Nicky Sinten

Sabtu, 13 Desember 2014

Derita Seorang Janda Kesepian




Hai, perkenankan aku untuk sedikit bercerita tentang pengalamanku pertama kali dengan teman kantorku, Deni. Saat ini aku sedang gemar berinternet ria di kantorku, aku adalah seorang janda, orang bilang aku cantik, tinggiku 1.68 cm, kulitku putih mulus dengan ukuran tubuh 34/29/37, yah buah dadaku memang tidak begitu besar dibandingkan dengan tinggi tubuhku, tapi aku punya pinggul yang sangat menggiurkan. Banyak pria yang pernah tidur denganku yang mengatakan demikian. Dulu aku pernah menikah selama tiga tahun. Baru saja aku bercerai karena suamiku itu main serong dengan ibu dan kakak kandungku sendiri. Sekarang aku masih bekerja di salah satu BUMN ternama. Dua minggu yang lalu aku sempat berkencan dengan teman kantorku di sebuah motel di Jakarta Selatan. Saat itu aku sedang bingung karena kehabisan uang untuk bayar berbagai tagihan-tagihan. Setelah aku ketemu Deni, dia mau meminjamkan uangnya kepadaku sebanyak tiga juta setengah, tapi dengan syarat dia ingin tidur denganku. Aku terkejut tapi lalu aku mengiyakan saja daripada aku tidak dapat uangnya. Ditambah lagi Deni itu lumayan ganteng.

Hari Jum’at sepulang kantor aku dijemput olehnya, lalu kami pergi ke Motel Pondok Nirwana. Sampai disana dia langsung menerkamku. Buah dadaku diremas-remas sampai sedikit ngilu. Lalu bajuku semua dibukanya, aku telanjang bulat dihadapannya dan dia memandangku sambil tersenyum penuh nafsu. Lalu aku berbaring sambil menutupi tubuhku dengan bantal. Setelah dia membuka seluruh bajunya aku sempat terkejut memandangi batang penisnya yang cukup panjang, lebih panjang dari mantan suamiku, apalagi si Angga, Maxy dan Budi mantan-mantan pacarku. Aku sebenarnya sangat tidak menyukai oral seks, tapi untuk yang satu ini, aku ingin melumatnya habis kedalam mulutku. Aku tertegun sambil memegang batang penisnya, karena sangat panjang, kupegang dengan dua tangan saja kepala penisnya masih kelihatan. Kukocok-kocok penis besar milik Deni ini sambil kujilat-jilat kepala penisnya, lalu kumasukkan kedalam mulutku. Uppss.. tidak cukup semuanya baru setengah saja sudah menyentuh amandelku. Tiba-tiba Deni menjerit pelan dan terasa cairan hangat dan encer membasahi rongga mulutku. Aku kaget lalu kukeluarkan batang penisnya lalu bangun dan berlari kecil ke kamar mandi untuk membuang air maninya dan membersihkan mulutku. Setelah gosok gigi dan merasa bersih, aku kembali ke tempat tidur. Kulihat Deni telah tidur tengkurap dan tidak bergeming. Aku sedikit kecewa ternyata dia ejakulasi prematur. Baru kuhisap sekali-dua kali saja sudah keluar. Lalu sekarang tertidur lemas tak berdaya.. payah!! laki-laki egois!!

Tiba-tiba aku ingat dan kangen sekali pada bekas suamiku, dia adalah laki-laki yang sangat perkasa yang pernah meniduri diriku, aku belum pernah bersetubuh dengan laki-laki yang bisa membuatku keluar lebih dari sekali. Kecuali Mas-ku itu, sayang aku telah bercerai darinya padahal aku sangat mencintainya. Gara-gara kami sering bertengkar setelah aku pernah memergokinya di kamar kami, ketika itu kulihat dia sedang duduk di pinggir tempat tidur sambil batang penisnya dihisap dan dijilat-jilat oleh ibuku sendiri. Kami sekeluarga bertengkar hebat, tetapi Mas-ku itu dibela dan didukung oleh ibu dan kakakku, terakhir yang kutahu ternyata selain ibuku, kakakku juga sering menikmati tubuh suamiku. Aku lantas mengultimatum keluargaku, aku boleh bercerai atau jika tidak aku yang pergi dari rumah ini. Akhirnya semuanya mengalah, kami pun bercerai. Namun hingga saat ini mantan suamiku masih sering datang ke rumah, terutama bila ayahku sedang berada di rumah istri mudanya. Aku tahu apa yang sering dilakukannya bila di rumahku, bahkan aku pernah memergoki kemudian mengintip mantan suamiku dan ibuku serta kakakku bergumul hebat tanpa busana di ranjang kakakku.
Saat ini betapa aku sangat merindukan perlindungan dan belaian kasih sayang dari seorang laki-laki yang cukup jantan, yang hanya mau memuaskan hasratku saja, tidak tergiur oleh godaan dan rangsangan ibu dan kakakku.

Jumat, 12 Desember 2014

Mbak Ira, Suster Cantikku



Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu
saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya
masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan
asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki
pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita
ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini
adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat
ini.

Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak
tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit
dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit
hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa
hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan
merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha
pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya
lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas
kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan.
Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari
tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk
berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya
sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak
panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup
luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa
pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang
sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum
mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku
untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang
kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke
kamarku.
"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu
tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang
terlihat montok dan menggiurkan.
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin
karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak
mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari
ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu
ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun
dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat
sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang
Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah
boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku
seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku
membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan
menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong
sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien
rumah sakit yang tipis itu.
"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih,
pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku
yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya
cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku
dengan selimut.
"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem
kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis
itu.
"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa
lengket mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban mbak
kerja disini. Tapi mbak bener-bener ngga berani kalau pak
dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah
memancing gairahku.
"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu mbak ngga boleh sembarangan
ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat
"nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum
pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu,
kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja
disamping tempat tidurku.
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa
lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan
melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang.
Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap
bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa
membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira
kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya
dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak,
terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa
terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak
membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani
sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.
Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh
tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin
kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak
mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku
melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu
meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan
bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian mbak Ira menyuruhku membalikkan badan.
Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali
melihat kontolku yang ereksi.
"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri,
sayapun membalikkan tubuhku.
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku,
rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung
mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku
dengan memejamkan mata.
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan
sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya
benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali
telapak tangannya menyentuh putingku.
"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.
"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar
ucapannya ini.
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar
terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih
keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa,
cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma
tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin
berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan
memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan
sesekali dicubitnya putingku.
"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau
putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari
nakalnya.
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu
sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh mbak Ira, satu sisi
saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin
saja tiba-tiba masuk.

"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya mbak Ira kepadaku.
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah
mana dia akan berbicara.
"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.
"Belum mbak" jawabku lagi.
"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih",
lanjutnya centil.
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak
olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan.
Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.
"Pantes deh, de Iwan dari tadi mbak perhatiin ngaceng terus,
Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong.
Belum sempat saya menjawab, mbak Ira sudah memulai aksinya.
Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku.
Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku,
dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan
lidah dan gigi-gigi kecilnya.
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya
mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa,
setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.
Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit
mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan
memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya
dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali
saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh
mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai
kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba
menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa
gawat", katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari
tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak
disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian
dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak
merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas
menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang
bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya,
digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing
seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk
sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang
berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini
lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan
wanita, namun mbak Ira benar-benar pintar membimbingku.
Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam
berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang
berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh
enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka
Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi
puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan
sesekali menggigitnya.
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih",
desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan
membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak
saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat
dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini
kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan
kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap
selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua
tangannya.
"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh... ahh..", desahku menahan
agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang
kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya
sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri.
Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol
kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana
dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil
melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah,
sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi
bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit
becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol
kaki.
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget",
desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak
khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan
keras juga.
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin
banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya
mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film
BF yang biasa kutonton.
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala
kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya
itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol
kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum
pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang
terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini
kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang
kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa
mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan
tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari
jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya
agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya
sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya
benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di
sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap
berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera
"keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan
terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat
enak sekali.
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan
mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak
dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Ira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati
cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut
merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat
kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku
melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang
dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian
seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan
mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah
tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar
pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari
mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati
pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya
melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara
langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Ira.
Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan
kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet
sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan mbak Ira.
Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak
mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu
menggoda.

Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol
sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam
memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan
satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih
mengeras dan terlihat makin mancung itu.
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda mbak Ira
sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang
tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan
memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah
mulai kering dari air ludah mbak Ira, kini kembali basah. Saya
mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan
jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.
"Ngga usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe",
agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga
merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja
dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua
kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh
sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap,
disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat,
benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah
oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat
mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk
menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk
beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak
Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia
juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau
keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena
teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat
memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke
arah mulutku.
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok
kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini.
Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul
dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai
hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan
kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
"Ahh.. ahh..", desah mbak Ira disaat terakhir berbarengan
dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan
mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan
yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan
bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun
orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang
pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti
membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia
duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku
yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan
meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian
ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami
keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan
aman-aman saja.

Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan
seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan
Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering
berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya
yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi
sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah
beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih
kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya,
lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling
memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa
"horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya
sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta
dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit,
benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling
tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar
fantastis menurutku...

TAMAT

Kamis, 11 Desember 2014

Lisya Ohhh Lisya… Nikmatnya Keperawanan



Perkenalkan aku Deni (Nama Samaran) Sebut saja begitu. Aku saat ini berumur 19tahun. kejadian ini terjadi sekitar aku berumur 17tahun. Lisya saat itu baru berumur 16tahun. Lisya sekolah di salah satu sekolah swasta di bekasi dan dia adalah salah satu bintang kelas dan dia bisa dibilang anak mami. Kecantikannya menggoda sekali sehingga banyak laki-laki yang ingin menjadi pacarnya. Bisa dibilang Lisya adalah PRIMADONA-nya sekolah itu?
Aku pertama kali mengenal Lisya pada saat aku sedang bermain biliard di salah satu mall di jakarta utara (klp.Gading mall).
Waktu itu aku ingin berkenalan dengannya tetapi aku sedikit malu-malu, soalnya cewek yang satu ini benar-benar cantik dan lain dengan yang aku liat dari biasanya. Lisya seorang cewek chinese, kulit putih, tinggi 161cm dan ukuran dada 34A bisa dibilang lumayan untuk ukuran remaja yang baru berumur 16 tahun.
Aku akhirnya berkenalan dengan Lisya walau aku malu-malu setengah mati, takut ditolak eh gak tahunya aku berhasil berkenalan dengannya!
“Hai… boleh kenalan ga cewe”, sapaku dengan sedikit percaya diri.
“Siapa yahhh?”, jawab Lisya.
“Saya deni? Boleh kenalan ga, kamu siapa?”
“Boleh kok emank siapa yang ngelarang… Aku Lisya.”
“Sekolah dimana?? Tanyaku sedikit basa-basi.”
“Ada deh”, Katanya sedikit manja.

Akhirnya kami ngobrol panjang dan aku sedikit berani menanyakan nomor teleponnya.
Malamnya aku mencoba menelepon Lisya dan pada saat itu Lisya mengangkat teleponku.
“Halo ini Lisya ya”, sapaku.
“Iya..ni sapa ya”, Lisya menjawab.
“Ini aku deni yang tadi siang berkenalan dengan kamu Sya”, kataku.
“Oh… iya?? ada apa den?”
“Engga aku cuma pingin ngobrol aja Sya… Ganggu ga?”
“Engga ganggu kok den… biasa aja sama Lisya yah.”
Aku mulai membuka topik pembicaraan meskipun sedikit canggung dan tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan. Lalu aku mulai memberanikan diri dengan menanyakan tentang kehidupan dia.
“Lisya udah punya pacar?”, tanyaku.
“Belum Den… dulu Lisya punya pacar tapi Lisya udah putus”, jawabnya.
“Lho putus gara-gara apa sya?”
“udah bosen aja”, jawab Lisya polos.
“Lisya besok aku pingin ketemuan sama kamu bisa ga?”, pintaku.
“Boleh kok Den… mau ketemuan dimana?”
“Di MKG aja sya mau??”, tanyaku.
“Boleh jam 3 sore yah pas Lisya pulang sekolah”, jawabnya.
“Ok… selamat malam Sya”, jawabku sebelum menutup pembicaraan.
Besoknya jam 3 sesuai kesepakatan kami bertemu di MKG… Lisya berdandan sexy sekali pada saat itu dengan baju yang teramat sangat menggoda… Ingin sekali aku menyetubuhinya tetapi aku masih perjaka… tidak tahu caranya bagaimana ML…
Kami ngobrol panjang lebar sampai jam 6 sore sambil makan-makan… Tak terasa pada saat mau mengantarkan Lisya pulang hujan turun deras sehingga aku menetap di mobilku.
Aku bertanya pada Lisya, “Mau es krim ga say?”, aku memanggil dia dengan sapaan “say”, eh ternyata dia juga balik meresponseku dengan perkataan “mau donk say”. Cuaca saat itu mendukung sekali… cuaca hujan gerimis dan pada saat itu kami berdua di mobil. Aku membelokkan mobilku ke parkiran mobil. Lisya bertanya,
“Ngapain kita ke parkiran say?”
“Gak apa-apa kok say… aku cape aja”, aku mulai memandangi buah dada Lisya yang pada saat itu menggoda sekali… ingin sekali aku menjilati puting susunya itu…
Lisya melihatku dan ia berkata “Ikhhh.. Deni nakal liat-lihat perabotan Lisya… bayar tauuuu!? Masa liat gratis, ga bayar”, ucapnya manja.
Aku hanya bisa tertawa dan dalam hatiku aku ingin sekali mengecup bibirnya… aku mulai memberanikan diri untuk mencium mulutnya walaupun Lisya menolak tapi aku terus memaksa dan pada akhirnya dia tidak bisa mencegah aku untuk menciummnya. Aku melumat bibirnya dengan sangat lembut dan tak disangka Lisya membalas ciumanku dengan ganasnya.
Lisya bertanya kepadaku, “Deni udah pernah ML belum?”
“Belum”, jawabku.
“Lisya juga masih perawan Den… Lisya ga tau bagaimana caranya ML.”
Serasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Lisya, aku mulai memberanikan diri tuk membuka pakaiannya. Lisya malah memberikan posisi tuk memudahkan aku membuka pakaiannya. Aku membuka branya yang warna hitam itu… WOW dada Lisya yang berukuran 34A langsung aku kulum dan Lisya berteriak kecil,
“Aaachh… geli Den! Jangan cuma satu doank donk say… sebelahnya juga donk say”, aku mulai menjilati puting susu bagian sebelahnya. Lisya yang merasa bergairah mulai membuka pakaian dan celanaku. Aku pun juga membuka celananya dan kami berdua pun dalam keadaan telanjang bulat di dalam mobil. Pada saat itu tempat parkir sedang mendukung: tidak ada satu orang pun yang melihat kami.
“Kulum kontolku donk say”, pintaku.
“Lisya ga pernah ngelakuin ini satu kali pun Den”, jawabnya.
“Aku juga blm pernah melakukannya Say… jadi kita sama kan”, kataku.
“Iya saya coba deh”, jawabnya.
Lisya mulai mengemut kontolku dan dia merasa enjoy mengemut kontolku yang berukuran 15cm. Aku juga mengelus bibir vaginanya dengan tanganku. Dia mengerang, “emh..ehm..ehm..”, tanda dia mulai bereaksi pada sentuhan tanganku…
Aku yang tidak tahan dengan vaginanya. Aku mulai membaringkannya dan langsung menjilati vaginannya.
“Ouchh… nikmat bangat say, terusssss….achh..achh “, Lisya mendesah dan aku terus menjilati klitorisnya dan pada akhirnya dia mendesah tidak karuan.
“Aahhhh… achhhhhh Den akuuu keluarrrr…achhh?!”, keluarlah cairan putih dengan baunya yang khas.
Lisya tak mau kalah. Dia ingin mengulum kontolku. Kami melakukan gaya 69 di jok mobil belakang. Lisya mengemut kontolku dengan ganasnya. Dikocok-kocok dan diemut dengan ganas. Maklum baru pertama kali kami melakukannya. Lalu aku yang sudah tidak tahan… aku mulai menyuruhnya merebahkan diri dan mengangkat pahanya sehingga tampaklah memeknya yang merah dan menggoda itu.
“Aku masukin ya say?”, tanyaku.
“Iya say tapi pelan-pelan yah… Lisya masih perawan.”
Aku mulai memasukan kontolku ke liang vaginanya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke liang vaginanya saking rapatnya. Lisya berteriak, “Ahhh… sakiiittt Den!”.
Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Lisya yang membalasnya dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu…
“Ahhhh… sakittt Den”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Lisya berteriak, “Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar membanjiri jok mobil belakangku.
“Saay lanjut ga? Nih… aku belum apa-apa tau”, tanyaku…
“Iya say lanjut aja… Lisya siap kok”, jawab Lisya.
Lampu hijau nih… aku mulai memasukan kontolku ke memek Lisya lagi… Lisya sangat menikmati tusukan kontolku ke liang vaginannya.
“Say…liss..ya kee…luarrr”, dan pada saat itu cairan putih itu keluar. Ternyata dia orgasme. Cairan putih itu membanjiri kontolku yang nikmat dijepit oleh dinding dinding memek Lisya. Kontolku masih berada di dalam memek Lisya.
“Kamu belum keluar Say?”, tanya Lisya.
“Belum Say”, jawabku.
Aku meneruskan tusukan ke memek Lisya dan Lisya terus mengerang… suara teriakannya membuat aku tambah bernafsu.
“Aachh… achhh….achhhhh.achhhhhh..de…niiii km heee..batt sayyy…”, dan tiba2 Lisya mengeluarkan lagi cairan putih. Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.
“Kamu belaum keluar-keluar juga Say. Cepat keluarin donk Say, udah malam”, pintanya.
“Ok say”, jawabku.
Aku mulai mempercepat gerakanku. Menggenjot memek Lisya dengan sangat cepat.
“Acchh… achhh… achhhh… achhh”, Lisya mendesah menikmati setiap tusukan kontolku yang belaum pernah dia rasakan sebelumnya. Aku yang hampir orgasme semakin mempercepat gerakan kontolku keluar masuk memek Lisya.
“Sayyy… aku mau keluar nihhhhh”, ucapku.
“Keluarin di luar ya say jangan didalem”, pinta Lisya.
Aku akhirnya orgasme dan mengeluarkan spermaku ke dada Lisya yang lumayan besar itu.
“Ccroott… crootttt…”, aku menumpahkan ke dadanya dan sebagian ke mukanya.
“Thanks ya Say… kejadian ini ga bakalan aku lupain”, kata Lisya.
“Sama-sama say… aku juga ga akan melupakan kejadian ini.”
Akhirnya kami selesai ML dan kami memakai pakaian kami kembali. Dan saatnya mengantarkan Lisya pulang kami sempat berciuman pada saat aku mengantar dia sampai depan rumahnya.
Aku dan Lisya tidak akan melupakan kejadian dimana aku melepas keperjakaanku dan dia memberikan keperawanannya.
Kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya lagi di rumahnya pada saat rumahnya sepi. Setidaknya aku dan Lisya setiap akhir weekend diisi dengan ML. Meskipun aku tidak ada hubungan apapun dengan Lisya… meskipun aku sekarang sudah menetap di Malang dan aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dari cewek cewek yang ada disini tapi Lisya telah memberikan pelajaran yang sgt berarti kepadaku.
Good-bye Jakarta… I’m coming MALANG! Thank you Lisya.