu-ibu yang menurut saya tubuhnya menggiurkan salah satunya ibu retno yang sangat menggairahkan , sampai akhirnya saya terlibat affair dengannya. begini kisah saya dengan bu retno.

Di usianya yang 47th namun tubuh bu retno sangat ,sangat sexy sekaliii. Kulitnya putih bersih dan bentuk pinggul dan payudaranya sangat montok sekali ,payudaranya yang berukuran 38c sangat menantang di balik bra nya ,pinggulnya yang membulat serta pantat yang montok sekali membuatku deg-degan saat melihat dia memakai jeans ketat dan baju yang hendak mencetak lekukkan tubuhnya ,tingginya 164cm/55kg. Ah istri pak mardi ini memang sangat menggairahkan walaupun sudah memiliki 3 anak tapi dia pandai merawat tubuhnya dengan senam aerobik tiap sabtu.
Suatu pagi yaitu hari sabtu tepatnya ,saya melihat bu retno baru mau berangkat senam di antar oleh suaminya juga. Lalu saya bertekad pada pagi itu bahwa saya harus bisa bersetubuh dengan bu retno yang semok dan mulus itu ,hingga akhirnya beliau pulang dari senam saat itu pukul 9pagi ,tapi anehnya bu retno tidak di dampingi oleh suaminya pak mardi itu. Wah ini dia kesempatan saya untuk bisa merasakan memek dia ,lalu saya menegurnya.

“selamat pagi bu retno.”sapaku
“eh yogi ,tumben nih pagi2 udah bangun.”
“yah namanya juga pengangguran bu ya harus bangun pagi dong supaya rejeki ga di ptok ayam.”
“bisa aja kamu tuh”sahutnya sambil tersenyum ke arah ku

kemudian dia masuk ke dalam rumahnya ,ohh alangkah indahnya goyangan pantatnya yang bergetar seiring langkahnya. Ah sial pikiranku makin tak karuan saja melihat bentuk sintal tubuhnya ,lalu saya nekad mendatangi rumahnya dengan alasan ingin bermain dengan ketiga anak2nya apabila dia menanyakan saya. Lalu saya ketuk pintu rumah dia dan tak lama dia pun membuka pintunya.

“oh yogi ,ada apa tho ?”tanya dia
“engga ko bu, saya cuma mau main ps sama anak2 ibu soalnya udah lama saya tidak bermain ps dengan mereka.”jawabku dengan berbohong
“ya sudah ayo masuk”

lalu akupun masuk ke dalam rumahnya dan menjumpai anak2ya yang sedang main ps

“mas yogi main ps yuk.”ajak reza anak pertama bu retno yang baru kelas 2sd
“ok”

kamipun asik bermain ps ,sementara kedua adiknya jaka & arlan asik menoton kami yang sedang main ps bareng. bu retno pun asik menonton kami juga, lalu saya pun menyudahi main ps dan duduk di samping bu retno .

“yah payah kamu yogi masa main sama anak saya kalah !!..hahaha”ledek bu retno kepadaku
“tapi klo ibunya ,pasti bisa saya kalahin deh.”
“hussh,,ngaco kamu yog. mana bisa aku main ps.”
“iya ibu emang bukan jago main ps tapi ibu jago main yang lain ..hehehe “
“main apa tuh ? “tanya bu retno
“main pacuan kuda sama pak mardi ..hahahaha bercanda lho bu “
“yeee,, klo itu sii aku ahlinya yog malah bapaknya anak2 suka loyo duluan .hiks,hiks,hiks..”

Tertawa bu Retno sexy sekali kedengaranya.
ah ternyata dia sudah masuk dalam jebakan ku ,lalu obrolanku tambah kuperpanas lagi agar dia terpancing dengan obrolan ku ini.

“wah enak ya jd pak mardi punya istri cakep ,bahenol ,baik lagi.”
“ah kamu ini bisa aj sii .”muka nya bu retno memerah
“serius lho bu ,aku aja suka,,mmmm…”aku menghentikan kata2ku takut dia marah dan menggap ku sudah terlalu jauh.

tapi dugaanku salah ,ternyata dia malah semakin penasaran menanyaiku

“suka apa hayo yogi. “
“suka curi2 pandang sama ibu,,maaf lho bu. “
“hussh ojo ngawur kowe yogi ,,masa aku yang sudah tua masih kamu liatin juga.”
“tapi wajah dan body ibu masih sangat menarik lho bu.”rayuku

ohh bu retno nampak sangat sexy pagi itu karena pakaian senamnya belum di ganti. Celana senam berwarna merah jambu melekat di tubuhnya serta garis celana dalam serta memek bu retno ikut tercetak ,baju senamnya yang berwarna kuning dengan belahan dada agak rendah sehingga belahan payudaranya sangat jelas terlihat. oohhh putihnya belahan itu ,ingin rasanya aku menjamahnya dan menghisap pentilnya tersebut. Lalu ku beranikan diri duduk lebih dekat dengan bu retno sehingga paha kiriku menempel dengan paha kanannya.

“aduhh yogi duduknya ke sana dikit dong kan sempit.”pintanya
“bu ,aku sudah lama ingin dekat2 seperti ini dengan ibu retno ,tapi saya nggak enak sama pak mardi.”
“iyaa ,,tapi klo pak mardi pulang gimana ?”
“kita lakukkan saja disini bu ,jadi nanti kta bisa tau motor suami ibu pada saat dia pulang nanti.”
“ojo ngawur kowe tho masa begituan di depan anakku sih,, emoh aku ah.”
“kita lakukkan di belakang sofa saja bu ,gimana ? “
“tapi sebentar saja ya,,aku wedi nek bapakne anak2 muleh ?”
“iya bu,ayo”

lalu aku dan dia tiduran di atas karpet tapi di belkang sofa spuya anak2nya tidak melihat.

“nggak usah telanjang ya ,supaya gampang rapih2nya klo nanti mas wardi pulang.”

lalu kamipun mulai berciuman secara perlahan namun lama2 semakin liar. Wah bu retno pintar sekali dalam berciuman.

“mmmmpphmphh…,,mmmphhphh,,ahh,ahh ayo yogi cepet masukin kontolmu.”
wah ternyata dia type wanita yang tidak suka berlama2 dalam pemanasan atau dia takut suaminya pulang.? ahh perduli setan yang penting saya akan entot dia habis2an pagi ini.

“ayo yogi bukain celanaku.”pinta bu retno
“iya sayang.”

lalu dengan cepat ku tarik celana senamnya serta celana dalamnya sekaligus ,dan ku arahkan kontol ku yang ngaceng berat ke arah memeknya yang lebat dengan jembut.
sleeeppp,sleeppp.blessssssss amblaslah kontolku di dalam liang vaginanya.

“ahh,ahh,duu,duhhhh kontolmu enak tenan yogi ahhhhh”desahnya berbisik di telinga ku
“memekmu juga enakk ahhh,ahhh ….”balasku di telinganya
plokk,plokk,plokk,plakk,plakkk,slleeb.slleb begitulah bunyi peraduan kelamin kami.

“yogiihh,,ahh.ahh.ohhhh kocok ter,,,,terussshh ahhh,,ohh,ohh tempikku,”desah bu retno
“ohhhh…ohhh,ohhhhhh bu retnooo memek kamuu ahh,ahh,uhhhhh,uhhh njepit banged.”sahutku

kocokanku pada memeknya lama2 semakin bertambah kencang seiring nafsu ku yang sudah di ubun2. Bu retno pun tak mau kalah dengan ku ,dia menggoyangkan pinggulnya berputar-putar dan itu membuat kontolku seperti di remas2. Oh semakin semangat menyodok kontolku di memeknya.

“ahhh ,ahhh….hisap tetekku dong yog ahhh,ahhh.”pinta bu retno
“slurrrrpp,slurrrpp, ahhh ,ahhh bu retno nungging yah.?pintaku karna saya bosan dengan gaya konvesional saja.

kemudian kami pun berganti posisi nungging tanpa mencabut penis saya dari memek bu retno. Dan arah kepala bu retno menghadap ke anak2nya ,lalu saya sodok memeknya dari belakang dengan keras dan membuat tubuh bu retno berguncang dengan keras dan saya tepuk2 pantatnya yang sangat bulat menantang,,PLAKK,PLAKK,PLAKK keras sekali pantat bu retno ku tepuk2. sehingga pantat bu retno yang putih jadi memerah. Dan bu retno hanya menggit bibir bawahnya dengan giginya untuk menhindari agar anank2nya tida melihat. (Ah andaikan kalian tau apa yang sedang saya lakukkan dengan ibu kalian yg bejad ,akan ku garap habis2an ibu kalian)pikir ku dalam hati. Saat kami sedang asik menggoyang tiba2 aziz anak bungsu bu retno yang berumur 4tahun melihat aktifitas kami ,dan bu retno berhenti bergoyang sdangkan aku tetap saja menyodok vaginanya..lalu ku bisikkan ke telinganya

“tenang saja bu, aziz belum mengerti apa yang sedang kita lakukkan saat ini.”
“ahh,ahh,tapi aku risih ahhh,ahhh….uhhhh,uh.”desahnya tak hentinya keluar dari mulutnya karena saya tanpa ampun menyodok memek istri pak mardi ini.
“buu aziz mau makann”rengek aziz minta makan sama ibunya yang sedang ku genjot ini.
“ahhh,ahhh reza ayoo ambilkann adiknyya makan ,,ibu lagiii,,lagiiii senammm ,ahh,ahh ayo lekass reza,,..ahh,ahh yang kenceng lagi dong yogi entonya ahhh,,ahhh….”
“iia bu.”jawab reza sinkat karena dia memang menurut sekali dengan ibunya tapi dia sempat melihat kami dan ibu nya meloti dia dan bilang

“ayo cepat ambilkan adikmu makan ,,ahhh,ahhh,ahh jangan lihat apa yang sedang ibu lakukkan dengan ,,ahh,,uhhh,duuhh dengan mas nataaaaa……”

hahaha dasar ibu bejad dia sampai lupa dengan anaknya saat sedang ku entott,,wow bu retno memang luar biasa ..batinku berkata pada bu retno.

“ahhh…ahhh.ahhh cepat kita selesaikan sekarang uhhh,,uhhh perrrr,,,permainaaan iniii ahhh,ahhh….nanti suamiku kburu pulang.
“iya saaaayaanng..ahhh.ahhh…”
PLAKKKK,PLAKKK,PLOKKK,PLOKK,PLOKK,CLEBBB,CLEBB bunyinya lemin kami semakin keras karena sya ingin cepat2 selesai sebelum pak mardi pulang.

“aahhhh…ahhhh bu akuu mmaaau kkkeluuaarrr…. nihhh..,,dii dalllem ahhhh…ahhhh apa di luuuarrrr bu retnoooo….?tanyaku karena saya merasa pejuku sudah mau keluar
“ahhhh…uhhh..uuhhhhh teeeerrserrah…kaaammmu sssaaaaayannng…” sahut bu retno

lalu goyanganku jadi tidak beraturan lagi dia pun juga sepertinya mau orgasme karena goyangan pinggulnya juga tidak terkendali lagi.

“ARRRRRGGGGHHHHHHH” teriak kami bersamaan pada saat kami ejakulasi bersamaan
“ahhh…ahhh adduhh buu ennak banged memek bu retno huuh,huuh..” aku memujinya saat nafas ku belum teratur benar.
“kontolmu juga enakk tenan lho yogi,,eh ayo cepat cabut ntar keburu suamiku pulang”perintah bu retno

Jumat, 22 Agustus 2014

Menikmati Hangatnya Liang Memek Ibu Mertuaku



Cerita seks yang kali ini akan saya coba ceritakan pada pengunjung setia kisah panas adalah tentang cerita seks anak mantu dengan mertuanya sendiri. ok deh ga usah lama-lama, langsung aja simak cerita seks berikut ini. Matanya begitu genit menatapku,tajam membidik dan penuh dengan birahi tak terkendali.ketika makan atau bersama duduk-duduk saat bersama keluarga dia begitu tersipu malu dan agak menandakan ada kemauan yang tersembunyi,ketemu dan berpapasan dia kayaknya merasa ragu dan aneh.Siapa bilang aku tida risi dengan keadaanku,bagaimana enggak dia kan mertuaku aku pikir ada sesuatu yang salah pada tabiat atau cara menunjukkan sopan santunku pada ayah dan ibu mertuaku.Aku kadang bertanya pada sang istri,mengapa Ibumu bersikap begitu ke aku,dengab santainya”istriku menjawab”ya terpesona pada kamu mungkin mas karena kamu kan menantu keren dan lumayan menggiurkan.canda Istriku. AKupun tersenyum dan malu,sejak itu aku memberanikan diri bertanya pada ibu tapi tatapan nya sungguh lain,akupun penuh tanda tanya,dan akhirnya aku tahu maksudnya ‘bahwa dia sesungguhnya menaruh simpatik terhadapku”sang menantu”mulanya aku tak respon tapi seiring waktu bergulir kejadian nakal dengan mertuapun terjadi,kontolku akhirnya menembus sarang lubang memek mertuaku yang tak lain adalah ibu kandung istriku sendiri,Selangkapnya akan kubagikan secara detail di web dewasa Ini adalah salah satu pengalaman nyata dari kehidupan sex-ku selama ini.

Aku Roy, 32 tahun. Menikah, punya 2 anak. Istriku sangat cantik. Banyak yang bilang mirip bintang sinetron ternama saat ini. Kami tinggal di Bandung. Yang akan aku ceritakan adalah hubunganku dengan mertua aku sendiri. Mertua aku tinggal di kota P, masih wilayah Jawa Barat. Suatu waktu aku ada tugas kerja ke kota P tersebut. Aku pergi naik motor. Sesampainya di kota P, aku langsung menyelesaikan tugas dari kantor. Setelah selesai, aku sengaja singgah dulu ke rumah mertua untuk istirahat. Sesampai di rumah, mertua perempuanku datang menyambut. “Kok sendirian Roy? Mana anak istrimu?” tanya mertuaku. “Saya ada tugas kantor disini, Ma. Jadi mereka tidak saya ajak. Lagian saya cuma sebentar kok, Ma. Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar,” jawabku. “O begitu.. Akan mama siapkan makanan buat kamu,” ujar mertuaku. Lalu aku mandi. Setelah itu aku segera ke meja makan karena sudah sangat lapar. “Papa mana, Ma?” tanyaku. “Papa lagi ke rumah temannya ngurusin obyekan,” jawan mertuaku. “Kamu mau pulang jam berapa, Roy?” tanya mertuaku. “Agak sorean, Ma. Saya akan tidur sebentar. Badan pegal hampir 3 jam naik motor dari Bandung,” kataku. “Kalau begitu ganti baju dulu dong. Nanti kusut kemeja kamu,” ujar mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu dia datang lagi membawa kaos dan kain sarung. “Ini punya Papa, pakailah nanti,” kata mertuaku. “Iya, Ma,” kataku sambil terus melanjutkan makan. Mertuaku berumur 42 tahun. Sangat cantik mirip istriku. Badan ramping, buah dada besar walau agak turun karena usia. Pantatnya sangat padat. Setelah berganti pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV. “Loh katanya mau tidur?” tanya mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan. “Sebentar lagi. Ma. Masih kenyang,” ujarku. Lalu kami nonton TV tanpa banyak bicara. “Tahukah kamu, Roy.. Bahwa mama sangat senang dengan kamu?” tanya mertuaku kepadaku memecah kesunyian. “Kenapa, Ma?” tanyaku. “Dulu sejak pertama kali datang kesini mengantar istrimu pulang, mama langsung suka kamu. Ganteng, tinggi, sopan, dan ramah,” kata mertuaku. Aku hanya tersenyum. “Sekarang kamu sudah menikahi anak mama dan sudah punya anak 2, tapi kamu tetap sama seperti yang dulu..,” kata mertuaku lagi. “Mama sangat sayang kamu, Roy,” kata mertuaku lagi. “Saya juga sayang mama,” ujarku. “Ada satu hal yang ingin mama lakukan, tapi tidak pernah berani karena takut jadi masalah..,” kata mertuaku. “Apa itu, Ma?” kataku. “Mama ingin memeluk kamu walau sebentar..,” ujar mertuaku sambil menatapku dengan mata sejuk. “Kenapa begitu, Ma?” tanyaku lagi. “Karena dulu mama sangat suka kamu. Sekarang ditambah lagi rasa sayang,” kata mertuaku. Aku tatap mata mertuaku. Kemudian aku tersenyum. “Saya yang akan peluk mama sebagai rasa sayang saya ke mama,” ujarku sambil beringsut mendekati mertuaku sampai badan kami bersentuhan. Kemudian aku peluk mertuaku erat. Mertuakupun balas memeluk aku dengan erat sepertinya tidak mau melepas lagi. “Boleh mama cium kamu Roy? Sebagai tanda sayang?” tanya mertuaku.
Aku agak kaget. Aku lepaskan pelukanku, lalu tersenyum dan mengangguk. Mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. Mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan tangannya ke pundakku. Secara spontan aku membalas ciuman mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah.. Nafas mertuaku terdengar agak cepat. Tangan mertuaku masuk ke dalam kain sarung, lalu menyentuh kont*lku dari luar CD. Tangannya lalu mengusap pelan lalu mulai meremas kont*lku. kont*lku langsung tegang. Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. Mertuaku langsung bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan mama mertua sambil merasakan nikmatnya diremas kont*l. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. Mertuaku masuk. “Sudah mau tidur, Roy?” tanya mertuaku. “Belum, Ma,” ujarku sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Mertuaku juga ikut duduk di sampingku. “Kamu marah tidak atas kejadian tadi,” tanya mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum. “Tidak, Ma. Justru saya senang karena ternyata mama sangat sayang dengan saya,” jawabku. Mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku. “Sebetulnya dari dulu mama memimpikan hal seperti ini, Roy,” ujar mertuaku. “Tapi karena istrimu dan papamu selalu ada, ya mama hanya bisa menahan perasaan saja..,” ujar mertuaku sambil mencium bibirku. Akupun segera mebalas ciumannya. Dan sekarang aku mulai berani.
Tanganku mulai meraba buah dada mertuaku dari luar dasternya. Aku meremasnya perlahanan. Tangan mertuakupun segera melepas kain sarung yang aku pakai. Tangannya langsung meraba dan meremas kont*lku dari luar CD-ku. kont*lku makin mengeras. Mertuaku merogoh kont*lku hingga berdiri tegak. Sambil tetap berciuman tangannya terus mengocok dan meremas kont*lku. Akupun terus meremas buah dada mertuaku. Tak lama, mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal yang sama. Mertuaku segera naik ke tempat tidur, dan aku segera menaiki tubuhnya. Aku kecup bibirnya. “Mama senang kamu datang hari ini, Roy.. Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa sayang mama kepada kamu…” ujar mertuaku sambil menciumku. “Saya juga senang karena mama sangat menyayangi saya. Saua akan menyayangi mama…” kataku sambil memagut leher mertuaku. Mertuaku mendesah dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutanku kemudian turun ke buahdada mertuaku. Kujilati dan gigit-gigit kecil puting susu mertuaku sambil tangan yang satu meremas buah dada yang lain. “Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh…” desah mertuaku semakin merangsang gairahku. Tapi ketika lidahku mulai turun ke perut, tiba-tiba mertuaku memegang kepalaku. “Jangan ke bawah, Roy.. Mama malu. Segera masukkin saja.. Mama sudah tidak tahan…” ujar mertuaku. Aku tersenyum dan maklum karena mertuaku termasuk orang yang konvensional dalam masalah sex. Aku buka lebar paha mertuaku, lalu aku arahkan kont*lku ke mem*k mertua yang sudah basah dan licin. Tangan mertuaku segera memegang kont*lku lalu mengarahkannya ke lubang mem*knya. Tak lama.. Bless.. kont*lku langsung memompa mem*k mertuaku. Terasa tidak seret, tapi masih enak rasanya menjepit kont*lku.. “Ohh.. Sshh.. Oh, Roy.. Mmhh…” desah mertuku ketika aku memompa kont*lku agak cepat. Mertuaku mengimbangi gerakanku dengan goyangan pinggulnya.
Tak lama, tiba-tiba mertuaku bergetar lalu tubuhnya agak mengejang. “Oh, Roy.. Mama mau keluarr.. Mmhh…” jerit kecil mertuaku. “Terus setubuhi mama…” desahnya lagi. Beberapa saat kemudian tubuh mertuaku melemas. Dia telah mencapai orgasme.. Akupun berhenti sejenak memompa kont*lku tanpa mencabutnya dari mem*k mertuaku. mem*knya terasa makin licin oleh air maninya. “Mama belum pernah merasakan nikmat seperti ini, Roy,” ujar mertuaku sambil mengecup bibirku. “Terima kasih, Roy…” ujarnya lagi sambil tersenyum. Akupun segera mengerakan kont*lku menyetubuhi lagi mertuaku. “Boleh Roy minta sesuatu, Ma?” tanyaku sambil terus memompa kont*lku. “Apa?” ujar mertuaku. “Saya mau setubuhi mama dari belakang. Boleh?” tanyaku. Mertuaku tersenyum. “Boleh tapi mama tidak mau nungging. Mama tengkurap saja ya?” ujar mertuaku. “Iya, Ma,” ujarku sambil mencabut kont*lku. Mertuaku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakinya. “Ayo, Roy,” ujar mertuaku. Aku segera masukkan kont*lku ke mem*k mertuaku dari belakang. Terasa lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Mata mertuaku terpejam, dan sesekali terdengar desahannya. Akupun terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kont*lku. Kemudian terasa ada sesuatu rasa yang sangat kuat ingin keluar dari kont*lku. Kupercepat gerakanku menyetubuhi mertuaku. Ketika hampir mencapai klimaks, aku cabut kont*lku, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air maniku keluar banyak di punggung dan pantat mertuaku. “Ohh.. Enak, Ma…” kataku. Kugesekkan kont*lku ke belahan pantat mertuaku.
Selang beberapa menit setelah kelelahan agak hilang, mertuaku berkata, ” Tolong bersihkan punggung mama, Roy..”. “Iya, Ma,” ujarku. Lalu aku bersihkan air maniku di tubuh mertuaku. Setelah berpakaian, lalu kami keluar kamar. Terlihat wajah mertuaku sangat ceria. Menjelang sore, mertua lelaki pulang. Aku dan mertua perempuanku bertindak biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Setelah makan malam, aku diminta mertua perempuanku utnuk membawakan semua piring kotor ke dapur. Aku menurut. Mertua lelaki aku setelah makan malam langsung menuju ruang televisi dan segera menonton acara kesukaannya. Di dapur, mertuaku perempuanku langsung menarik tanganku ke sudut dapur lalu menciumku. Aku membalasnya sambil tanganku langsung memegang selangkangannya kemudian meraba mem*knya. “Nakal kamu. Tapi mama suka,” ujar mertuaku sambil tersenyum. “Nanti Papa kesini, Ma.. Udah, ah Roy takut,” ujarku. “Tidak akan kesini kok, Roy,” ujarnya. “Sebelum kamu pulang, mama mau sekali lagi bersetubuh dengan kamu disini…” ujar mertuaku sambil tangannya segera meremas kont*lku dari luar celana. “Saya juga mau, tapi jangan disini, Ma.. Bahaya,” ujarku. “Ayo dong, Roy.. Mama sudah tidak tahan,” ujarnya lagi. Tangannya terus meremas kont*lku. “Kita ke hotel yuk, Roy?” ajak mertuaku. Aku mengangguk. Kemudian dengan alasan akan ke rumah temannya, mertuaku perempuanku meminta ijin pergi diantar olehku. “Jangan lama-lama ngobrol disana, Ma.. Si Roy kan malam ini mau pulang. Kasihan nanti dia capek,” ujar mertua lelaki. “Iya dong, Pa…” ujar mertua perempuanku. Kemudian kami naik motor segera pergi mencari hotel. Setelah selesai registrasi, kami segera masuk ke kamar. Tanpa banyak cakap, mertuaku langsung memeluk dan menciumku dengan liar. Aku balas ciumannya.. “Cepat kita lakukan, Roy.. Waktu kita hanya sedikit,” ujar mertuaku sambil melucuti semua pakaiannya. Aku juga demikian. Mertuaku langsung naik ke kasur, lalu aku menyusul. Tangan mertuaku langsung menggenggam kont*lku dan diarahkan ke mem*knya. “Mama kok buru-buru sih?” tanyaku sambil tersenyum ketika kont*lku sudah masuk mem*knya. Lalu aku pompa kont*lku perlahan menikmati enaknya mem*k mertuaku. “Habisnya mama sudah tidak tahan sejak tadi di rumah, pengen merasakan kont*l kamu lagi,” kata mertuaku sambil menggoyang pinggulnya mengimbangi gerakanku. Selang beberapa belas menit tiba-tiba mertuaku mendekap aku erat sambil mengerakkan pinggulnya cepat.
Kemudian.. “Ahh.. Mmhh.. Enak sayang…” desah mertuaku mencapai puncak orgasmenya. Badannya melemas. Aku terus memompa kont*lku lebih cepat. Terasa lebih nikmat. Sampai beberapa lama kemudian aku tekan kont*lku ke lubang mem*k mertuaku dalam-dalam, dan.. Crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam mem*k mertuaku. “Maaf, Ma.. Roy tidak bisa menahan.. Sehingga keluar di dalam,” ujarku sambil memeluk tubuh mertuaku. “Tidak apa-apa, Roy,” jawab mertuaku. “Mama sudah minum obat kok,” ujarnya lagi. “Kalo mama berkunjung ke rumah kamu, bisa tidak ya kita melakukan lagi?” tanya mertuaku. “Bisa saja, Ma.. Kita jalan berdua saja dengan alasan pergi kemana…” jawabku. Mertuaku tersenyum. “Kita pulang Roy,” ujar mertuaku. Sesampai di rumah, aku langsung bersiap untuk pulang ke Bandung. Ketika aku memanaskan motorku, mertua perempuan mendekatiku. Sementara mertua lelaki duduk di beranda. “Hati-hati di jalan ya, Roy,” ujar mertuaku. “Iya, Ma. Terima kasih,” ujarku sambil tersenyum. “Tengokin mama dong sesering mungkin, Roy,” ujar mertuaku sambil tersenyum penuh arti. “Iya, Ma,” ujarku sambil tersenyum pula. Lalu aku pulang. Sejak saat itu hingga kini aku selalu menyempatkan diri sebulan sekali untuk datang ke rumah mertuaku, tentu saja setelah aku di-SMS dahulu oleh mertua perempuanku.

Minggu, 13 Juli 2014

Bercinta denga Widya, Istri Sepupuku


Kang Asep masih di Belanda dan tidak akan pulang dulu dalam waktu satu setengah bulan ini. Teh Widya, istri Kang Asep, sepupuku, masih sibuk mengurusi perusahaan tours and travel miliknya. Sedangkan aku, Willy, sedang memandang cermin di depan dan dengan seksama kutelusuri perutku sendiri.
“Hmm, otot perutku sudah lumayan juga!”, pikirku bangga.
“1.., 2.., 3.., 4.., 5.., 6.., Yup enam buah petak.”
Sepulang kuliah, aku langsung pergi ke pusat kebugaran tubuh. Memang itulah hobiku, aku termasuk cowok yang sangat mementingkan penampilan. Apalagi semenjak kejadian beberapa waktu lalu bersama Teh Widya. Aku sangat suka dengat tubuh sempurnanya Teh Widya. Dan aku juga ingin agar Teh Widya tergila-gila melihat tubuhku. Teh Widya dan Aku memang selalu menjaga kebugaran tubuh agar selalu tetap fit.
Sehabis mandi dengan hanya menggunakan celana jeans Levis 501. Aku merebahkan tubuhku sebentar di tempat tidurku. Aku ambil remote control, dan mengarahkan ke sound system dikamarku. Blue Danube Waltz karya Johann Strauss yang dibawakan oleh Vienna Opera Orchestra dengan Peter Falk sebagai conductor-nya mulai menggema di kamarku. Aku letakkan kedua telapak tanganku di bagian belakang kepalaku sebagai pengganti bantal. Keadaan tubuh yang dingin sehabis mandi disertai rasa lelah sehabis membakar lemak dan membentuk tubuhku di pusat kebugaran membuat mataku terasa mulai berat, dan.., beberapa saat kemudian aku tak ingat apa-apa lagi.
Entah mengapa, aku bermimpi sedang bermain bersama kucing kesayanganku yang sudah lama tiada. Dalam mimpiku aku kembali menjadi aku yang masih kecil. Aku berlari berusaha mengejar kucingku yang sedang berlari dan melompat berusaha menangkap kupu-kupu yang sedang terbang di sela-sela bunga anggrek milik ayahku. Aku sangat gembira sekali saat itu. Akhirnya kucingku tak sanggup lagi mengejar kupu-kupu itu seperti aku yang tak sanggup lagi mengejar kucing kesayanganku itu. Aku duduk di kersi tepat disebelah bunga anggrek berwarna ungu kesayangan ayahku. Kucingku mengikutiku dan duduk di pangkuanku. Terasa di perutku bulu-bulu halus kucingku yang sedang menjilati kaki depannya. aku mulai kegelian, rasanya geli sekali.., ingin rasanya aku tertawa.., ha, ha.., hi, hi.., hingga saking gelinya akupun terbangun.
Aku mulai membuka kedua kelopak mataku perlahan. Aku merasakan sesuatu yagng membuatku geli di perutku, tapi itu bukan kucing lagi seperti yang di dalam mimpi. Ternyata.., yang membuatku geli adalah..,, sebuah telapak tangan yang mungil dan mulus sedang mengusap-usap perutku. Aku kaget dan secara refleks aku menengadahkan kepala untuk mencari tahu tangan siapakah itu gerangan.
“Oh.., Teh Widya.., baru pulang Mbak..?” tanyaku lirih.
Teh Widya hanya menundukan kepalanya. Setiap aku menatap Teh Widya, selalu aku tertegun dan terpesona dibuatnya. Wajahnya yang sangat cantik.., sudahlah.., tak mungkin aku lukiskan keindahannya dengan kata-kata.
“Nggak, Mbak udah dari tadi sampe di rumah, bahkan Mbak udah sempet mandi segala”, jawabnya.
Memang tampak olehku rambutnya yang hitam legam, panjang dan tebal itu masih sedikit basah.
“Aduh.., eh.., apa-apan neh..!”
Aku tak bisa menggerakan kedua tanganku dan kedua kakiku. Aku berusaha menggerakannya, akhirnya aku sadar kedua tanganku terikat ke bagian kiri dan kanan tempat tidurku, sedangkan kakiku terikat ke bagian bawah tempat tidur.
Keadaanku saat itu perses seperti orang yang di salib.
“Aduh Mbak, jangan bercanda ah..!”
“Aku nggak bisa ngapa-ngapain neh..!”
“Mbak.., aduuh, geli ah..!”
Teh Widya hanya tersenyum dengan tak mempedulikan ocehanku. Dia terus meraba perutku dengan jari jemari lentiknya. Teh Widya terus menyusuri setiap lekukan di perutku.
“Aduh.., Mbak udah ah.., nggak tahan neh..!”, kataku memohon.
“Sst.., diam ah.., jangan banyak omong..!”, kemudian Teh Widya menghentikan permainan jarinya di perutku.
“Aku nggak bisa tenang tadi di kantor, rasanya pengen cepet pulang dan ketemu kamu”, ujar Mbak Wid sambil membelai rambutku.
“Pekerjaan Mbak di kantor jadi nggak bener, Mbak nggak bisa konsentrasi mikirin kamu. Dan pekerjaan Mbak jadi sedikit kacau. Untuk itu, kamu harus dihukum..! Dan sekarang kamu harus siap menerima hukuman kamu”, kembali ujar Teh Widya sambil mengedipkan sebelah matanya yang membuatnya semakin cantik.
“Oh..God, The Fallen Angel..!”, kataku dalam hati.
“Tapi nggak usah diiket gini dong Mbak..!”, kataku sedikit memohon.
“Udah diam, ikatan ini hanya hukuman pendahuluan, nanti masih banyak hukuman yang lebih berat lagi.”, kata Teh Widya sambil tersenyum.
“Willyku, sayangku.., siap ya.., hukuman kamu baru akan di mulai..!”, bisik Teh Widya dengan senyumannya yang mendesirkan sesuatu di tubuhku.
Teh Widya bangkit dan pergi menuju ke arah sound system-ku. Terlihat olehku, Teh Widya menggunakan pakaian tidur kesukaannya. Pakaian itu terbuat dari bahan yang sangat indah.
Pakaian itu benar-benar jatuh dan pas sekali di tubuhnya yang tinggi semampai.
“Benar-benar wanita yang sempurna”, pikirku.
Lalu dia berjalan menuju sound systemku dan mengganti CD Johann Strauss ku dengan sebuah CD yang Lain. Dia mematikan lampu utama kamarku dan menghidupkan lampu tidur yang letaknya di kiri dan kanan tempat tidurku. Teh Widya meyandarkan dirinya di tembok, dan tersenyum padaku sambil berjalan perlahan ke arahku. Dia berjalan dengan gayanya yang sedikit genit dengan diiringi lagu klasik kesukaannya, Capriccio Italien karya Tchaikovsky.
“Kamu tau lagu ini khan sayangku? Lagu ini membuatku sedikit nakal..”, kata Teh Widya sambil menaiki tempat tidurku.
Teh Widya merangkak perlahan di sebelah kananku. Dia mengatur rambutnya yang bak untaian mutiara hitam itu ke sebelah kanan. Setelah dekat dengan tanganku yang terikat, Mbak Wid mencium telapak tangan kananku.
“Cup..!”, suara kecupan ditanganku membuat diriku mulai bergairah.
Teh Widya akhirnya tidak hanya mengecup telapak tanganku. Dia mulai menjilati pergelangan tanganku dengan sekali-kali menggigit. Mulai dari telapak tangan kananku, terus ke arah pergelangan tanganku, terus dan terus sampai di bahu kananku. Aku kegelian setengah mati.
“Aduh Mbak.., uughh, geli mbak..!”, kataku lirih.
Aku hanya bisa menggerakan bahuku dan kepalaku sedikit saja karena kedua tangan dan kakiku terikat.
Dari bahu kananku, Teh Widya melangkahiku dengan tetap merangkak. Dia berpindah kesebelah kiriku dan melakukan hal yang sama dengan tangan kananku tadi. Teh Widya menelusuri tagan kiriku dengan lidahnya. Tanganku menjadi basah oleh ludah yang menempel di lidahnya. Hal itu membuat rasa geli yang tidak tertahankan.
“Ouughh, Wid..!”, Aku tak sadar, aku telah menghilangkan kata ‘Mbak’.
“Ghh.. ah, Wid geli ss.. sayang..!”
Teh Widya tidak peduli. Dia terus melakukan hal itu terus menerus. Sesampai lidahnya menjulaiti dan menggigit bahuku, Teh Widya mendekatkan wajahnya yang idah cantik rupawan itu ke wajahku.
“Ayo sayang, cium aku..!”, pinta Teh Widya sambil membasahi bibirnya dengan lidahnya.
Tapi Teh Widya memang pandai mengangkat libidoku.
Setiap aku berusaha mencium bibirnya, dia selalu mengangkat kepalanya untuk menghindar dari kecupanku. Hal itu dia lakukan berulang-ulang membuatku makin penasaran.
“Sabar sayang, belum saatnya..!”, katanya.
Teh Widya melangkahi tubuhku yang masih terikat, sehingga saat ini tubuhku berada di antara kedua kakinya. Wajahnya yang cantik mulai menciumi leherku. Aku rasakan hembusan kecil nafasnya yang hangat disekitar leherku. Perasaan ku mulai nggak keruan. Teh Widya terus menciumi dan menjilati leherku disertai gigitan-gigitan kecil. Wajahnya mulai menuruni leherku menuju ke dadaku. Seperti yang telah ku duga, kedua belah bibir mungil nan indah bagaikan bunga mawar yang merekah itu, mulai mempermainkan puting susuku. Dari yang kiri terus ke kanan.
“oohh, Wid, kamu nakal..!”, kataku lirih menahan rasa geli yang kini sudah bercampur nikmat.
Setelah puas Teh Widya mulai menruni dadaku dan melakukan hal yang sama dengan perutku. Disini Teh Widya bermain agak sedikit lebih lama. Tak percuma aku membuang uang, waktu dan tenaga untuk membentuk perutku. Teh Widya tampak menikmati tonjolan-tonjolan yang berpetak-petak di perutku.
“Ahh, Wid.., terus sayang aku suka..!”, kataku.
Teh Widya menyudahi mempermainkan otot perutku. Sekarang dia sedikit mundur dan menduduki pahaku. Teh Widya mengekakkan tubuhnya. Dan kemudian sekali lagi dia mengedipkan sebelah matanya.
“Ahh..,!”, aku seditit mendesah ketika tangannya membelai dan meremas celana jeansku tepat di bagian yang membungkus kemaluanku.
Teh Widya terus meremas, meremas, dan meremas. Setiap remasan membuatku menaikan sedikit pinggulku. Aku menikmati gerakan tangan Sang Bidadari yang sedang duduk di atasku itu.
Sedang enak-enaknya aku menikmati remasan tangan Teh Widya ke celanaku, tiba-tiba Teh Widya dengan buasnya membuka ikat pingangku dan menariknya sampai terlepas total dari celana jeansku dan melemparnya kelantai. Celanaku di tariknya ke bawah sampai ke betisku. Sekarang satu-satunya yang menutupi kejantananku hanyanlah celana dalam ku saja. Teh Widya kembali menunduk dan mulai menciumi celana dalamku. Kdang menciumi celana dalamku, kadang meremas-remasnya dengan kuat. Tak lama kemudian Teh Widya menggigit ujung celana dalamku dan menariknya ke bawah sampai menumpuk menjadi satu dengan jean ku yang sudah ada di betisku.
Kini tak ada lagi yang menutupi kejantananku.
“Willy sayang.., ini hukumanmu, kamu suka khan?”, bisik Teh Widya.
Aku hanya menganggukan kepalaku saja. Belum sempat aku berpikir jauh. Teh Widya dengan sedikit kasar mengambil dan mencengkeram batang kejantananku yang sedkit mengeras tapi belum mencapai kekerasan maksimum. Teh Widya menunduk lagi, dan mendekatkan wajahnya ke batang kejantananku.
“Hmmpff..!”, aku menahan nafas untuk menahan gejolak jiwaku.
Teh Widya menyingkap rambutnya dan mulaimenjilati kepala batang kejantananku. Lidahnya bermain dengan lincah di kepala rudalku. Tidak hanya itu, dia pun menjilati dua buah biji pelerku dan sekali-kali mengulumnya, dan akhirnya tiba saatnya dia mengulum batang rudalku. Yang nampak olehku hanyalan gerakan naik turun kepalanya.
“Ah.., Wid, ughh, ohh ahh..”, tak hentinya aku mendesah.
Aku hanya bisa sdikit menggelinjang karena tubuhku masih tetap terikat. Entah berapa lama Teh Widya mempermainkan batang rudalku. Ludahnya yang hangat, gerakan lidahnya yang lincah, kuluman bibirnya dan sedotan mulutnya memang membawakan surga bagiku. 1 menit. 2 menit, 5 menit atau lebih. Dia terus mengulum dan menjilat batangku. Hingga akhirnya dia berhenti dan berdiri di belakang kakiku yang masih terikat.
“Sayangku, kamu suka ya?”, katanya dengan manja.
“Aku pergi dulu ya.. nggak lama koq.”
“Hey.. hey Teh Widya.. mau kemana..?”, kataku.
Teh Widya tidak mempedulikanku. Dia malah masuk kamar mandi di kamarku. Aku heran apa yang akan dia lakukan, sementara gairahku mulai tak tertahankan. Tak berapa lama kemudian pintu kamar mandikupun terbuka. Teh Widya keluar dari sana dengan hanya menggunakan handuk yang membalut tubuhnya. Handuk itu tepat membungkus tubuh surgawi Teh Widya mulai dari sebatas puting sususunya sampai dengan perbatasan antara paha dan lekuk pantannya.
Mbak Wid sesekali berputar-putar di samping kiriku.
“Gimana aku nggak kalah seksi sama kamu khan sayang..!”, tanya Teh Widya.
Aku tak bisa menjawab, aku hanya berulang kali menelan ludahku sendiri. Teh Widya kemudian menaiki tempat tidurku dari belakang dan melangkahi kedua kakiku yang masih terikat sehingga sekarang kedua kakiku tepat berada diantara kedua kaki Teh Widya. Dia kemudian berjalan pelan-pelan kearah wajahku.
“Oh.. Lord..!”, gumamku.
Aku dapat melihat celana putih berenda-renda sehingga menjadikannya sedikit transparan. Terlihat olehku samar-samar bulu halus yang membayang di kemaluannya yang terbungkus kain tipis berenda itu.
“Kamu mau ini khan?” Tanya Teh Widya.
Teh Widya terus berjalan dengan sangat perlahan menuju wajahku, yang kemudian.. astaga.., dia menduduki wajahku. Aku mengerti dengan pasti apa yang harus kulakukan. Tapi Sang Bidadari ini memang nakal sekali. Setiap aku mengangkat kepalaku dan mendekatkan mulutku ke arah kemaluannya yang masih tertutup kain putih dan tipis itu, Teh Widya selalu mengangkat pantatnya sehingga aku gagal menyentuhkan mulutku ke arah surga yang masih tertutup itu. Hal itu dilakukannya berulang kali. Dia mulai berjongkok lagi, aku mengangkat kepalaku, dia bangun, berjongkok, bangun, terus itu dilakukannya beberapa kali. Aku berfikir keras, bagai mana caranya menghentikan semua ini.

Rabu, 25 Juni 2014

Jayus, Tukang Ojek Sepeda




Orangnya buta huruf. Tapi kalau ngomong ngentot, dia adalah playboy. Playboy kampunglah. Tetapi aku percaya. Tubuh macam dia punya biasanya memang memiliki nafsu gede. Lihat saja. Punggungnya nampak sedikit bongkok. Tangan-tangan dan kakinya penuh bulu. Warna kulitnya yang coklat kehitaman mengkilat kena keringat keringnya.

Ciri-ciri macam itu biasanya kontolnya juga gede. Aku selalu merinding menahan gejolak birahiku kalau dekat dia. Tak bisa kulepaskan dari tonjolan bagian depan celananya, menggunung. Pantes saja, ibu-ibu gatel hingga babu-babu genit sangat asyik kalau ngomongin bagaimana sepulang dari pasar tadi ngebonceng ojeknya Jayus. Mereka cerita soal baunya yang
merangsang, soal senggolan dengan tangannya yang penuh bulu.
Kadang-kadang mereka sengaja menempelkan susunya saat mbonceng ojek sepeda si Jayus. Sebaliknya si Jayus, dia juga termasuk banyak omong. Dia ceritakan kalau si Nem, babu Koh Abong demen banget nyiumin kontolnya. Dia enyotin kontolnya hingga pejuhnya muncrat ke mulutnya. Dia telan tuh pejuh, nggak ada sisanya.
Bahkan dia juga cerita kalau Enci’nya (bininya) Koh Abong suka
mencuri-curi pandang, dan menaik-naikkan alisnya kapan pandangannya berbenturan dengan mata Jayus. Dia lagi cari kesempetan atau alasan bagaimana bisa ketemu empat mata tanpa dilihat lakinya.
Lain lagi Dety, orang Menado yang lakinya kerja di kapal yang hanya 6 bulan sekali lakinya pulang dari laut, itupun tidak lebih dari 1 minggu. Dety berbisik sama Atun temen gosipannya, ‘Uhh Tuunn, gue mau klenger deh rasanya’, suatu pagi dia buka omongan, ‘Kenape emangnya?’, Tanya Atun balik dengan logat Betawinya yang kental. ‘Gua baru ngrasain deh. Tuh kontol Jayus yang sedepa (mau cerita betapa panjangnya) bener-bener bikin semaput’. Kemudian dia ceritakan bagaimana tanpa sengaja suatu siang si Jayus kencing di kebon samping rumahnya. Sebagai perempuan yang kesepian karena jarang dapat sentuhan lakinya, dia iseng ngintip dari balik pohon angsana dekat dapurnya. Dia lihat saat Jayus merogoh celananya dan menarik kontolnya keluar. Dety bilang napasnya langsung nyesek. Dia plintirin pentilnya sembari ngintip Jayus kencing. Dia mengkhayal, ‘.. coba aku yang dia kencingin.. hhuuhh..’. Dan beberapa menit sesudah Jayus meninggalkan tempat, dengan gaya yang tidak
memancing perhatian orang dia nyamperin tuh tempat kencingnya Jayus.

Bagian terakhir ini dan selanjutnya nggak dia ceritakan sama si Atun. Dia amati batang pohon mangga yang dikencinginnya. Basah. Air liur Dety menetes keluar, jakunnya naik turun. Darahnya tersirap. Dan tanpa bi
sa menahan diri, tahu-tahu tangan kanannya sudah nyamperin tuh yang basah di batang pohon. Diusapnya basah kencing si Jayus di pohon itu. Matanya nglirik kanan-kiri-depan nggak ada orang lain, dia endus tuh basah ditangannya itu. Wuu.. pesing banget. Kemudian lidahnya menjulur menjilati basah kencing Jayus itu. Eddaann.. Semua cerita-cerita itu terus terang membuat aku dipenuhi setumpuk obsesi. Kapan memekku diterobosi kontolnya?! Dan dari kepalaku mengalir berbagai gagasan untuk menjebak Jayus. Dan kalau sudah begini, mataku menerawang. Aku pengin jilatin batangnya, bijih pelernya sampai dia teriak-teriak keenakkan. Aku akan ciumin pentilnya. Kemudian ketiaknya. Aku akan jilatin semua lubang-lubang bagian tubuhnya. Wwwuu.. nafsu libidoku.. kenapa liar begini ssiihh..?!
Suatu sore, karena ada beberapa bumbu dapur yang habis, aku pergi ke warung langgananku di pasar. Aku pikir jalan sih nggak begitu jauh saat tiba-tiba Jayus dari arah belakangku naik sepeda ojeknya nawarin, ‘Kemana bu? Saya anter?’. Terus terang aku langsung terkesiap dan ..gagap..,’Eehh kang Jayus (begitulah aku biasa memanggil orang lain akang atau kang sebagai tanda hormatku) ..eehh, ..bb ..boleehh, ..mau ke warung langganan nihh’. seperti kebo yang dicocok hidungnya, aku nyamperin jok belakang sepedanya, naruh pantat di boncengan sepeda si
Jayus.
Seketika aku diserang obsesiku. Sementara Jayus nggenjot sepeda, agar tidak jatuh tanganku berpegangan pada sadel yang tentu saja menyentuh bokongnya. Ada setrum yang langsung menyerang jantungku. Deg, deg, deg. Aku dekatkan wajahku ke punggungnya hingga aku cium bau keringatnya.
‘Narik dari jam berapa mas?’, aku buka omongan, ‘Yaah nggak tentu bu. Hari ini saya mulai keluar jam 10.00 pagi. Soalnya pagi-pagi tadi tetangga minta bantu pasang kran air. PAM-nya nggak mau keluar’.
Wwaaoo.., tiba-tiba ada ide yang melintas!
‘Apa yang nggak mau keluar ..?’, nada bicaraku agak aku bengkokkan.
‘Kenapa nggak mau keluar ..?’, untuk lebih memperjelas nada bicaraku yang pertama. Jawabannya nggak begitu aku dengar karena ramainya jalanan.
‘Ooo.., kirain apaan yangg.. nggakk keluarr..’. Dan tanpa aku sadari sepenuhnya, tanganku menjadi agresif, menepuki paha Jayus. ‘Kirain barang Mas Jayus yang ini nggak mau keluar’, mulutkupun tak lagi bisa kukendalikan dengan sedikit aku iringi sedikit ha ha hi hi.
‘Aahh, ibuu, ntarr dilihat orang lhoo’, sepertinya dia menegor aku.
Kepalang basah, ‘Habiiss.., orang-orang pada ngomongin ini ssiihh..’, aku sambung omongan sambil tanganku lebih berani lagi, menepuki bagian bawah perutnya yang naik turun karena kaki-kakinya menggenjot sepeda. Dalam hatiku, kapan lagi kesempatan macam ini datang.
‘Siapa yang ngomoong buu..??’, dia balik tanya tapi nggak lagi ada tegoran dari mulutnya. Dan tanganku yang sudah berada di bagian depan celananya ini nggak lagi aku tarik. Bahkan aku kemudian mengelusi dan juga memijat-mijat tonjolan celananya itu. Aku tahu persis nggak akan dilihat orang, karena posisi itu adalah biasa bagi setiap orang yang mbonceng sepeda agar tidak terlempar dari boncengannya.
‘Ibu berani banget nih, n’tar dilihat orang terus nyampai-in ke bapak lho buu’. Aku tidak menanggapi kecuali tanganku yang makin getol meremas-remas dan memijat. Dan aku rasakan dalam celana itu semakin membesar. Kontol Jayus ngaceng. Aku geragapan, gemetar, deg-degan campur aduk menjadi satu. ‘Mas Jayuuss..’, suaraku sesak lirihh. ‘Bbuu.., aku ngaceng buu..’. Ooohh, obsesiku kesampaian.., dan aku jawab dengan remasan yang lebih keras.
Terus terang, aku belum pernah melakukan macam ini. Menjadi perempuan dengan penuh nafsu birahi menyerang lelaki. Bahkan sebagai istri yang selama ini cinta dan dicintai oleh suaminya. Dan nggak perlu diragukan, bahwa suamiku juga mampu memberi kepuasan seks setiap aku bersebadan dengannya.
Tetapi juga nggak diragukan pula bahwa aku ini termasuk perempuan yang selalu kehausan. Tidak jarang aku melakukan masturbasi sesaat sesudah bersebadan dengan suamiku. Biasanya suamiku langsung tertidur begitu habis bergaul. Pada saat seperti itu birahiku mengajak aku menerawang. Aku bayangkan banyak lelaki. Kadang-kadang terbayang segerombolan kuli pelabuhan dengan badan dan ototnya yang kekar-kekar. Telanjang dada dengan celana pendek menunjukkan kilap keringatnya pada bukit-bukit dadanya. Mereka ini seakan-akan sedang menunggu giliran untuk aku isepin dan kulum kontol-kontolnya. Wwoo, khayalan macam itu mempercepat nafsuku
bangkit.
‘Kang Jayus, aku pengin ditidurin akang lho’, aku bener-bener menjadi pengemis. Pengemis birahi.
‘Jangan bu, ibu khan banyak dikenalin orang di sini’, jawabnya, yang justru membuat aku makin terbakar. ‘Kita cari tempat, nanti aku yang bayarin’, kejarku. ‘Dimana bu, aku nggak pernah tahu’. Iyyaa, tentu saja Jayus nggak pernah mikir untuk nyewa kamar hotel. Klas ekonominya tukang ojek sepeda khan kumuh banget.
Saat nyampai di warung tujuan aku turun dari sepedanya, ‘Kang Jayus tungguin saya yah’, biar nanti aku kasih tahu kemana mencari tempat yang aman dan nyaman untuk acara bersama ini.
‘Nih tempatnya yang kang Jayus tanyain tadi, barusan aku pinjem pensil enciknya (pemilik warung) dan aku tulis tuh alamat hotel yang pernah aku nginap bersama suami saat nemenin saudara yang datang dari Surabaya.
‘Maapin bu, saya nggak bisa baca’, ahh.. aku baru ingat kalau dia buta huruf.., konyol banget nih. ‘OK kang, gini aja, besok akang tunggu saja aku di halte bis depan sekolah SD Mawar, tahu? Jam 10 pagi, OK?’, dia ngangguk bengong. Walaupun nggak bisa baca rupanya dia tahu apa artinya ‘OK’.
‘Tt.. tapi bu.., n’tar ada yang ngliatin, n’tar diaduin ke suami ibu,
n’tar..’, rupanya dia belum juga mengambil keputusan. Keputusan nekad.
Ampuunn.. Aku jadinya nggak sabar. ‘Udahlah kang, ayyoo, sambil jalan..’, sementara hari udah mulai gelap, lampu jalanan sudah menyala. Pada jam begini orang-orang sibuk, kebanyakan mereka yang baru pulang kerja.
Kembali aku duduk di boncengan sepedanya. Dan kembali aku langsung merangkul pinggangnya hingga tanganku mencapai bagian depan celananya. Rupanya kontol Jayus udah ngaceng. Tangankupun langsung meremasi gundukkan di celananya itu. ‘Bbuu, enaakk..’, dia mendesah berbisik. ‘Makanya aayyoo kang.., aku juga pengin ini banget..’, jawabku sambbil memijat gundukkan itu.
Beberapa saat kami saling terdiam, saling menikmati apa yang sedang berlangsung. ‘Buu, bagaimana kalau ketempat lain aja yang gampang bu??’, wwoo.. aku berbingar. Rupanya sambil jalan ini Jayus mikirin tempat. ‘Dimana?’, tanyaku penuh nafsu, ‘Di rumah kontrakan temen saya, kebetulan lagi kosong, yang punya rumah lagi mudik, lagian kebonnya lebar, nggak akan ada yang ngliatin, apa lagi gelap begini’.
‘Jadi kang Jayus maunya sekarang ini?’, aku agak terperangah, nggak begitu siap, n’tar suamiku nyariin lagi. ‘Habis kapan lagi bu? Sekarang atau besok-besok sama saja, lagian besok-besok mungkin di rumah itu udah ramai, pemiliknya udah pulang lagi’. Kalau menyangkut nafsu birahi rupanya Jayus ini nggak begitu bodoh. Cukup lama sebelum akhirnya aku menjawab, ‘Ayyolahh..’, sepeda ojek langsung berbalik, beberapa kali berbelok-belok masuk gang-gang kumuh. Nampaknya orang-orang ramai
sepanjang jalan nggak mau ngurusin urusan orang lain. Mereka nampak tidak acuh saat kami melewatinya.
Kemudian sepeda ini nyeberangin lapangan yang luas dibawah tiang tegangan tinggi sebelum masuk rumah kontrakkan yang diceritakan Jayus tadi. Di depan tanaman pagar yang rapat ada pintu halaman dari anyaman ambu, kami berhenti. Dari dalam ada orang yang bergegas keluar, ‘Min, ini mpok gua, baru dateng dari Cirebon, numpang istirahat sebentar sebelum nerusin ke Bekasi, rumah mertuanya. N’tar aku nggak pulang mau ngantar ke Bekasi ya?!’, aahh.., lihai banget nih Jayus, ngibulnya bener-bener penuh fantasi.. Aku salaman sama ‘Min’ tadi. Saat bersalaman, salah satu jarinya dia selipkan ke telapak tanganku kemudian mengutiknya. Kurang ajar, batinku, rupanya dia tahu kalau si Jayus sekedar ngibul. Rupanya cara macam ini sudah saling mereka kenali. Rupanya kibulan tadi justru untuk aku. Untuk menyakinkan aku bahwa tempat ini aman untukku.
‘Ayo bu, istrirahat dulu, mandi-mandi dulu, n’tar aku ikut ke Bekasi,
biar nggak nyasar-nyasar’, uuhh..tukang kibulku.. yang.. sebentar lagi akan aku jilati kontolnya.. Dan memang aku sudah jadi perempuan yang nekad, pokoknya harus bisa merasakan ngentot sama Jayus. Dan sekarang ini kesempatanya. Masa bodo dengan segala kibulan Jayus, masa bodo dengan tangan usil si ‘Min’ tadi.
Nggak tahunya aku dibawa ke loteng. Dengan tangga yang nyaris tegak aku mengikuti Jayus memasuki ruangan yang sempit berlantai papan dengan nampak bolong sana-sini. Dalam ruangan tanpa plafon hingga gentingnya yang rendah itu hampir menyentuh kepala, kulihat tikar tergelar. Dan nampak bantal tipis kusam di ujung sana. Kuletakkan barang bawaanku.
Tanpa menunggu ba bi Bu lagi Jayus langsung menerkam aku. Tangannya langsung memerasi bokongku kemudian susu-susuku. Akupun langsung mendesah.. Birahiku bergolak.. Darahku memacu..Aku menjadi sangat kehausan.. Tanganku langsung membuka kancing celana Jayus kemudian memerosotkannya. Dalam dekapan dan setengah gelagapan yang disebabkan kuluman bibir Jayus, aku merabai selangkangannya. Kontol
yang benar-benar gede dan panjang ini kini dalam genggaman tanganku. Aku keras dan liatnya, denyut-denyutnya. Kontol yang hanya terbungkus celana dalam tipis hingga hangatnya aku rasakan dari setiap elusan tangan kananku. Kami saling melumat. ‘Bbuu, aku nafsu bangett bbuu..’, aku dengar bisikan desah Jayus di telingaku. Hhheehh..
Kemudian tangan Jayus menekan pundakku supaya aku rebah ke tikar yang tersedia. Terus kami bergumul, dia menaiki tubuhku tanpa melepaskan pagutannya. Dan tanganku merangkul erat tubuhnya. Kemudian dia balik hingga tubuhku ganti yang menindih tubuhnya. Aku terus melumatinya. Lidahnya yang menjulur kusedoti. Ludahku di-isep-isep-nya.
‘Bbbuu, aayyoo ..aku udah nggak tahan nihh..’. Sama. Nafsu liarku juga sudah nggak terbendung. Aku prosotkan sendiri celana dalamku tanpa mencopot roknya. Sementara itu ciuman Jayus telah meruyak ke buah dadaku. Wwwuu.. Aku menggelinjang dengan amat sangat. Bulu-bulu bewok dan kumis yang tercukur rasanya seperti amplas yang menggosoki kulit halus dadaku.
Dalam waktu yang singkat berikutnya kami telah sama-sama telanjang bulat. Jayus menindih tubuhku. Dan aku telah siap menerima penetrasi kontolnya ke vaginaku. Aku telah membuka lebar-lebar selangkanganku menyilahkan kontol gede Jayus itu memulai serangan. Saat ujung kemaluannya menyentuh bibir vaginaku, wwuuhh ..rasanya selangit. Aku langsung mengegoskan pantatku menjemput kontol itu agar langsung menembusi kemaluanku. Sungguh aku menunggu tusukkan batang panas itu agar kegatalan vaginaku terobati.
Agak kasar tapi membuatku sangat nikmat, Jayus mendorong dengan keras kontolnya menerobos lubang kemaluanku yang sempit sekaligus dalam keadaan mencengkeram karena birahiku yang memuncak. Cairan-cairan pelumas yang keluar dari kemaluanku tidak banyak membantu. Rasa pedih perih menyeruak saraf-saraf di dinding vaginaku. Tetapi itu hanya sesaat..
Begitu Jayus mulai menaik turunkan pantatnya untuk mendorong dan menarik kontolnya di luang kemaluanku, rasa pedih perih itu langsung berubah menjadi kenikmatan tak bertara. Aku menjerit kecil.. tetapi desahan bibirku tak bisa kubendung. Aku meracau kenikmatan, ‘Enak banget kontolmu kang Jayuss.. aacchh.. nikmatnyaa.. kontolmu Jayuss.. oohh.. teruusszzhh.. teruuzzhh.., uuhh gede bangett yaahh.. kangg.. kangg enakk..’
Genjotan Jayus semakin kenceng. Bukit bokongnya kulihat naik turun demikian cepat seperti mesin pompa air di kampung. Dan saraf-saraf vaginaku yang semakin mengencang menimbulkan kenikmatan tak terhingga bagiku dan pasti juga bagi si Jayus. Dia menceloteh, ‘Uuuhh buu, sempit banget nonokmuu ..buu.., sempit bangeett.. bbuu enaakk bangett..’. Dan lebih edan lagi, lantai papan loteng itupun nggak kalah berisiknya. Aku bayangkan pasti si ‘Min’ dibawah sono kelimpungan nggak keruan. Mungkin saja dia langsung ngelocok kontolnya sendiri (onani).
Terus terang aku sangat tersanjung oleh celotehannya itu. Dan itu
semangatku melonjak. Pantatku bergoyang keras mengimbangi tusukkan mautnya kontol Jayus. Dan lantai papan ini .. berisiknyaa.. minta ampun!
Percepatan frekwensi genjotan kontol dan goyangan pantatku dengan cepat menggiring orgasmeku hingga ke ambang tumpah, ‘Kang .. kang.. kang..kang.. aku mau keluarrcchh.. keluarrcchh.. aacchh..’, aku histeris. Ternyata demikian pula kang Jayus. Genjotan terakhir yang cepatnya tak terperikan rupanya mendorong berliter-liter air maninya tumpah membanjiri kemaluanku. Keringat kami tak lagi terbendung, ngocor.
Kemudian semuanya jadi lengang. Yang terdengar bunyi nafas ngos-ngosan dari kami. Dari jauh kudengar suara kodok, mungkin dari genangan air comberan di kebon.
Aku tersedar. Dirumah pasti suamiku gelisah. ‘Kang Jayus, aku mesti cepet pulang nih ..’, Dia hanya melenguh ‘..hheehh..’. Kulihat kontolnya ternyata masih tegak kaku keluar dari rimbunan hitam jembutnya menjulang ke langit. Apa mungkin dia belum puas?? Aku khawatir kemalaman nih. ‘Ayyoo kang, pulang dulu.., kapan-kapan kita main lagi yaahh ..’.Jayus bukannya bangun. Dia berbalik miring sambil tangannya memeluk tubuhku mulutnya dia tempelkan ke pipiki dan berbisik, ‘Buu, aku masih kepingin..’, ‘Nggak ah.., aku kan takut kemalaman, nanti suamiku nyariin
lagi’. ‘Jangan khawatir bu.. Sebentar saja.. Aku pengin ibu mau ngisepin kontolku. Kalau diisepin cepat koq keluarnya dan aku cepat puas. Lihat aja nih, dianya nggak mau lemes-lemes. Dia nunggu bibir ibu nihh..’. Jayus menunjukkan kontolnya yang gede panjang dalam keadaan ngaceng itu.
‘Ayyoo dong buu.., kasian khan .., bbuu..?!’. Dia mengakhiri omongannya sambil bangkit, menggeser tubuhnya, berdiri kemudian ngangkangin dadaku lantas jongkok. Posisi kontolnya tepat di wajahku. Bahkan tepat di depan bibirku. ‘Aayyoo buu, isepin duluu.., ayyoo buu, ciumin, jilat-jilat..’.
Aku jadi nggak berkutik. Aku pikir, biarlah, OK-lah, supaya cepat beres dan cepat pulang.
Kuraih kontol itu, kugenggam dan kubawa kemulutku. Aku jilatin kepalanya yang basah oleh spermanya sendiri tadi. Aku rasain lubang kencingnya dengan ujung lidahku. ‘Aammpuunn.. Enakkbangett..’, Jayus langsung teriak kegatalan.
Sambil tanganku mempermainkan bijih pelernya, kontol itu aku enyotin dan jilatin. Rupanya Jayus ingin aku cepat mengulumnya. Dan dia kembali mulai memompa. Kali ini bukan memekku tetapi mulutku yang dia pompa. Pelan-pelan tetapi teratur. Dan aku.., uuhh.. merasakan kontol gede dalam rongga mulutku.., rasa asin, amis, pesing dan asem berbaur yang keluar dari selangkangan, jembutnya, bijih pelernya.., nafsuku kembali hadir.
Dan pompa Jayus mencepat. Aku mesti menahan dengan tanganku agar kontol itu tidak menyodok tenggorokanku yang akan membuatku tersedak. Tidak lama .. Tiba-tiba Jayus menarik kontolnya dan tangan kanannya langsung mengocoknya dengan cepat persis didepan muluku. ‘Ayoo bu, minum pejuhku.. Buu, ayo makan nih kontolkuu.. Ayoo buu..minumm..buu.. Bbbuu..’, kocokkan itu makin cepat. Dan reflekku adalah membuka mulut
dan menjulurkan lidahku. Aku memang pengin banget, memang menjadi obsesiku, aku pengin minum sperma si Jayus. Dan sekarang .. Entah berapa banyak sperma Jayus yang tumpah kali ini. Kurasakan langsung ke mulutku ada sekitar banyak kali muncratan. Dan aku berusaha nggak ada setetespun yang tercecer. Uuuhh.., aku baru merasakan. Gurihnya sperma Jayus mengingatkan aku pada rasa telor ayam kampung yang putih dan kuningnya telah diaduk menjadi satu. Ada gurih, ada asin, ada
tawarnya.. dan lendir-lendir itu ..nikmatnyaa..
Saat pulang kuselipkan dalam genggaman si ‘Min’ lembaran Rp. 50 ribu. Mungkin semacam ongkos bungkam. Dia dengan senang menerimanya. Tak ada lagi jari ngutik-utik telapak tanganku.
Jayus menurunkan aku di belokkan arah rumahku. Aku beri Jayus lembaran Rp. 100 ribu, tetapi dia menolak, ‘Jangan bu, kita khan sama-sama menikmati.., dan terserah ibu.., kalau ibu mau, kapan saja saya mau juga.. Tetapi saya nggak akan pernah mencari-cari ibu, pemali, n’tar jadi gangguan, nggak enak sama bapaknya khan?!’. Wah.., dia bisa menjaga dirinya dan sekaligus menjaga orang lain. Aku senang. Sesampai di rumah ternyata suamiku tidak gelisah menunggu istrinya.
Kebetulan ada tamunya, tetangga sebelah teman main catur. Aku cepat tanggap, ‘Udah dibikinin kopi belum pak?!’ ..yang terdengar kemudian .. Skak!
Wonosobo, Maret 2003