Nicky Sinten

Senin, 31 Maret 2014


Ratih Di Beach Club II



Terasa Ratih menyenderkan tubuhnya kepadaku hingga terasa pantatnya menekan penisku, sekejap terasa aliran listrik di sana. Akhirnya kami jalan bergandengan ke kamar Ratih, jam menunjukkan pukul 7, hari masih terang. Sesampai di kamar, aku duduk di sofanya, setelah mengobrol sebentar, Ratih masuk ke kamar mandi, pintunya sedikit terbuka lalu terdengar suara shower pertanda Ratih sedang mandi. Tak lama dia keluar kamar mandi dengan mengenakan kimono handuk panjang sampai ke bawah lutut.

"Hayo.. Sana mandi, terus kita berangkat.." katanya.

Aku buka baju dan celanaku di depan pintu kamar mandi lalu kulempar di meja tempat menaruh kopor, penisku yang lemas terlihat kecil.

"Nggak malu ya buka celana di depan gua?" katanya sambil tertawa.
"Ngapain malu, kan lu udah pernah liat" jawabku.
"Waktu itu liatnya nggak jelas, gelap dan sekelebatan, lagian kan udah lama" protesnya.
"Mau liat lebih jelas? " kataku sambil melirik dan masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintunya sama sekali, toh kalau dia tidak jalan ke arah pintu, dia tidak dapat melihat aku yang bugil di kamar mandi.

Ketika aku menikmati hangatnya air dari shower dengan membelakangi pintu, tiba tiba terdengar pintu shower terbuka, aku pura pura tidak tahu. Lalu aku balikkan badan sambil menutup mata merasakan air shower di kepalaku, Aku intip, Ratih sudah berada di dalam shower, telanjang bulat.

"Kok nggak sama seperti yang gua lihat dulu, kecil ?" ujarnya sambil tangannya memegang penisku, otomatis aliran darah segera menuju penisku yang menyebabkan mengeras.

Aku tarik Ratih ke pelukanku sambil aku cium bibirnya dan kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Ratih membalas tak kalah hot, dijulurkannya lidahnya mencari lidahku dan berusaha menyedotnya, sementara penisku segera mengeras dengan sempurna di tangan Ratih.

Segera Ratih melepaskan bibirnya dari bibirku, turun menjilati leher dan belakang telingaku, aku remas buah dadanya yang kecil tapi cukup sekal untuk wanita berumur kepala 3 seperti dia. Dia mencari putingku lalu disedotnya perlahan dan diberinya gigitan-gigitan kecil di sekitarnya.

"Ooh Rat..,. Enak Rat.. Terus.. Terus"

Sementara tangannya menjulur meremas penis dan buah zakarku sambil menurunkan badannya dia berjongkok lalu lidahnya terasa menyapu kepala penisku, dijilatnya belahan kecil penisku, kejang-kejang ngilu aku dibuatnya, lalu dikulumnya kepala penisku.

"Lho kok bisa jadi gede segini?"

Perlahan tapi pasti, penisku masuk perlahan lahan sambil kepalanya berputar ke kanan ke kiri dan lidahnya menelusuri batang penisku. Rasanya nikmat sekali. Kepalanya maju mundur mengocok penisku sambil sesekali diputarnya ke kanan ke kiri dan lidahnya bermain main di ujung penisku. Penisku dilepas dari mulutnya, lalu lidahnya menjilati buah zakarku, turun terus ke bawah ke arah pangkal penisku sampai perbatasan dengan anusku sambil tangannya terus mengocok penisku.

"Ooh.. Rat.. Aku hampir keluar.. Terus Rat.. Ke bawah.." erangku.

Ratih kembali memasukan penisku ke dalam mulutnya lalu mengocok dan dihisapnya kuat-kuat sampai akhirnya.. Serr.. Serr.. terasa spermaku keluar dengan derasnya kira kira 5-6 kali mengedut di dalam mulutnya. Ratih masih terus menghisap penisku sampai kakiku terasa lemas, tapi penisku masih terasa keras, lalu Ratih segera menungging menghadap kaca dan tangannya bersender di kaca. Tanpa basa basi langsung aku colokkan penisku ke dalam vaginanya, agak seret, namun tidak terlalu sulit untuk memasukinya.

"Vir.. Kontol lu enak.. Sayang udah nggak seberapa keras" ujarnya. Memang terasa penisku mengecil dan akhirnya lepas dari vaginanya. Ratih tertawa terbahak-bahak.
"Satu nooll" godanya sambil mengecup bibirku, lalu dia keluar dari kamar mandi.
"Nanti disambung lagi aja deh, sekarang kita ke Beach Club dulu, gua mau mabok malam ini" katanya.

Akhirnya aku dan Ratih berpakaian dan kami pergi ke Beach Club, aku perkenalkan Ratih pada beberapa kawanku di sana dan kami bersama-sama menikmati lagu dan minuman sampai jam 11 malam. Ratih tampak cukup mabuk. Dalam pelukanku kami balik ke hotel diantar mobil oleh kawanku, Ratih memberikan kunci kamarnya dan kami masuk ke lift. Kutekan lantai kamarku, Ratih tidak menyadarinya karena kepalanya disandarkan pada dadaku sampil merapatkan matanya. Akhirnya kubuka kamarku, Ratih sudah pasrah dan aku bawa dia telentang di ranjang. Kebetulan bentuk ruangan kamarku sama dengan kamar dia. Kutindih dia sambil kuciumi leher dan bibirnya.

"Ooh Vir, sorry, I am out of control, but still can fell your nice lips and tongue, please lick and suck me" rintihnya.
"You'll get the best you ever had darling, just follow the flow and enjoy my service" balasku.

Bajunya aku buka sampai dia telanjang bulat, terlihat bulu bulu vaginanya hitam berbentuk segi tiga rapi. Aku buka pakaianku sampai aku juga telanjang bulat, dia tetap tidak menyadari bahwa ini bukan kamarnya. Pelayanan aku mulai dari ujung dahinya, aku kecup perlahan, menuju kedua matanya, aku jilat mata tertutupnya lalu menuju hidung mancungnya, aku gigit ringan batang hidungnya lalu kucium bibirnya dengan penuh nafsu, Ratih membalas ciumanku dengan menggigit gigit bibirku ringan.

Kuarahkan lidahku menuju telinganya dan kukorek lubang telinganya dengan lidahku. Kepalanya bergoyang. Lalu aku sedot sedot sepanjang lehernya dari kiri ke kanan, kuangkat tangannya dan kujilat ketiaknya, dia mengerang keras keenakan dan geli. Kusedot ketiaknya agak keras.

"Viirr.. Aach.. Acchh.. Terus vir, feel good honey.." katanya sambil terus bergelinjang semantara penisku sudah mulai mengeras

Kuarahkan mulutku menuju buah dadanya yang mungil, cukup kenyal, kumainkan lidahku di putingnya lalu kedua putingnya bergantian. Jari tanganku mencari lubang vaginanya, tapi aku berhenti di klitnya, kugesek gesek jariku, kembali Ratih berteriak..

"Acchh.. Viir, aku mau keluar". Kuhentikan gerakan tanganku.
"Vir.. Terus dong, udah mau keluar.."
"Hmm.. Gua hisap aja ya" ujarku.

Langsung kuarahkan mulutku ke vaginanya, kembali kupermainkan lidahku di klitorisnya sambil kuhisap dan kusedot sedot, lalu kumasukkan lidahku kedalam vaginanya sedalam-dalamnya. Kusapukan lidahku di sekeliling dinding dalam vaginanya sambil telunjuk tangan kananku mencari anusnya. Dengan cairan dari vaginanya, jariku basah dan aku dorong memasuki anusnya sekitar 2 cm.

"Teruus viir, yang dalam lagi.. Ooh enaak.." terasa goyangan pantatnya cepat dan membuat lidahku kerepotan mengejarnya.
"Aku keluaar Viir.." Tangannya menjambak rambutku dan menarik kepalaku agar lebih dalam lidahku memasuki vaginanya. Terasa cairan sedap di lidahku, pertanda dia sudah orgasme.
"Ooh, Vir, enak sekali..,.. Give me some more.." rintihnya denga nafas menggebu.

Kembali aku jilat dan isap vaginanya, cairan cintanya masih terasa di lidahku. Lalu aku angkat kakinya tinggi tinggi, aku tarik bantal dan kusisipkan di bawah pantatnya sehingga lubang vaginanya semakin menantang. Tapi vagina bukan sasaranku, kujilat perlahan lubang anusnya mengitari seluruh permukaannya dan kudorong lidahku memasuki anusnya dan kuhisap-hisap dengan kuat.

"Viir.. Ennaak banget sih, lidah lu, nggak tahan gua nih, masuking dong, kontol lu pasti enak tuh" katanya perlahan.

Kubalikkan tubuhnya dengan 2 buah bantal di perutnya sehingga pantatnya naik mencuat ke atas. Perlahan kembali kujilat anusnya, dengan posisi demikian, pergerakan kepalaku lebih bebas mengorek ngorek anusnya, nikmat sekali rasanya. Lalu perlahan kumasukkan penisku ke vaginanya dari belakang, agak mudah masuknya karena sudah licin.

"Viir, ternyata bener, kontol lu enak, terasa sesak dan penuh, bisa lebih dalam lagi nggak?" pintanya.

Kutekan pantatnya, lalu aku duduki pantat itu sambil kuletakkan tanganku di bahunya. Perlahan kugoyang pantatku maju mundur sehingga penisku keluar masuk vaginanya dengan kedua kaki menjepit sebagian penisku. Makin lama gerakanku makin cepat. Semakin cepat, Ratih semakin histeris, semakin terasa pula penisku menggesek dinding vaginanya yang tertekan oleh kaki Ratih dan kakiku yang menekan pantatnya. Akhirnya..

"Ratih.. Ratih.. Raat.. Gua keluaarr nih" teriakku.
"Terus.. Terus.. Gua juga sudah hampir, tekan.. Tekan yang keras.." teriaknya pula.
"Aacchh.. Aacchh.. Gua juga akhirnya berhasil..".

Akhirnya kami tertidur berpelukan dan telanjang bulat hanya menarik selimut tebal yang ada.

Keesokan harinya aku terbangun mendengar teriakan Ratih..

"Vir.. Mana pakaian dan koperku.. Sepertinya kok ini bukan kamarku..?" teriaknya kaget setelah melihat barang barangnya tidak ada di tempat. Aku gosok mataku sambil tersenyum.
"Nanti kita ke KLCC aja, gua beliin baju buat lu pulang"
"Sialan lu.. Ada apa ini?
"You are in my room non cantik, actually I stay here too and this is my room.."
"Huuh.. Gak pernah serius nih lu.., musti dihukum.. Hmm.. Mau lagi kaya semalem.." katanya sambil menerkam tubuhku dan menciumi tubuhku.

Akhirnya kembali kami melepaskan hasrat nafsu birahi kami pagi itu, lalu aku mandi dan langsung ke KLIA untuk pulang ke Jakarta, sementara Ratih akan balik ke Jakarta esok hari.

"Have fun tonight ya, see you in Jakarta"
"Have fun.., Have fun apaan, masih terasa nih, bakalan 3 hari!!" katanya sambil jarinya menunjuk ke arah vaginanya.

TAMAT

Ratih Di Beach Club I



Hubunganku dengan wanita-wanita yang menjadi sex partnerku biasanya berlangsung lama, bahkan ada beberapa yang sampai mencapai bilangan tahunan. Hal ini akan menjadikan kami lebih saling mengetahui, mengerti keinginan masing-masing lebih detail, namun ada pula beberapa yang merupakan hubungan One Night Stand. Untuk hubungan seperti itu, biasanya aku tidak akan mengeluarkan teknik permainanku habis-habisan tapi tetap berkualitas.

Cerita berikut adalah satu dari beberapa One Night Stand yang pernah aku alami.

Tugas dari kantor baruku beberapa tahun yang lalu, mengharuskan aku sering bepergian seputar Asia Tenggara. Di antaranya yang paling sering aku kunjungi adalah Malaysia karena prospek di sana yang masih terbuka untuk produksi barang yang aku pasarkan yang buatan Amerika ini, juga karena produk ini masih merupakan barang baru di sana walau pun di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 90-an.

Setiap kali ke Malaysia, aku selalu tinggal disekitar KL atau PJ, berbagai hotel berbintang aku jelajahi minimal bintang 4. Rate hotel di sana waktu itu mungkin merupakan rate yang termurah di ibukota negara-negara Asia Tenggara, bayangkan dengan cara Go Show tanpa reservasi atau tanpa corporate rate, sebuah kamar standard di hotel bintang 5 pusat kota KL hanya sekitar US$ 100, sedangkan dengan corporate rate bisa didapat dengan $60 paling mahal. Aku selalu menggunakan corporate rate kawan bisnisku di PJ.
Nov-01

Aku tiba siang hari di KLIA, dengan menggunakan taxi, aku check-in di Mandarin Oriental, samping KLCC dan Petronas Tower, gedung kembar tertinggi di dunia, kali ini aku akan tinggal 1 malam di Malaysia. Sorenya setelah menemui customer di kantornya yang terletak di seputaran Petronas Tower, aku kembali ke hotel jam 6.30 sore. Setelah beristirahat sejenak, aku menyegarkan tubuhku di shower lalu bersiap-siap pergi ke Beach Club untuk bertemu dengan kawan bisnisku jam 8 malam.

Namanya Beach Club, tapi bukan berada di pantai, terletak tidak jauh dari Mandarin, hanya berjalan kaki sekitar 5 menit, sepanjang jalan sekitar 300 m itu, terdapat berbagai club dan disco, dari mulai seberang hotel Shangrila pojok Jl Sultan Ismail sampai ujung Modesto dekan Mandarin mungkin ada kira kira 15 tempat hiburan.

Beach Club adalah club paling ramai dikunjungi, saat jam 8 waktu aku tiba, tempat itu telah penuh sesak dan hingar bingar, bentuk club sedemikian terbuka hingga orang yang berjalan kaki di trotoarnya, bisa melihat ke dalam serta dentuman musik yang keras terdengar sampai jalanan padahal bukan weekend.

Aku bertemu dengan kawanku di tengah sesaknya jalan masuk dan hampir tidak ada tempat duduk kosong sehingga kami berdiri sambil mengobrol dengan sedikit berteriak. Banyak gadis belasan tahun sampai yang usia 30-an di sana, minum, bercengkrama sambil menikmati lagu-lagu yang dibawakan oleh Disc Jockeynya.

Jam menunjukkan pukul 10:30 malam, tiba tiba di balik seberang bar dari tempatku berdiri, sekelebat aku menangkap mata seorang wanita yang sedang memperhatikan aku, tapi tak kuperhatikan. Karena rasa penasaran aku menoleh lagi, ternyata dia agak tersenyum, kubalas dengan senyuman pula. Ketika itu aku terlintas di pikiranku dengan kuat bahwa aku pernah bertemu dengan wanita itu, tapi aku tidak pernah ingat dimana walaupun aku telah berpikir dengan keras.

Untuk mendatangi? Terus terang aku kurang berani untuk mendatangi dan berkenalan dengan wanita, mungkin aku harus lebih PD ya, biasanya yang aku lakukan hanyalah memandang dari kejauhan seperti yang kulakukan saat itu. Kulihat dia bergerombol kira kira 9 orang pria dan wanita.

Akhirnya pada pukul 12 aku kembali ke hotel dan tidur, esok aku harus melakukan presentasi produk. Malamnya masih sempat aku buka komputerku untuk membaca email yang masuk.

Esoknya presentasi dilakukan di lantai 19 di samping Petronas Tower, sehingga aku hanya berjalan kaki melewati pintu samping KLCC dan keluar di ujung pintu yang lain untuk mencapai gedung yang aku tuju. Ternyata presentasi tersebut selesai pukul 14:30. Berarti aku bisa mengejar pesawat MAS terakhir kembali ke Jakarta. Aku bergegas kembali kehotel untuk check-out. Tetapi perut terasa lapar, karena di tempat presentasi hanya disuguhi minum saja.

Akhirnya aku mampir di sebuah restoran untuk makan seadanya mengganjal perutku. Saat aku menikmati makanan, sekilas aku lihat seseorang mendatangiku.

"Kamu Virano kan..", seorang wanita dalam bahasa Indonesia menegurku, kalau bahasa Malaysia aku pasti dipanggik encik

Aku tengok, ternyata dia wanita yang aku lihat tadi malam di Beach Club, wah ternyata dia orang Indonesia

"Seratus buat kamu.. Saya memang Virano.. Kamu siapa ya? Kamu yang ada di Beach Club tadi malam ya? Kamu dari Indonesia? Tinggal di sini atau sedang berkunjung? Sendiri? Mana gengnya yang semalam? Sud.."
"Stop stop stop, itu ada 20 pertanyaan, yang mau dijawab yang mana dulu nih he he he.." dia tertawa.

Aku baru sadar bahwa mulutku yang nyerocos bagai mitraliur melontarkan pertanyaan pertanyaan klasik padanya. Aku ulurkan tanganku dan berjabat tangan sambil menariknya untuk duduk di hadapanku.

"OK, sekarang pertanyaan pertama, kamu siapa?" tanyaku sambil aku panggil waiter dan menawarkan dia untuk memesan, dia hanya memesan minuman saja, karena sudah makan katanya.
"Ratih" jawabnya pendek
"Ratih yang mana ya?" tanyaku lagi.
"3 tahun lalu kita ketemu di Jakarta, aku bersama Vivi dan Dino serta kawan lainnya, kamu datang sama Della waktu itu dan kalian berdua bikin sensasi malam itu di table umum, kamu serakah dan gila juga ya, Della yang cantix dan sexy begitu masih nggak cukup, Vivi kamu kerjain juga malam ini, di depan cowonya pula, gimana, udah belum sama Vivi?" cerocosnya.
"Hei.. Hei.., ini kan bukan pengadilan.. Ok aku ingat sekarang.., tapi lu juga melirik kan waktu Della buka celanaku, berartu lu liat juga isinya kan.." ujarku seenaknya.

Pembaca yang ingin mengetahui ceritanya silakan baca "Della Yang (Ternyata) Liar"

"Sialan lu ya, ngebacain gua.." kami sudah memakai kata lu gua pertanda keakraban dalam pembicaraan.
"Nah lu dulu yang mulai.., so.. Lagi ngapain di KL?" tanyaku.

Ternyata Ratih juga sedang ditugaskan kantornya untuk suatu negosiasi dengan calon investor Malaysia yang berencana melakukan investasi di Indonesia di bidang konstruksi. Negosiasi akan dilanjutkan esok siang untuk memberikan kesempatan calon investor melakukan rapat internal dan dia datang beserta 3 orang staffnya dari bagian teknik yang semuanya pria.

Ratih, 34, tinggi 164, 50 kg, married dengan 2 anak, tinggi semampai, rambut sedikit bergelombang panjang sebahu, dada tidak seberapa besar, mungkin 32B, kulit agak coklat dan memiliki wajah cantik dan merangsang, mengundang minat setiap lelaki yang bertemu dengannya. Mungkin itu juga sebabnya dia dikirim oleh kantornya untuk bernegosiasi dengan para datuk berduit di KL.

Akhirnya kami berbincang mulai dari urusan bisnis sampai urusan malam, berkali kali dia bertanya apakah Vivi sudah pernah tidur denganku, aku selalu mengalihkan pembicaraan saat dia menanyakan hal itu. Aku tidak pernah membicarakan dengan siapa aku pernah berhubungan sex pada siapa pun. Hal ini merupakan prinsip buatku, kecuali saat ini melalui Rumah Seks.

Tak terasa sudah pukul 17:30, wah nggak keburu aku kejar pesawat terakhir ke Jakarta.

"Lu tinggal dimana" tanyaku.
"Mandarin, sebelah" jawabnya singkat, "Lu dimana" tanyanya balik. Timbul niat menggoda dia.
"Gua tinggal di PJ, gua nggak sanggup bayar Mandarin, mahal!"
"Cuma 68 dollar, murah dibanding Jakarta" sergahnya.
"Masih mahal, Gua bayar 35 dollar di PJ" jawabku.
"G-A-K P-E-R-C-A-Y-A" Ratih mencibir sambil mengeja huruf itu satu persatu.
"Ntar malem ke Beach Club lagi yuk" ajaknya.
"Gak sanggup bayar" jawabku sekenanya.
"On my Bill, Boss" sindirnya kesal.
"Gak keburu, PJ jauh, jam begini macet, naik LRT pun makan waktu 45 menit, mungkin jam 9-an baru bisa sampai ke sana" pancingku.
"OK, gua paksa sekarang ya, gua bayar makan lu, kita ke toko beli baju buat lu, perlu CD nggak? Lu mandi di kamar gua terus kita ke Beach Club bareng sampai mabok, semuanya OMB, kalau masih nolak gua cium lu di sini" heh kepancing dia.
"Hah mandi di kamar lu? Malu gua" jawabku bercanda.
"Apa perlu gua bukain kamar satu lagi di Mandarin" dia protes. Aku tersenum dalam hati, di kantungku juga ada kartu magnetik kunci kamar Mandarin
"OK Boss, gua nggak bisa nolak, tapi boleh kan lu cium gua di sini" ujarku memancing.
"Dasar" dia memajukan kepalanya, demikian pula aku, kami berkecup bibir sebentar, lalu aku panggil pelayan dan kubiarkan Ratih membayar billnya.

Bersama dia aku masuk ke counter ashworth, kubeli t-shirt seharga 209 ringgit lalu kubawa ke kasir. Kulihat Ratih bersiap mengeluarkan credit cardnya. Dari belakang kupeluk pinggangnya sambil berbisik di telinganya..

"I am joking honey, this is mine" aku sodorkan kartuku kepada kasir.
"Yeah, but we've just make a deal for it" jawabnya sambil menolehkan kepalanya ke samping dan harum rambutnnya tercium semerbak, kukecup lubang telinganya.
"Keep your deal for the next one or two" kataku penuh arti.

Bersambung . . .

Rasanya Rame



Mungkin memang harus kuakhiri petualanganku ini, mengingat sudah 16 wanita yang pernah tidur denganku walaupun tidak semuanya kulalui dengan ML. Tetapi paling tidak aku melakukan oral atau petting dengan mereka. Boleh percaya boleh tidak, aku bercinta dengan mereka tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun karena atas dasar suka sama, having seks just for fun. Tetapi siapa tau akan ada yang ke-17 atau bahkan mungkin justru akan makin menambah daftar petualanganku? Entahlah, tapi melalui tulisan ini aku ingin menceritakan pengalamanku tersebut sekaligus tanpa harus bersambung dan tidak perlu aku ceritakan detail bagaimana kejadiannya.

Sebelumnya, namaku Pujangga, saat kutulis pengalamanku ini berumur 29 tahun dan telah memiliki seorang istri yang cantik. Tetapi pengalamanku ini berawal sebelum aku menikah dan terus berlanjut walaupun aku sudah menikah.

Santi, umur 25 tahun, karyawan sebuah hotel di kota Mdn, tubuhnya biasa saja, tinggi kira-kira 155 cm, kulit coklat sawo matang, rambut lurus sebahu. Payudara 32 cup B. Dengan Santi adalah pengalaman seksku pertama kalinya selain dengan pacarku juga (yang kelak menjadi istriku). Berawal ketika dengan sopannya Santi menawarkan "teman" untukku, dengan bercanda aku balik menantangnya bahwa aku mau saja jika yang menemaniku adalah Santi sendiri. Dan tanpa diduga dia menyanggupi. Hebatnya lagi kami berhubungan seks atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dan tanpa komitmen apapun. Malam itu kami lalui dengan nafsu yang berkobar, meskipun itu adalah pengalamanku pertama tetapi tidak demikian halnya dengan Santi. Aku tahu bahwa Santi sudah tidak perawan dan sepertinya sudah berpengalaman. Tetapi hal itu cukup buatku dan aku sangat puas dengan pelayanannya, walaupun gaya bercinta kami sangat konvensional. Maklumlah hal ini sangat baru buatku.

Saat itu, aku belum berani melakukan oral, petting dan berbagai gaya mengingat dengan Santi adalah pengalamanku pertama. Namun demikian kemampuan Santi lumayan, dengan rambut kemaluan yang lebat, vaginanya yang mudah basah meskipun sudah tidak terlalu rapat lagi.

Dian, 27 tahun adalah teman Santi. Aku diberitahu oleh Santi bahwa Dian juga sama dengan Santi yaitu sudah tidak perawan. Aku sempat terkejut ketika Santi menawarkan Dian untuk melayaniku. Tetapi karena semuanya atas dasar suka sama suka, akhirnya kami bercinta bertiga, aku, Santi dan Dian. Permainan Dian lebih hot dibandingkan Santi, walaupun dari segi wajah sebenarnya masih cantik Santi. Dengan Dian aku mengenal permainan oral, Dian sangat lihai memainkan lidahnya di ujung penisku. Dengan Dian pula, aku merasakan nikmatnya spermaku dikeluarkan di mulut Dian.

Pengalamanku dengan Santi dan Dian tidak pernah terulang lagi sejak tahun 2000. Saat itu aku belum menikah. Dan ketika aku kembali ke Mdn, aku tidak berhasil menemukan dimana mereka berada.

Rinda, 19 tahun mahasiswi semester dua. Aku kenal Rinda melalui sebuah forum seks di internet. Awalnya aku hanya iseng ketika ingin mengusir rasa sepi saat bertugas di kota Sby. Ketika kuberi kabar bahwa saat itu aku berada di sebuah hotel di Sby, aku janjian dengannya.

Tubuhnya mungil sekitar 150 cm, manis dan imut-imut, kuning bersih. Selama di kota tersebut aku selalu ditemani Rinda dan setiap malam kami berhubungan seks. Yang kusuka dari Rinda adalah rambut kemaluannya yang masih tipis dan sangat halus. Lubang vaginanya pun masih sempit. Bahkan pertama kali penisku masuk, aku belum berhasil menembusnya hingga penuh, walaupun Rinda juga sudah tidak perawan sejak SMA dulu. Dan dia paling jago ketika bermain di atas, aku hanya pasrah saja, sementara Rinda aktif menggoyang pinggulnya. Naik turun sambil menjepit kedua belah pahanya yang putih mulus. Kelebihan yang lain adalah, Rinda mahir untuk multiple orgasm.

Yeni, meskipun sudah berumur 31 tahun, tapi masih single. Ini adalah pertama kalinya aku berhubungan seks dengan wanita yang lebih tua dibanding aku. Dan dengan Yeni pula pertama kali aku berhubungan seks dengan wanita yang bertubuh gemuk. Dengan tinggi 165 cm dan berat 80 kg, Yeni mengenalku melalui situs Rumah Seks.

Kelebihan Yeni adalah kekuatannya di ranjang. Dia type wanita yang hiperseks. Setiap kali melakukan ML, selalu dilakukannya semalam suntuk, hingga lebih dari 7 ronde. Meskipun aku lebih sering kalah dengan Yeni, tetapi dia tahu caranya agar penisku segera berdiri kembali setelah ejakulasi. Meskipun tubuhnya gemuk, kuakui dia sangat hot dan lebih senang posisi di atas. Kadang kala aku sampai sesak napas dibuatnya. Pengalamanku dengan Yeni menimbulkan perasaan ingin berhubungan dengan wanita yang jauh lebih tua dibanding aku. Maka, bertemulah aku dengan Intan. Seorang wanita berumur 43 tahun dan telah bersuami.

Pengalamanku dengan Intan merupakan pengalaman yang paling berkesan hingga saat ini. Intan keturunan chinese. Meskipun sudah berumur, tetapi dia pandai merawat tubuh dengan fitness. Bahkan bodynya tidak kalah dengan wanita usia 20-an. Wajahnya cantik, tubuhnya langsing, padat berisi dan tidak ada keriput karena usia. Kulitnya kuning langsat, mulus dan bersih. Dengan Intan, aku untuk pertama kalinya bercinta bertiga dengan suaminya dalam satu ranjang. Aku mengenal Intan juga melalui internet. Intan merupakan wanita hiper seks yang ingin bercinta denganku sambil ditemani suaminya.

Tanpa kuduga, kemampuan seksnya luar biasa, semalam suntuk dia mampu melayaniku dan suaminya silih berganti tanpa mengenal lelah. Dan dari Intan kuketahui bahwa cewek chinese memang mudah basah kemaluannya ketika terangsang. Dan cairannya sangat banyak hingga vaginanya terasa sangat licin. Namun demikian, Intan sangat rajin merawat vaginanya. Meskipun sudah tua, lubang vaginanya masih juga terasa sempit dan mampu menyedot penisku dengan gerakan otot vaginanya. Rambut kemaluannya sangat lebat dan vaginanya harum. Dengan Intan aku dikenalkannya dengan berbagai posisi bercinta, dan aku mulai mahir bermain oral di vagina wanita hingga berjam-jam serta memainkan jari-jariku di clitoris dan bibir vaginanya.

Ratna, gadis 32 tahun asal Sby. Saat mengenalnya, aku sudah menikah. Dan perkenalanku juga melalui sebuah forum pertemanan di internet. Ratna berperawakan kecil, kurus, kulit coklat matang. Meskipun kurus, tetapi payudaranya padat berisi walaupun tidak besar. Dan rambut vaginanya sangat lebat. Dengan Ratna, aku hanya sebatas petting, tetapi berbekal pengalaman dengan Intan, Ratna aku ajarkan bagaimana mengulum penisku. Mulanya dia ragu dan canggung, tetapi lama-lama terbiasa. Aku tidak berniat meneruskannya hingga ML, karena aku tahu dari awal bahwa Ratna masih perawan dan belum pernah having sex. Karenanya, aku hanya saling oral dan petting saja. Itupun adalah pengalaman yang pertama baginya. Dan Ratna sangat menikmatinya dan dapat mengalami orgasme walaupun hanya kukulum dan menggesek-gesek penisku di vaginanya. Saat kutulis cerita ini, kabar terakhir mengatakan bahwa dia sudah menikah, dan berjanji untuk ML denganku jika aku mampir ke Sby.

Lena, seorang cewek chinese berumur 21 tahun. Saat aku mengenalnya, dia masih perawan, hanya saja sudah pernah oral seks dengan pacarnya. Awalnya Lena yang lebih dulu mengenalku melalui situs porno. Dia tertarik dengan ceritaku dan ingin mencoba oral dan mengulum penisku. Lena adalah gadis paling gemuk yang pernah berhubungan denganku walaupun hanya sebatas petting karena dia masih perawan. Seperti halnya Intan, vaginanya mudah basah dan becek. Sedikit saja kusentuh langsung bereaksi dan terangsang hingga cairan vaginanya keluar sangat banyak, meskipun rambut kemaluannya masih tipis karena rajin dicukur.

Hilda, 26 tahun dari Krg, dia mengenalku karena aku pernah mengirimkan cerita ke Rumah Seks dan sekali lagi juga tertarik untuk berhubungan seks denganku. Bedanya dengan cewek lain yang pernah kukenal, Hilda bukan type hiperseks, tetapi selama berhubungan seks dengan pacarnya dia belum pernah orgasme. Karena itu Hilda penasaran agar aku dapat membuatnya orgasme. Tubuhnya padat dan sintal jika tidak dikatakan gemuk. Permainan seksnya biasa saja sebenarnya, tetapi dia sangat kuat dan tahan lama. Karenanya dia penasaran ingin merasakan orgasme. Awalnya aku cukup kerepotan memberikan rangsangan untuknya. Dengan Hilda adalah permainanku yang paling lama dalam satu ronde. Pernah setelah satu jam lebih baru dia mendapatkan orgasme. Itupun setelah aku membantunya dengan mengulum vaginanya berkali-kali.

Marni, 27 tahun adalah teman Hilda, aku dikenalkannya pada saat ke Jkt. Karena kemalaman, kami akhirnya menginap di sebuah hotel. Dan dengan Marni meskipun sudah tidak perawan, aku tidak sampai ML dengannya. Kami hanya sebatas bercumbu tanpa busana di kamar mandi. Sepertinya dia masih malu karena ada Hilda.

Esti, 29 tahun dari Jkt, tubuhnya sangat langsing dan payudaranya kecil, kulitnya coklat gelap. Tetapi ada satu hal yang tidak dapat kulupakan dari Esti. Dia termasuk cewek yang paling lama menjalin hubungan denganku dan yang paling spesial adalah, lubang vaginanya paling seksi dan paling rapat. Meskipun dia sudah tidak perawan, tetapi vaginanya indah dan rapat sekali, butuh waktu sesaat untuk menembus vaginanya saat berhubungan. Dan permainan seksnya luar biasa. Dia paling senang dengan posisi di atas. Goyangan pinggulnya menambah erotis permainannya.
Aku mengenal Esti masih dari internet juga, saat itu dia hanya iseng saja berkenalan denganku, tetapi setelah saling kenal, akhirnya tanpa berlangsung lama hubungan kami berlanjut ke ranjang.

Indah, 36 tahun, wanita matang dan telah bersuami. Aku mengenal Indah melalui tawaran threesome di sebuah milist internet. Bayanganku di awal perkenalan, kami akan having seks dengan suaminya, seperti halnya Intan, tapi ternyata tidak. Indah memiliki selingkuhan pria idaman lain, dan dengan PIL-nya mereka bermaksud threesome denganku. Meskipun sudah berumur, tetapi nafsu seksualnya sangat tinggi dan permainannya sangat liar. Sekali lagi, aku berhubungan seks dengan wanita yang gemuk walaupun tubuhnya cukup padat/sintal.

Erina, 22 tahun mahasiswi chinese di Jkt. Dia mengenalku juga melalui situs Rumah Seks yang tertarik hubunganku dengan wanita gemuk. Dia penasaran ingin merasakan mengulum penisku. Hubunganku dengan Erina hanya sebatas dia mengulum penisku, sementara aku belum pernah mengulum vaginanya. Sampai tulisan ini kubuat, aku masih berhubungan dengannya tetapi tetap sebatas dia mengulum penisku hingga spermaku keluar dan ditelan olehnya. Tetapi sekalipun aku tidak pernah menyentuh bagian tubuhnya yang vital.

Nani, wanita tertua yang pernah berhubungan seks denganku. Berumur 46 tahun, telah bercerai dengan suaminya sejak lama, adalah type ideal wanita kesepian. Aku mengenalnya melalui seorang sahabat pena yang kukenal melalui internet. Mulanya temanku secara iseng mengenalkanku kepada Nani, dan aku juga belum tahu seberapa tua umurnya karena dari suaranya terdengar masih seperti wanita berumur 30-an. Akhirnya ketika ada kesempatan bertemu baru aku tahu kalau Nani ternyata sudah berumur 46 tahun. Memanfaatkan situasi seorang wanita yang sudah lama tidak merasakan sentuhan birahi, rayuanku disambutnya.

Winda, mahasiswi Ygy berumur 25 tahun. Aku mengenalnya juga melalui seorang teman di internet. Mulanya kukabari jika aku ada urusan ke Ygy, apakah dia punya teman. Dan dia memperkenalkanku dengan Winda. Setelah sehari aku akrab dengannya, secara iseng kutawari Winda supaya mau menemaniku di hotel, dan ternyata tanpa kuduga dia mau. Aku baru tahu kalau dia sudah biasa cek-in dengan pacarnya di hotel. Maka hubungan seksku dengannya berlalu dengan tanpa hambatan. Sampai saat ini aku masih berhubungan dengannya.

Tasya, 34 tahun, seorang janda yang juga lesbian. Aku mengenal Tasya melalui forum di internet, dia mengaku seorang yang lesbi karena kecewa dengan kegagalan rumah tangganya. Mulanya kami hanya sebatas sharing pendapat tetapi lama kelamaan dia yang memulai lebih dulu untuk ingin kembali merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan seks secara normal (dengan cowok). Dan sejak saat dia ML denganku, dia secara perlahan mulai dapat menghentikan kebiasaan lesbinya dan mencoba untuk menjalin hubungan dengan pacarnya yang baru (cowok), dan kadang kala masih berhubungan denganku di saat dia membutuhkannya.

Putri, gadis seksi 27 tahun, meskipun agak gemuk tapi tubuhnya berbentuk dan sintal. Awal perkenalanku dengannya sangat unik dan hampir tidak masuk akal. Bermula dari aku salah kirim SMS. Niatnya adalah aku mengirim SMS untuk seseorang dalam urusan bisnis yang memang nomornya juga baru aku dapatkan dari seorang relasi. Ternyata SMS tersebut salah tujuan ke nomor Putri yang belakangan baru kutahu namanya. Dia mengklarifikasi maksud dari SMS-ku. Tentu saja dia bingung karena isinya tentang bisnis. Dan aku baru sadar kalau ternyata salah sambung. Sejak itu kami jadi akrab dan saling berkirim SMS. Perlahan baru aku tahu kalau dia termasuk type cewek yang liberal dan free of life. Dan ketika kusinggung masalah keperawanan dan hubungan seksual, dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena dia mengaku juga sudah tidak perawan. Akhirnya kami jadi sering berdiskusi masalah seks dan makin lama makin menyerempet ke SMS yang hot dan porno. Akhirnya aku to the point aja apakah dia keberatan kalau aku ajak cek in di hotel. Dan dia ternyata tidak keberatan.

Putri adalah cewek kedua setelah Intan yang paling hebat permainannya seksnya, disamping itu, Putri juga mampu melakukan apa saja yang Intan lakukan. Vaginanya juga mampu menjepit dan menghisap penisku seperti permainan cewek madura katanya. Hingga saat ini aku masih menjalin hubungan dengan Putri, dan hebatnya lagi masih ada beberapa rencana yang akan kami lakukan seperti threesome dan orgy. Mengapa? Karena hubunganku dengan Putri agak gila, kami pernah ML di kamar hotel, tiba-tiba saja dia janjian dengan teman wanitanya untuk urusan kuliah. Dan ketika temannya datang kami tetap meneruskan melakukan ML di hadapan temannya tanpa ada perasaan risih sama sekali. Sesekali bahkan diselingi dengan mengobrol dengan temannya sambil penisku tetap dikocok di vaginanya. Pernah juga suatu saat tantenya yang masih muda memergoki kami sedang cek in di suatu hotel dan tantenya ikut nimbrung walaupun belum sampai threesome. Aku dan Putri bahkan merencanakan having seks rame-rame dengan tante dan temannya.

Demikianlah pembaca, petualangan seks-ku dimulai sejak aku belum menikah dan terus berlanjut meskipun sudah menikah. Entahlah kenapa aku bisa mendapatkan wanita tanpa harus "jajan" dan setiap menjalin hubungan aku selalu memberi pengakuan bahwa aku sudah menikah kepada cewek tersebut. Dan tentang kemampuanku sebenarnya biasa saja, penisku juga tidak terlalu besar.

TAMAT

Rahasia Pacar Teman Kostku II



Meski ukuran ranjang Kamil cukup besar tapi tak urung terasa sempit juga. Apalagi ventilasi di kamar Kamil tidak sebaik di kamarku karena terletak ditengah antara kamarku dan kamar Rashid sehingga jumlah jendela lebih sedikit dari kamarku. Untungnya udara malam Bandung membuat kami tidak terlalu kegerahan. Maklum hanya ada kipas angin yang menemani kami. Aku yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk balik ke kamarku. Sewaktu bangkit untuk mengenakan baju aku terangsang melihat Rani yang tertidur dalam ketelanjangannya. Aku berpikir untuk mengajak Rani ke kamarku. Siapa tahu saja aku bisa menyetubuhinya lagi. Aku tidak jadi mengenakan bajuku dan dengan tetap bertelanjang aku bangunkan Rani.
"Mba....mba...mba", kataku berusaha membangunkannya sambil menjawil-jawil pipinya. Dia akhirnya terbangun.
"Dikamarku aja yu mba. ", kataku ketika dia terjaga. Dia menggeliat sehingga membusungkan dadanya yang membuat nafsuku bangkit kembali. Pelan-pelan penisku membesar kembali.
"Emang kenapa Ri? ", tanya Rani malas.
"Disini panas dibandingkan kamarku. Lagian mas Rashid sering ke kamar ini. Dia kan akrab sama mas Kamil. Kalau ntar atau besok, mas Rashid pulang terus ngetuk kamar ini, gimana?", ujarku memberiku alasan. Alasan yang tidak dibuat-buat dan memang masuk akal kok.
"Gitu ya, Ri?" ujar Rani setengah khawatir. Dia bangkit. "Ya udah deh ke kamar kamu aja. Tapi aku jangan diapa-apain lagi ya", pintanya.
"Iya yuk...", jawabku sekenanya. Dalam hati aku tidak menjamin akan memenuhi permintaannya. Untungnya dia tidak melihat penisku yang sudah tegak karena aku menutupinya dengan kaos oblong dan celana pendekku yang kupegang dengan tangan. Sepatu hak tinggi miliknya yang terletak di dekat pintu pun diangkatnya.

Dia mengambil tasnya dan memungut bra, kaos oblong, dan celana dalam miliknya yang tergeletak dilantai. Dia ingin mengenakannya.
"Duh...mba, gak usah. Disebelah aja biar cepet.", kataku melarang.
"Kamu tuh kaya Kamil aja. Satu perguruan sih ya?", jawabnya sambil tersenyum. Aku agak bingung juga dengan kata-katanya.
"Ya udah deh yuk. Gak ada orang kan diluar?", lanjutnya.
"Gak ada.", jawabku sambil mengintip keluar. "Udah kan? Itu aja? Jeansnya mana?", tanyaku heran melihatnya memegangi semua baju dan tasnya tapi tanpa jeansnya. Seingatku tadi dia datang ke rumah ini mengenakan jeans. Lucu sekaligus merangsang deh melihat Rani dalam keadaan seperti itu. Dia menggantung tasnya di bahu tapi bertelanjang dan hanya memegangi baju-bajunya.
"Gak sempat dikeluarin dari kamar Rashid. Keburu ortu Rashid datang. Tapi sama Kamil sudah diumpetin dalam dos pembungkus tape recordernya punya Rashid yang ada dibawah tempat tidurnya. Duh...harus segera diselamatkan tuh kalau enggak bisa kacau nanti.", jawabnya.
"Oh iya...besok begitu Rashid pergi kita langsung keluarin tuh. Lagian tanpa itu gak bisa pulang kan?", jawabku. Aku mulai bisa menebak bagaimana awalnya tadi hingga akhirnya Rani bisa kami setubuhi malam itu.

Aku pun membuka pintu dan setengah berlari ke kamarku disebelah yang tidak terlalu jauh. Rani segera mengikutiku juga dengan setengah berlari. Sampai di kamarku, dia melihat sekeliling dalam kamarku sambil terlihat hendak mengenakan bajunya. Namun segera kucegah. Aku menarik tubuhnya kearahku dan mendekapnya. "Ri...kamu mau ap...", dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya karena aku mencium bibirnya erat. Awalnya dia diam saja namun akhirnya membalas mesra ciumanku. Aku menarik lepas baju-baju, tas dan sepatu yang dipegangnya. Kami pun berciuman bertelanjang bulat sambil berpelukan erat. Rani pasti tahu bahwa aku menginginkannya lagi dari kontolku yang sudah tegak dan menunjuk perutnya.

Aku kemudian mematikan lampu kamar agar kalaupun ada yang mengintip tidak akan bisa melihat kegiatan kami. Itupun dengan tirai jendela yang masih tertutup sehingga tak akan mungkin orang luar untuk melihat keadaan di dalam. Kami hanya mengandalkan lampu luar lewat jendela atas untuk penglihatan. Selesai berciuman, aku berjongkok menjilati veggynya sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Rani nampak sangat menikmatinya. Dia berpegangan ke dinding kamar untuk menyangga tubuhnya yang sedang kenikmatan. Akhirnya setelah sama-sama terangsang kami pun mulai mengambil posisi untuk bercinta kembali. Rani aku minta menungging di kursi kamarku dan wajahnya ke arah tirai jendela.

Singkat kata, kami pun bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Rani berpegangan pada sandaran kursi ataupun pegangan tangan kursi. Sementara pantatnya bergerak maju-mundur berlawanan arah dengan gerakan maju-mundur kontolku dalam veggynya. Kadang diputar-putarnya membuat kontolku terasa diremas-remas namun nikmatnya benar-benar menggetarkan. Rani pun sangat menikmatinya terdengar dari suaranya yang terus saja merintih-rintih nikmat. Selagi kami bercinta dalam posisi itu, tiba-tiba kami mendengar gerbang belakang rumah di buka. Tidak lama gerbang itu ditutup kembali dan terdengar langkah orang menaiki tangga. Tidak salah lagi Rashid sudah pulang dan demi mendengar pacarnya pulang Rani menghentikan gerakannya. Tubuhnya terasa tegang dan dia diam dalam gelap. Aku yang sedang berada dalam kenikmatan tidak memperdulikannya dan terus saja memompa veggy pacar Rashid tersebut.

"Ri...berhenti dulu dong, nanti kedengaran Rashid", katanya berbisik.
"Enggak mungkin mba...asal kita gak bersuara, gak akan kedengaran", jawabku berbisik pula tanpa menghentikan gerakan maju-mundurku.

Aku mendengar suara Rashid duduk di kursi tempat aku dan Kamil mengobrol tadi. Dia pasti mau melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar. Itu kebiasaan kami semua yang kost disini. Tiba-tiba timbul pikiran iseng dan nekatku. Tirai yang menutup jendelaku aku tarik kesamping sehingga kami bisa melihat apa yang dilakukan Rashid.

"Ari...ngapain kamu?", Rani terpekik tertahan.
"Biar kelihatan mas Rashid lagi ngapain mba, jadi kita bisa jaga-jaga kalau dia mendekat ke kamar ini, " jawabku sekenanya untuk menenangkannya. Untuk sementara aku menghentikan pompaan kontolku.
"Iya tapi ..." ,Rani berusaha untuk protes namun segera aku bungkam dengan mulutku. Kami pun berciuman mesra kembali.
"Kamu tuh ya, nekat dan nakal," ujar Rani setelah aku melepaskan ciumanku. Dari cahaya yang berasal dari luar jendela, aku melihat senyum manis Rani diwajahnya yang cantik ketika dia mengatakan itu.
Tiba-tiba aku menghentakkan kembali kontolku ke dalam veggynya.
"Owww...uhhhh...kamu tuh....ah....", reaksi Rani ketika aku melakukan itu. Dia tidak berani merintih keras karena di depan kamar pacarnya masih sedang duduk dikursi.
"Jangan dulu dong Ri, nanti ...", kata Rani sambil berusaha memegang pinggangku.

Tapi aku tidak perduli. Aku pun terus saja memompanya. Rani sudah tidak berdaya dalam situasi seperti itu. Malah akhirnya dia membalas goyanganku dan menikmatinya kembali meski pacarnya masih ada di dekat situ. Kami bercinta sambil mengamati kegiatan Rashid yang sedang membuka sepatu dan jaketnya. Dalam jarak kurang dari 3 meter, Rashid tidak menyadari bahwa Rani pacarnya sedang asyik memadu kenikmatan ragawi sambil menikmati kontol lelaki lain yang masih merupakan sahabatnya.

Entah apa yang ada dalam pikiran Rashid karena setelah selesai membuka sepatunya pun dia masih duduk-duduk di kursi itu. Dia seperti sedang memandang ke arah kami. Tapi sebenarnya tidak demikian karena kursi yang didudukinya memang mengarah ke kamarku.

"Dia kaya ngeliatin kita ya mba...", kataku di sela-sela persetubuhan kami.
"I...yaa...", jawab Rani cuek diantara desahannya.
"Kalau dia ternyata emang ngeliatin gimana?", godaku.
"Udah...ah... rewel... ngentot ya ngentot aja..", jawab Rani berpura-pura kesal.

Sementara kami berdua sudah semakin mendekati puncak kenikmatan kami. Gerakan maju-mundur pantatku semakin cepat sementara putaran pantat Rani juga semakin intensif.

"Mba...aku... udah... ham....pirr..."
"Bareng Ri...bareng... aku...juga...hampir..."
Kami berpacu lebih hebat lagi membuat kursi kamar agak berderik. Kami tidak perduli dengan bunyi itu dan dengan Rashid yang masih duduk di depan kamarku. Dan akhirnya setelah tidak mampu menahan kenikmatan yang terus mengumpul di ujung kontolku, dengan satu hentakan keras, aku menumpahkan berliter-liter lahar panas di dalam liang kenikmatan Rani. Aku menekan erat pantatku dan menanamkan kontolku sedalam-dalamnya di tubuh Rani. Pada saat bersamaan, Rani menarik wajahku dan menciumku erat sekali.

"Mmmmmmmmm........", dia memekik tertahan karena mulutnya tersumpal mulutku. Dia juga sudah sangat dekat dengan orgasmenya. Badannya bergetar menandakan gelombang orgasmenya mulai datang. Dia melepaskan ciumannya sambil berteriak pelan "Aaaahh" dan menghentakkan pantatnya ke belakang membuat veggynya menelan lebih jauh kontolku. Dia orgasme lagi. Kami mencapai puncak secara hampir bersamaan. Badai kenikmatan yang luar biasa kembali kami arungi.

Kalau tidak karena ada pacarnya di luar kamarku tentu Rani sudah kembali memekik bebas karena orgasmenya tersebut. Namun dia hanya menahan suaranya dan kemudian menggigit bantalan sandaran kursiku yang empuk. Badan kami berdua bergetar oleh nikmatnya puncak persetubuhan kami. Kontolku yang terus menerus berkedut sambil memuntahkan isinya sedang dijepit oleh veggy Rani yang menghisap kuat kontolku. Untuk yang kesekian kalinya aku merasakan kenikmatan seks yang luar biasa malam itu. Jiwaku serasa dibawa terbang melayang karena kenikmatan yang kualami itu.

Dan ketika akhirnya kenikmatan itu berakhir aku seolah dihempas kembali ke bumi dalam keadaan letih namun sangat damai. Aku tidak menyadari kapan Rashid masuk kamarnya tapi dia sudah tidak ada di depan kamarku. Sementara itu Rani sudah tertunduk lemas di sandaran kursiku dan tidak bersuara apapun lagi. Dia juga pasti telah sangat lelah setelah berkali-kali orgasme malam ini dengan 2 orang pria.

Aku mencabut kontolku dan cairan spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya. Cukup banyak hingga mengalir di pahanya. Aku ambruk diatas karpet sementara Rani masih dalam posisi menunggingnya dengan kepala yang bersandar diatas sandaran kursiku. Tak lama diapun bangkit dan pindah ke ranjangku. Dia berbaring di ranjangku tanpa berkata apa-apa lagi. Aku yang masih terbaring lemas diatas karpet juga hanya terdiam. Mungkin karena saking letihnya tidak begitu lama aku mendengar dengkuran lembut cewek itu. Aku pun menyusul pindah ke atas ranjangku bergabung dengannya. Sebelum tidur aku mencium lembut bibirnya dan berbisik pelan "Makasih ya mba. Malam ini luar biasa banget". Sepertinya dia masih mendengarku karena dia berkata "mmm" sebagai respon kata-kataku. Akupun berbaring disampingnya dan tak menunggu lama akupun ikut tertidur.

Paginya aku terbangun sekitar pukul 8. Begitu aku membuka mata, aku melihat wajah cantiknya yang sangat alami yang masih tertidur disampingku. Dengan rambut awut-awutannya malah semakin menambah kecantikan alaminya. Posisiku sendiri sedang memeluknya. Aku merasakan kontolku yang sudah terbangun kembali menempel ditubuhnya entah di bagian mana dari tubuh Rani tapi mungkin dipahanya. Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkan cewek secantik dan seseksi ini. Apalagi dengan permainan seksnya yang luar biasa benar-benar cewek yang ideal sebagai pelepas keperjakaanku. Hehehehehe...

Aku tidak ingat kapan menutup tubuh kami tapi yang jelas tubuh kami berdua tertutup selimut. Mungkin mba Rani yang melakukannya karena biasanya suhu akan sangat dingin menjelang subuh. Aku membuka selimutku dan bangkit menuju kamar mandi. Sempat tersingkap tubuh indahnya yang membuat aku bernafsu untuk mengentotnya lagi, apalagi kontolku memang sedang mengacung tegak. Tapi melihat keadaannya yang tertidur pulas dan damai, aku jadi tidak tega. Aku pun meneruskan melangkah ke kamar mandi lalu bersih-bersih disitu.

Cukup lama aku di kamar mandi dan setelah selesai akupun balik ke tempat tidur lagi untuk bermalas-malasan. Siapa tau bisa mengentot Rani lagi, pikirku. Ternyata dia telah bangun tapi masih berbaring dibawah selimutnya. Dia seperti sedang bengong memikirkan sesuatu tapi dia tersenyum melihat kontolku yang sudah berdiri lagi.
"Pagi mba...", kataku sambil mencium bibir mungilnya.
"Mba sekali lagi makasih ya buat malamnya yang luar biasa", kataku kembali.
"Iya.....", jawabnya tersenyum, "tapi ini kenapa nih?", tanyanya kemudian sambil menunjuk kontolku.
"Ooh...ini? Biasa deh kalo pagi dia suka duluan bangun. Apalagi kan dia tau dia belum dapat jatah pagi", jawabku sambil menggoda Rani.
"Huuuu..... maunya!", jawab Rani sambil memonyongkan bibirnya.

Melihat itu aku segera menyergap bibirnya dan bergerak menindihnya. Aku bermaksud untuk menyetubuhinya lagi tapi segera ditahan oleh Rani.
"Ri..ri...ntar dulu Ri, ambilin jeansku dulu dong di tempat Rashid.", katanya. "Aku musti segera pulang takutnya dia ke tempat kostku nanti.", lanjutnya kemudian. Akupun mengurungkan niatku dan ikut memikirkan kata-kata Rani.

"Dia masih dikamarnya nggak ya?", kataku setengah bertanya.
"Nah itu dia aku gak tau. Aku enggak denger suara apa-apa diluar juga disebelah di kamarnya Kamil.", jawab Rani kebingungan.
"Oke gini deh aku keluar dulu liat situasi. Kalau ada kesempatan aku masuk ke kamar Rashid terus ambil jeans mba. Mba punya kuncinya kan?"
"Ada ditasku. Untung semalam sempat aku bawa keluar, kalau enggak wah kacau..".
Akupun bangkit dan mencari tasnya. Setelah aku temukan, aku mencari kunci itu dan segera aku menemukan kunci kamar Rashid didalamnya.
"Oke mba aku keluar deh liat situasi tapi....", aku sengaja menghentikan kata-kataku.
"Tapi apa?", kata Rani penasaran. Aku tidak menjawab tapi hanya tersenyum menggodanya. Sepertinya dia sudah menangkap maksudku terlihat dari tatapan matanya yang berpindah ke kontolku yang sedang mengacung tegak.
"Duuuhh... nanti aja dong", katanya membujukku.
"Mba...gak enak kan mba kalau dilihat orang ada bagian yang menggelembung.", kataku memberi alasan sekenanya. "Ini dulu dong dikecilin..", kataku kemudian sambil menunjuk kontolku.
"Ih... kamu tuh!! Dasar perjaka!! Sini...", ujar Rani berpura-pura marah. Aku pun mendekatinya. Dia pun bangkit duduk sehingga selimutnya terlepas dan memperlihatkan keindahan tubuhnya.
"Di oral aja ya. Aku masih cape dan veggyku agak perih nih dijeblosin dua kontol semaleman...", katanya lagi sambil memegang kontolku ketika aku sudah berada di hadapannya.
"Ya udah gapapa.", jawabku meski sebenarnya aku lebih suka jika kontolku di masukkan ke dalam veggynya. "Tapi nanti kalau udah ketemu jeans mba, aku mau ini ya?", lanjutku sambil memegang veggynya.
"Iya gampang...", katanya sambil mulai menghisap kontolku.

Diapun mulai mengoralku. Namun karena tidak senikmat veggy maka aku sulit untuk ejakulasi. Rani yang sudah tidak sabaran akhirnya memintaku memasukkan saja kontolku ke veggynya. Sebelumnya aku diminta membasahi veggynya terlebih dahulu agar kontolku mudah masuknya. Akhirnya pagi itu akupun ejakulasi kembali di dalam veggynya.

Singkat kata aku berhasil "menyelamatkan" jeans Rani dr kamar Rashid dengan bantuan Kamil yang mengajaknya keluar. Rani pun bisa pulang ke kost-annya dan Rashid sama sekali tidak mengetahui pengalaman hebat pacarnya itu. Sebelum pulang Rani masih sempat menghadiahi aku dengan sebuah persetubuhan yang indah di kamar mandi dalam kamarku. Orangtua Rashid sendiri pulang keesokan malamnya setelah tanpa sengaja "membantu" kami mendapatkan Rani.

Sampai lulus kuliah dan menjelang menikah pun Rani masih sering "bermain" dengan aku dan Kamil. Kadang bertiga tapi lebih sering berduaan saja. Capek kata Rani kalau harus meladeni kami berdua sekaligus. Sewaktu belum lulus hampir semuanya dilakukan di kost-an kami. Biasanya pada saat dia main ke tempat Rashid, kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mencuri-curi kesempatan ngentot apalagi kalau Rashid sedang tidak ada di kamarnya. Wah sudah kaya piala bergilir deh dia. "Beli satu dapat tiga", kalau kata Rani.

Di akhir semester itu sewaktu libur panjang, Rashid mendapatkan kesempatan kerja praktek di Balongan sedang Kamil ikut acara kampus di luar negeri. Rani bolak-balik ke kost-an Rashid untuk mengerjakan TA-nya dan TA Rashid. Aku yang mustinya pulang liburan membatalkan rencana tersebut dan memutuskan "menemani" Rani selama Rashid dan Kamil tidak ada. Jadilah aku dan Rani menikmati "bulan madu" selama dua minggu di kost-an. Kita entot-entotan tanpa henti selama 2 minggu tersebut kecuali Sabtu sore dan Minggu ketika Rashid datang. Benar-benar pengalaman indah dan erotis yang tak terlupakan.

Beberapa kali Rani hamil, entah oleh Rashid, Kamil, maupun aku, namun Rashid selalu bisa menyelesaikan masalah itu dan dia tidak tahu kalau bibit itu tidak selalu dari dia. Menurut pengakuan Rani padaku, lelaki yang pernah berhubungan badan dengannya adalah pacarnya waktu tahun kedua yaitu kakak kelasnya ( lelaki yang mendapatkan keperawanannya ), kami bertiga, adik ibu kostnya, atasannya, pacar bulenya ( yang kemudian menikahinya ) dan pernah dengan salah satu dosen di kampusnya. Dosen itu tidak mau meluluskannya karena nilai ujiannya yang buruk namun akhirnya meluluskannya setelah merasakan nikmatnya veggy Rani.

Rani sendiri akhirnya tidak jadi menikah dengan Rashid dan menikah dengan seorang bule Australia. Kini dia tinggal disana dan terakhir kabarnya mereka akhirnya punya anak 1 setelah lama menikah. Rashid sendiri menikah dengan seorang cewek Jakarta yang dikenalkan oleh tantenya. Sedang Kamil menikah dengan adik kelas Rani. Bagaimana dengan aku? Hmmm... Penting gak sih untuk diberitahu?

TAMAT

Rahasia Pacar Teman Kostku I



Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus karena saya memang bukan penulis. Awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2 yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe... ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak "ilmu" dari teman-teman saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan "getah" enaknya saja.

Ceritanya Rashid itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka selalu "main" dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui "keberuntungan" Rashid. Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yang "aneh-aneh". Tapi Kamil juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta.

Hari itu Rashid mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum memberitahunya sehingga Rani datang "terlalu cepat". Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus. Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal.

Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya. "Tunggu sebentar", katanya. "Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi", kataku. "Sebentar Ri", katanya lagi dari dalam kamarnya. Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir. "Ngapain bos?", tanyaku. "Ah enggak ga apa-apa", jawabnya. Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dengan panik. "Ri, do something, lo kesana cegat mereka!", kata Kamil. "Trus ngapain?", tanyaku kebingungan. "Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan", perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.

Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang tua Rashid untuk masuk. "Hufff....sukurlah", pikirku, "situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja". "Eh tapi kemana mba Rani ya?". Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel. Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?.

Pintu kamar Rashid telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.

"Ri, lo jangan bilang Rashid ya kalo Rani kesini malam ini?", katanya.
"Loh, kenapa?", tanyaku heran.
"Pokoknya jangan deh", katanya lagi tersenyum nakal.
"Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa?", tanyaku lagi masih tidak mengerti.
"Gini aja deh. Lo jangan bilang Rashid dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa".
"Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!", kataku lagi. Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana "busuk" Kamil tapi aku masih belum yakin. Apakah dia akan.....? Ah tidak, tidak mungkin. Kamil dan Rashid berteman baik, tidak mungkin Kamil sampai tega melakukannya. Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tahu. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya.

Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan matanya padaku. Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya? Apakah Rani mau mengkhianati Rashid? Semudah itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah...kalau benar begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rashid tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe...

Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara "aneh" dari kamar Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam. Aku mendengar terus dengan seksama. Yak, aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Kamil sudah berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rashid. Tapi kali ini bukan Rashid yang melakukannya tapi teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Rashid tapi nafsuku lebih menguasaiku. Ini juga sebagai pelajaran bagi Rashid yang suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya. Duh, aku tidak sabar menunggu giliranku. Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang. Apakah mereka sudah selesai? Bagaimana kalau mereka tertidur? Wah...bisa-bisa aku gak "kebagian".

Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar Kamil dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam kamarnya. "Siapa?", tanyanya pelan. "Gue, Ari", jawabku juga dengan pelan. Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah. "Udah gak sabaran lu ye?", katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk. Ternyata Kamil bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Badannya penuh keringat dan kontolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang. Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Kamil. Seorang mahluk cantik yang sangat seksi bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat yang memantulkan cahaya kamar sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa. Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya.

Rani tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya. Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya. Aku masih terdiam dan melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi. "Hey...kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?", katanya lagi sambil cekikikan. Kamil kemudian mendorongku, "Udah situ...ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh". Kamil dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku. Kontolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tidak tahu harus bagaimana. Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. "Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih", katanya. Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental. Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Kamil hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Rani di kamar mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya. "Buka dong baju lo semua", kata Kamil kemudian. Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik turun celanaku, kontolku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya. Dia tertawa, "Duh...udah langsung gede gitu ya?", katanya. Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan.

Rani kemudian mengambil lotion ditasnya dan membalurkannya ke kontolku yang sudah sangat keras. Rasanya nikmat kontolku di gosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu. "Mil...gemukan ini dari punya lo", ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil hanya tersenyum. "Gitu ya?", jawab Kamil. "Kamu baring deh," kata Rani kemudian. Akupun baring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam kontolku. Detik detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe....

Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu dan veggynya pelan-pelan menelan kontolku yang sudah berdiri dengan kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah menghisap kontolku masuk ke dalamnya. Expressi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari kontolku. "Ehhhhgggg....duh gemuk amat sih nih burung", katanya sambil mendesah. Setelah veggynya menelan habis kontolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas.
"Kamu udah gak perjaka sekarang", katanya menggodaku.
"Iya mba, makasih ya", jawabku sambil mencium bibirnya.
Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun. Uuuuuggghhhh....nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik turunnya yang erotis itu. Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka. Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu. Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku.

"Gimana rasanya?",tanya Rani disela-sela goyangannya.
"Enak mba...enak banget", jawabku.
"Kalau mau keluar bilang ya sayang", katanya tersenyum. Uh cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sudah tidak perduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak perduli ada Kamil disitu. Aku melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok kontolnya yang sudah membesar lagi.

Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. "Mba....aku....mau...ke...lu...arr...". Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari kontolku. Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku. Dia mengocok kontolku dan menadahkan mulutnya dihadapan kontolku. Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar. Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada dimulutnya. Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.

"Sperma perjaka biar awet muda", katanya sambil tersenyum. Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas. Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi kontolku yang mulai melemas ketika Kamil bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata, "Rani, kamu masih belum tuntas kan?", tanyanya sambil memegangi kontolnya yang ternyata sudah menegang kembali. "Huu..kamu tuh ya", hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat kontol Kamil yang menghadap kearahnya. Kamil pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tahu apa yang akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya kebelakang dengan agak kasar. "Hey...pelan-pelan dong" ujar Rani setengah protes sambil tertawa. Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi "Owwww....", ketika Kamil menjebloskan kontolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya.

Kamil pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama. Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya. Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat, "ah...ah...ah....". Melihat pemandangan seperti itu, akupun jadi terangsang lagi dan kontolku yang tadinya sudah lemas pelan-pelan mulai menegang kembali. Akupun bangkit dan mengangsurkan kontolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi. Dibawah veggynya digenjot oleh kontol Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh kontolku.

Kontolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin kencang, Rani hanya memegangi kontolku tanpa diapa-apakan. Karena posisi kontolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka kontolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua kontol sekaligus maka akupun mengalah. Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Kamil. Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara.

Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya Kamil dengan suara agak tersengal berkata,"Ran...gue...udah....mo...nyampe...". Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama. Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras Kamil membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya didalam veggy Rani. "Aaahh....", teriak mereka hampir berbarengan. Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik "Aahh...Aaaahh..." berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin menelan habis seluruh kontol Kamil yang masih tersisa. Mereka mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan. Kamil mencabut kontolnya lalu kemudian berbaring telentang disamping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Rani kemudian memutar badannya baring menelentang.

Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur. Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani. Aku tidak perduli dengan Rani yang masih kelelahan. Aku naik keatas ranjang dan menempatkan kontolku dihadapan veggy Rani yang masih tertidur. Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi tapi masih cukup jelas terlihat. Aku tidak tahu apakah Rani memang telah tidur atau berpura-pura saja karena ketika aku melap veggynya dengan baju Kamil yang ada diatas lantai, dia tidak bereaksi.

Setelah aku yakin veggy Rani sudah cukup kering, pelan-pelan akupun menusukkan kontolku ke dalamnya. Ternyata dia tidak tidur karena meskipun matanya tertutup tapi dia menggigit bibirnya. Akupun mengecup bibir itu ketika kontolku telah terbenam seluruhnya. Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk, "Kamu tuh masukin barang tanpa minta izin", katanya. "Habis masih penasaran sih mbak", ujarku sambil menciuminya dengan gemas. Dia membalas ciumanku dan kita pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata sambil tersenyum, "Digoyang dong".

Akupun mulai menaik-turunkan pantatku dengan irama yang lambat. Rani ini memang luar biasa, karena setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dengan pelan dan tenang namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat di kontolku akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata dirasakan kontolku. Nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku yang membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan diatas tubuh Rani pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat menggenjotnya dan Rani pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya. Goyangan yang membuat kontolku terasa dipilin dan diperas. Untungnya aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yang ditimbulkan oleh jepitan veggy Rani sehingga tidak sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi. Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam veggy Rani agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap.

Demikianlah, pacuan kenikmatan yang ditimbulkan oleh maju-mundurnya kontolku dan goyang "dangdut" pantat Rani berlangsung cukup lama. Kami tidak perduli lagi dengan Kamil yang telah tertidur disamping kami dan orangtua Rashid di kamar sebelah. Rani mulai lagi mengeluarkan rintihan-rintihan birahinya. Sampai akhirnya dia memegangi kedua bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar kontolku menggosok daerah tertentu dalam veggynya. Daerah yang agak kasar dan menonjol dalam veggynya namun menimbulkan efek yang lebih nikmat bagi kepala kontolku.

Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di ujung kontolku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Rani untuk mencapai puncak kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yang aku lakukan membuat rintihan Rani semakin keras pertanda semakin dekatnya dia dengan puncak kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dengan satu teriakan keras,"Aaaah....", tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia mencengkeram pantatku dan menempelkan dengan ketat tubuhnya ke tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dengan kuat. Aku merasakan veggynya berkedut dengan kuat dan membanjiri kontolku. Kedutan veggy Rani itu membuat kontolku serasa diremas-remas dan benar-benar membuatku tak mampu menahan muntahan di kontolku. Akhirnya kontolku memuncratkan isinya bersamaan dengan remasan veggy Rani terhadap kontolku. Kontolku yang sedang menumpahkan isinya itu ditambah dengan kedutan kuat veggy Rani yang menjepitnya menjadi nikmat ganda yang baru pertama kali aku alami dalam hidupku. Nikmatnya bukan alang kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yang dalam tak bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu. Benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Rangkaian kenikmatan demi kenikmatan yang melanda diriku yang diakhiri dengan muncratnya spermaku di dalam veggy Rani menyempurnakan hilangnya keperjakaanku malam itu.

Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Rani. Aku mencium bibirnya dengan mesra dan sayang. "Makasih mba", ungkapku jujur padanya. Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku juga harus berterimakasih pada Kamil yang telah mengatur semua ini. Tapi dia telah tertidur disamping kami dan sudah tidak perduli lagi pada aktivitas kita. Aku mencabut kontolku dan menggelosoh turun dari tubuh Rani. Spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya dan lumayan banyak mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dengan tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sudah sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Rani tak lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan mengingat-ngingat kembali malam yang luar biasa ini.

Bersambung . . .

Petualanganku Dengan Dian Dan Yanti II



Beberapa hari setelah perpisahanku dengan Dian, aku merasa sepi dan sedih. Tante H yang senantiasa menghiburku, dengan gurauan, kemolekan, kehangatan tubuhnya, dan dengan kasih sayangnya terkadang di dalam kesendirianku, aku teringat Tante U, dengan segala kehangatan tubuhnya. Aku teringat moment-moment yang pernah kami jalani di salah satu kamar di rumah Tante H.

Di salah satu kamar di rumah Tante H itulah kami biasa mengumbar nafsu kami, saling menumpahkan rasa rindu kami, sudah tak terhitung lagi barapa banyak aku menyenggamainya, menumpahkan segenap rasa dan nafsuku, dan sebanyak itu kami berhubungan tak pernah sekalipun kami menggunakan alat kontrasepsi, baik itu kondom, spriral, tablet atau sebangsanya. Jadi kami melakukannya secara alami saja, dan tentunya dapat dibayangkan akibatnya. Yach.., Tante U pergi dengan membawa banyak kenangan indahku, membawa cintaku, dan membawa pula janin dari benih yang kutanam di rahimnya.

Awal semester pertama sudah berjalan 2 bulan lebih 5 hari, jadi tak terasa aku sudah menempati rumah petak kontrakanku selama itu. Setiap hari aku berjalan kaki ke tempat kuliah, yang memang tak jauh dari rumah kontrakanku. Setiap kali aku berangkat atau pulang kuliah, aku selalu melewati sebuah rumah yang dihuni satu keluarga dengan dua anak perempuannya, sebenarnya 3 orang anaknya dan perempuan semuanya. Dua sudah berkeluarga, yaitu Kak Rani dan Kak Rina, sedangkan si bungsu Yanti masih SMA kelas 1 (baru masuk).

Kak Rani dan Kak Rina anak kembar, hanya saja nasib Kak Rani lebih baik ketimbang Kak Rina. Kak Rani bersuamikan pegawai Bank dan sudah memiliki rumah serta dua anak perempuan, sedangkan Kak Rina bersuamikan seorang pengemudi box kanvas suatu perusahaan dan belum dikarunia anak, serta masih tinggal bersama ibunya. Bu Maman seorang janda yang baik hati dan sayang benar sama cucunya, yaitu anak Kak Rani.

Pada mulanya aku berkenalan dengan Yanti, Yanti termasuk gadis yang agresif, dan aku juga sudah mendengar cukup banyak tentang petualangan cintanya sejak dia duduk di bangku SMP, jadi masalah sex buat Yanti bukan hal yang baru lagi.

Perkenalanku terjadi saat aku pulang kuliah sore hari, dimana hujan turun cukup lebat. Pada saat aku berjalan hendak memasuki mulut gang, berhentilah sebuah angkot dan ternyata yang turun Yanti dengan seragam SMA-nya.

Aku menawarinya berpayung bersama dan ternyata dia mau. Kuantar Yanti sampai rumahnya, setiba di rumahnya dipersilahkannya aku masuk dan duduk di ruang tamu, sementara dia masuk berganti pakaian. Saat aku menunggu Yanti, Kak Rina keluar dengan membawa secangkir teh hangat dan kue. Mulutku secara tak sadar ternganga melihat kecantikan Kak Rina. Mata nakalku tak henti melirik dan mencuri pandang padanya. Padahal Kak Rina hanya berpakaian sederhana, hanya mengenakan daster motif bunga sederhana, namun kecantikannya tetap nampak. Kulitnya yang putih kekuningan dan badannya yang segar dengan buah dada yang menonjol, semakin menambah kecantikan penampilannya sore itu.

Melihatku, dia tersenyum, nampak sebaris gigi putih yang bersih berjajar. Aku tergagap dan segera kuulurkan tangan untuk berkenalan dengannya. Hangat tengannya dalam genggamanku, dan sambil menunggu Yanti selesai berganti pakaian, dia menemaniku ngobrol. Dalam obrolanku dengan Kak Rina sore itu, baru kutahu kalau Kak Rina sering melihatku saat aku berjalan berangkat dan pulang kuliah. Itulah hari pertamaku berkenalan dengan keluarga Yanti.

Pagi esok harinya, saat aku berangkat kuliah, aku bertemu Kak Rina di mulut gang. Kami bersalaman, tiba-tiba timbul kenakalanku, kugelitik telapak tangan Kak Rina saat kugenggam, ternyata dia diam saja, bahkan tersenyum padaku. Sejenak kami berbasa-basi bicara, kemudian aku cepat bergegas kuliah.

Sore hari aku baru pulang kuliah, langit mendung tebal, sepertinya mau hujan. Saat kubuka pintu rumah, kulihat Yanti dan teman kostku sedang ngobrol di ruang tamu. Rupanya dia sengaja datang untukku. Tak lama kemudian teman kostku pamit mau kuliah sore sampai jam 19.00 WIB. Setelah aku berganti pakaian, kutemui Yanti dan kami ngobrol berdua. Tiba-tiba aku teringat bahwa Yanti belum kusuguhi minum, cepat-cepat aku permisi ke dapur untuk membuat minuman buatnya. Saat aku beranjak ke dapur, Yanti mengikutiku dari belakang, dan di dapur kami lanjutkan obrolan kami sambil kuteruskan membuat minuman.

Yanti berdiri bersandar ke meja dapur, aku mendekatinya dan iseng kupegang tangannya. Agaknya Yanti memang mengharapkan suasana demikian. Dia tanggapi pegangan tanganku dengan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, sehingga wajah kami berjarak hanya beberapa senti saja. Hembusan nafasnya terasa menerpa wajahku. Kesempatan itu tak kubiarkan lewat begitu saja, segera kusambar pinggangnya dan kucium serta melumat mulutnya.

Kami berciuman agak panjang, lidah kami saling beradu dan memilin, sementara sigap tanganku menggerayangi dan meremas pantat Yanti. Tanganku tidak berhenti, terus bergerak menyingkap bagian depan roknya, dan segera tanganku mengelus-elus vagina Yanti yang masih tertutup celana tipis, sementara itu mulutku menjalar dan menciumi lehernya. Yanti merintih lembut, dan semakin mempererat pelukannya.

Tangan kananku yang sudah terlatih segera melepas kancing depan bajunya, selanjutnya meremas-remas buah dadanya, kulepas tali BH-nya, dan segera kujelajahi dua bukit kembarnya yang sudah mengeras. Kuhisap lembut puting susunya, Yanti semakin menekan kepalaku ke arah dadanya.

Aku sudah tahu apa yang dikehendakinya, segera kutarik dia ke kamarku, dan segera kubuka resleting roknya, kulepas bajunya kemudian BH-nya. Nampak tubuh Yanti polos tak tertutup kain, hanya CD tipisnya saja yang tinggal melekat di badannya. Segera kuhujani Yanti dengan ciuman, kujilati sekujur tubuhnya, kuhisap puting susunya, dan terus mulutku bergerak ke bawah, sambil pelan-pelan tanganku melepas CD-nya.

Begitu CD-nya lepas, segera kuserbu liang kenikmatannya, lidahku menjilati vaginanya, sementara kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat penuh. Yanti merintih dan mengerang, dan sesaat kemudian ditariknya bahuku ke atas, sehingga kami berdiri berhadapan. Segera dilepas kancing bajuku, dan dilepasnya semua pakaianku. Sambil membungkukkan badan, dihisap batang kejantananku, dijilati dan dikocoknya pelan. Ohh.., sungguh nikmat tak terbayang.

Segera kudorong tubuhnya telentang di atas dipan, dan lidahku terus bergerilya di kemaluannya, juga ke dua jari tanganku ikut pula menjelajahi vaginanya. Kedua pahanya mengangkang lebar dan nampak lubang kemaluannya sepertinya siap melahap kejantananku bulat-bulat. Yanti mengerang-ngerang dan memintaku segera memasukkan batangku ke dalam liang senggamanya.
"Mas.. ayo.. masukkan.. ayo Maas..!"

Hujan di luar turun dengan deras, suara hujan mengalahkan erangan dan teriakan Yanti, sehingga aku tak khawatir orang akan mendengar suaranya. Kubiarkan Yanti dalam keadaan begitu sambil lidahku terus menjilati kemaluannya. Yanti merintih dan mengerang sambil menghiba untuk segera memulai permainan kami. Bau liang senggamanya semakin membangkitkan gairahku, dan akhirnya aku pun tak tahan.

Segera kutindih tubuhnya, dan kebenamkan penisku di liang vaginanya dengan satu sentakan yang sedikit agak keras. Segera kukocok kemaluannya dengan cepat dan keras. Yanti mengerang, merintih dan mengimbangi gerakan keluar masuk kejantananku dengan pas, sehingga kadang terasa batang kemaluanku bagai dihisap dan diremas di dalam liang senggamanya. Terasa penisku berdenyut-denyut, sepertinya hendak keluar air maniku. Segera kuhentikan gerakan kejantananku dan segara kucabut. Kugeser tubuhku dan kumasukkan penisku ke dalam mulutnya. Segera dihisap dan dikulumnya penisku tanpa rasa jijik. Setelah agak berkurang denyutan penisku, segera kubenamkan lagi ke dalam kemaluan Yanti.

Bukan main, remasan dan sedotan vagina Yanti. Aku jadi mengerti sekarang beda antara kemaluan seorang wanita yang masih gadis dan belum pernah melahirkan dengan wanita yang sudah melahirkan seperti Tante U. Kubalik tubuh Yanti dan kuangkat pantatnya agak tinggi, sehingga Yanti dalam posisi nungging. Segera kutancapkan penisku ke liang senggamanya dari belakang. Lagi-lagi Yanti mengerang-erang, kadang menjerit kecil. Tiba-tiba diangkat dan diputar badannya ke belakang, serta diraihnya kepalaku serta diciumnya mulutku, sementara penisku tetap bekerja keluar masuk vaginanya.

Berapa saat kemudian kuganti posisi, aku berbaring telentang dan Yanti menindih tubuhku. Dipegang dan dibimbingnya penisku masuk ke vaginanya, dan segera digoyang badannya naik turun di atas tubuhku. Kuremas payudaranya dan kuhentakkan pantatku ke atas, saat badan Yanti bergerak ke bawah menekan masuk penisku ke dalam liang senggamanya. Tak lama kemudian gerakan Yanti semakin menggila dan semakin cepat. Dari mulutnya terdengar erangan yang semakin keras, dan akhirnya badannya menegang sambil dari mulutnya terdengar lenguhan.
"Ughh.. Aaah.. Aaah.."
Kemudian tubuhnya menubruk dan memeluk tubuhku erat-erat.
"Mass.. aku sudah.., keluar.. ooh.. Enak..!"

Pelan kubalik badannya, dan kutindih serta kugenjot vaginanya cepat dan keras. Terlihat mata Yanti mendelik, membalik ke atas, mulutnya merintih dan mengerang. Kupercepat gerakanku dan kugenjot penisku sepenuh tenaga. 15 menit kemudian terasa penisku berdenyut-denyut. Kepala Yanti bergoyang ke kanan dan ke kiri. Kedua kakinya menjepit pantatku, sehingga tak ada kemungkinan aku mencabut batang kemaluanku saat air maniku keluar nanti. Dan akhirnya dengan suatu sentakan yang keras, kubanjiri liang senggamanya dengan cairan maniku.

Kumarahi Yanti, karena dia tak memberiku kesempatan membuang air maniku di luar liang kemaluannya. Aku khawatir hal ini akan berakibat fatal, yaitu Yanti hamil. Dia hanya tertawa kecil dan memelukku erat, sambil berbisik di telingaku bahwa dia sudah KB suntik. Aku terheran-heran mendengarnya, karena sudah sedemikian jauhnya pengetahuan dia tentang berhubungan sex dan menjaga diri dari kehamilan. Mendengar itu aku lega dan segera kucium dan kulumat mulutnya. Kami bercumbu, berciuman dan bergumul di atas dipan, kebetulan dipanku ukurannya lebar, sehingga kami leluasa bercumbu di atasnya.

Dua puluh menit berlalu, terasa penisku mulai menegang dan mengeras. Segera kumasukkan lagi batang kejantananku ke vagina Yanti. Kembali kami berdua mengumbar nafsu sepuas hati, kali ini aku tetap menjaga posisi di atas, karena aku tahu bahwa pada ronde kedua dan ketiga aku lebih dapat mengatur dan menahan klimaks lebih lama. Yanti mengerang dan merintih, dan akhirnya pada puncak kepuasan yang kedua, kusemburkan lagi benih-benih manusia ke dalam rahim Yanti.

Keringat kami telah bercampur dan membasahi tubuh kami, seprei tempat tidur sudah berantakan tidak karuan, kami berbaring berpelukan, kepalanya di dadaku, tangan Yanti memainkan penisku, dan sesekali kami saling berciuman. 15 menit kemudian kami ulangi lagi hal yang sama, hingga klimaks kami dapatkan lagi, Kembali kuguyur vaginanya dengan caiaran maniku sambil kami berciuman panjang sekali, seolah tak akan berhenti.

Setelah cukup beristirahat, segera kami berkemas dan berpakaian, dan tidak lupa berjanji untuk mengulangi lagi apa yang kami lakukan sore ini. Menjelang maghrib, kuantar Yanti pulang ke rumah, dan sebelum aku pamit pulang, sekali lagi kupeluk pinggangnya dan kucium bibirnya dengan mesra. Sejak hari itu, resmilah Yanti menjadi pacar tetapku, alias pemuas nafsuku.

TAMAT

Petualanganku Dengan Dian Dan Yanti I



Setelah aku lulus SMA, aku melanjutkan studi di Bandung. Kebetulan aku diterima di sebuah PTN yang terkenal di Bandung. Mengenai hubunganku dengan Tante "U" di kota asalku sudah berakhir sejak kepindahan keluarga Oom "U" ke Medan, dua bulan menjelang aku ujian akhir SMA. Namun kami masih selalu kontak lewat surat atau telpon.

Perpisahan yang sungguh berat, terutama bagiku, mungkin bagi Tante U hal itu sudah biasa, karena hubungan sex buat dia hanya merupakan suatu kebutuhan biologis semata, tanpa melibatkan perasaan. Namun lain halnya denganku, aku sempat merasa kesepian dan rindu yang amat sangat terhadapnya, karena sejak pertama kali aku tidur dengannya, hatiku sudah terpaut dan mencintainya.

Sejak aku mengenal Tante U, aku mulai mengenal beberapa wanita teman Tante U, mereka semuanya sudah berkeluarga dan usianya lebih tua dariku. Wanita lain yang sering kutiduri adalah Tante H; dan Tante A seorang janda cina yang cantik. Jadi semenjak kepindahan Tante U ke Medan, merekalah yang menjadi teman kencanku. Karena Tante H dan Tante A sudah berstatus janda, maka tidak ada kesulitan bagi kami untuk mengatur kencan kami.

Hampir setiap hari aku menginap di rumah Tante H. Dengan Tante H boleh dikata setiap hari aku melakukan hubungan intim tidak mengenal waktu dan tempat. Pagi, siang sore atau malam, di kamar, di ruang tamu, di dapur bahkan pernah di teras belakang rumahnya. Teradang kami main bertiga, yakni aku, Tante H dan Tante A. Di rumah Tante H benar-benar diperas tenagaku. Sesekali waktu aku harus melayani teman Tante H yang datang ke sana untuk menghisap tenaga mudaku. Aku sudah tidak perduli lagi rupanya, aku dijadikan gigolo oleh Tante H. Pokoknya asal aku suka mereka, maka langsung kulayani mereka.

Suatu saat aku bertemu dengan seorang gadis. Cantik dan sexy banget body-nya. Dian namanya, teman adik perempuanku. Dengan keahlianku, maka kurayu dan kupacari Dian. Suatu hari aku berhasil mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat rekreasi. Di suatu motel, akhirnya aku berhasil menidurinya. Aku agak kecewa, rupanya Dian sudah tidak perawan lagi. Namun perasaan itu kupendam saja. Kami tetap melanjutkan hubungan, dan setiap kali bertemu, maka kami selalu melakukan hubungan badani.

Rupanya Dian benar-benar ketagihan denganku. Tidak malu-malu dia mencariku, dan bila bertemu langsung memintaku untuk menggaulinya. Tapi aneh, Dian tidak pernah mengajakku, bahkan melarang aku datang ke rumahnya. Kami biasa melakukan di motel atau hotel melati di kotaku, beberapa kali aku mengajak Dian ke rumah Tante H. Kuperkenalkan Tante H sebagai familiku, dan tentunya aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bercumbu dengannya di kamar yang sering aku dan Tante H gunakan bercumbu.

Suatu hari, entah kenapa, tiba-tiba Dian memintaku untuk main ke rumahnya, katanya dia berulang tahun. Dengan membawa seikat bunga dan sebuah kado aku ke rumahnya. Aku pencet bel pintu dan Dian yang membukakan pintu depan. Aku dipersilakan duduk di ruang tamu. Segera Dian bergegas masuk dan memanggil mamanya untuk diperkenalkan padaku. Aku terkejut dan tergagu melihat mamanya, sebab perempuan itu. Ya.. mamanya Dian sudah beberapa kali tidur denganku di rumah Tante H.

Mama Dian nampak pias wajahnya, namun segera mama Dian dapt cepat mengatasi keadaan. Mama Dian berlagak seolah-olah tidak mengenalku, padahal seluruh bagian badannya sudah pernah kujelajahi. Beberapa saat Mama Dian menemani kami ngobrol. Dengan sikap tenangnya aku pun menjadi tenang pula dan mampu mengatasi keadaan. Kami ngobrol sambil bercanda, dan nampak terlihat bahwa Mama Dian benar-benar seorang Ibu yang sayang pada putri tunggalnya itu.

Keesokan harinya, Mama Dian menemuiku. Di ruang tamu rumah Tante H, Mama Dian menginterogasiku, ingin tahu sudah sejauh mana hubunganku dengan Dian. Aku tidak mau segera menjawab, tanganku segera menarik tangannya dan menggelandang tubuhnya ke kamar. Dia berusaha melepaskan peganganku, namun sia-sia, tanganku kuat mencekal, sehingga tidak kuasa dia melepaskan tangannya dari genggamanku.

Kukunci pintu kamar dan segera kuangkat dan rebahkan tubuhnya di atas kasur. Segera kulucuti pakaianku hingga aku telanjang bulat, dan segera kutindih tubuhnya. Dia meronta dan memintaku untuk tidak menidurinya, namun permintaanya tak kuindahkan. Aku terus mencumbunya dan satu persatu pakaiannya kulucuti, dan akhirnya aku berhasil memasukkan penisku di vaginanya. Begitu penisku melesak masuk, maka Mama Dian bereaksi, mulai membalas dan mengimbangi gerakanku. Akhirnya kami berpacu mengumbar nafsu, sampai akhirnya Mama Dian sampai pada puncak kepuasan.

Peluhku bercucuran menjatuhi tubuh Mama Dian, kuteruskan hunjaman penisku di vaginanya. Mama Dian mengerang-erang keenakkan, sampai akhirnya orgasme kedua dicapainya. Aku terus genjot penisku, aku benar-benar kesal dan marah padanya, karena aku tahu dengan kejadian itu maka bakalan usai hubunganku dengan Dian, padahal cinta mulai bersemi di hatiku.

Sambil terus kugenjot penisku di vaginanya, kukatakan padanya bahwa Dian juga sudah sering aku tiduri, namun aku sangat mencintai, menyayangi bahkan ingin menikahinya. Aku katakan semua itu dengan tulus, sambil tidak terasa air mataku menetes. Akhirnya dengan hentakan yang keras aku mengejan kuat, menumpahkan segala rasa yang kupendam, menumpahkan seluruh air maniku ke dalam kemaluannya. Badanku terasa lemas, kupeluk tubuh Mama Dian sambil sesenggukan menangis di dadanya. Air mataku mengalir deras, Mama Dian membelai kepalaku dengan penuh rasa sayang. Kemudian dikecup dan dilumatnya bibirku.

Tubuhku berguling telentang di samping kanan tubuhnya. Mama Dian merangkul tubuhku, menyilangkan kaki kiri dan meletakkan kepalanya di dadaku. Terasa kemaluannya hangat dan berlendir menempel di perutku, tangan kirinya mngusap-usap wajahku. Tidak henti-hentinya mulutnya menciumku.

Sambil bercumbu, kuceritakan semua kisah romance-ku, hingga aku sampai terlibat dalam pergaulan bebas di rumah Tante H. Dengan sabar didengarnya seluruh kisahku, sesaat kemudian kembali penisku menegang keras. Segera tanganku bergerilya kembali di liang kemaluannya, selanjutnya kembali kami berpacu mengumbar nafsu kami. Kami bercumbu benar-benar seperti sepasang pengantin baru saja layaknya. Seolah tidak ada puasnya. Sampai akhirnya kami kembali mencapai puncak kepuasan beberapa kali.

Setelah babak terakhir kami selesaikan, Mama Dian bangkit dan menggandengku menuju kamar mandi, kami mandi berendam bersama di kamar mandi sambil bercumbu. Sambil berendam kami bersenggama lagi. Setelah puas, kami menumpahkan hasrat kami, kami keringkan tubuh kami dan segera berpakaian. Nampak sinar puas membias di wajah Mama Dian.

Dengan bergandeng tangan kami keluar kamar, kupeluk pinggangnya dan kuajak menuju ke ruang tamu. Kami duduk berdua, kemudian berbincang mengenai kelanjutan hubunganku dengan Dian. Mama Dian ingin agar hubunganku dengan Dian diakhiri saja, walaupun kami sudah begitu jauh berhubungan, sekalipun Dian sudah hamil karenaku. Dia memberikan pandangan tentang bagaimana mungkin aku menikahi Dian, sedangkan aku dan Mama Dian pernah berhubungan layaknya suami istri, sebab bagaimanapun kami akan tinggal serumah. Bagaimana mungkin kami melupakan begitu saja affair kami, rasanya tidak mungkin.

Aku dapat mengerti dan menerima alasan Mama Dian, namun aku bingung bagaimana cara menjelaskan kepada Dian. Aku tidak sanggup kalau harus memutuskan Dian. Akhirnya aku mengatakan ideku pada mama Dian. Selanjutnya selama beberapa hari aku tidak menemui dan sengaja menghindari Dian. Mamanya memberitahu kalau Dian saat ini dalam keadaan hamil 2 bulan akibat hubungannya denganku.

Pada suatu hari, aku ditelpon Mama Dian. Dia memberitahu kalau Dian sedang menuju ke rumah Tante H untuk mencariku. Aku sudah tahu apa yang harus kulakukan. Saat itu Tante H sedang menyiram tanaman kesayangannya di kebun belakang, segera kuhampiri dia dan kuajak dia ke kamar yang biasa aku dan Dian pakai untuk berkencan. Kulucuti seluruh pakaian Tante H dan juga pakaianku sendiri, selanjutnya kami bersenggama seperti biasanya.

Tidak berapa lama Dian datang dan langsung menuju ke kamarku. Terdengar pekik tertahan dari mulutnya saat melihat adegan di atas ranjang, dimana aku dan Tante H sedang asyik bersenggama. Terdengar pintu kamar dibanting, Dian pulang ke rumah dengan hati yang amat terluka. Tante H merasa tidak tega dengan kejadian itu, Tante H memintaku untuk segera menyusul Dian, namun tidak kuhiraukan, bahkan aku semakin keras dan cepat menghentakan penisku di liang kemaluannya.

Tante H mengerang-erang keenakan, mengimbangi dengan gerakan yang membuat penisku semakin cepat berdenyut. Kami mencapai orgasme hampir bersama, aku berguling dan menghempaskan badanku ke samping Tante H. Mataku menerawang jauh menatap langit-langit kamar, air mataku bergulir membasahi pipiku. Inilah akhir hubunganku dengan Dian, akhir yang amat menyakitkan. Dian pergi dariku dengan membawa benih anakku di rahimnya. Musnah sudah impian dan harapanku untuk membina rumah tangga dengannya.

Tante H menghiburku, dia mengingatkan aku bahwa aku sudah membuat keputusan yang benar. Jadi tidak perlu disesali. Didekapnya tubuhku, aku menyusupkan wajahku ke dada Tante H, ada suatu kedamaian di sana, kedamaian yang memabukkan, yang membangkitkan hasrat kelelakianku lagi. Sesaat kemudian kami berpacu lagi dengan hebat, hingga beberapa kali Tante H mencapai puncak kepuasan. Aku memang termasuk tipe pria hypersex, dan mampu mengatur timing orgasmeku, sehingga setiap wanita yang tidur denganku pasti merasa puas dan ketagihan untuk mengulangi lagi denganku.

Beberapa hari kemudian aku terima telpon Dian. Sambil terisak, Dian pamit padaku karena dia dan mamanya akan pindah ke Surabaya. Aku minta alamatnya, tapi Dian keberatan. Dari nada suaranya nampak Dian sudah tidak marah lagi padaku, maka aku memohon padanya untuk terakhir kali agar dapat aku menemuinya. Dian mengijinkan aku menemuinya di rumahnya, segera aku meluncur ke rumahnya. Untuk inilah saat terakhir aku berjumpa dengan kekasihku.

Kupencet bel pintu, Mama Dian membuka pintu dan mempersilakan aku masuk. Nampak wajahnya masih berbalut duka dan kesedihan, dia amat merasa bersalah karena menjadi penyebab hancurnya hubunganku dengan Dian. Mama Dian menggandengku menuju ruang keluarga, nampak Dian kekasihku duduk menungguku.

Melihatku, Dian bangkit dan menghampiriku, tidak kusangka pipiku ditamparnya dengan keras. Kubiarkan saja agar rasa kesal dan tertekan di hatinya terlampiaskan. Dian berdiri bengong setelah menamparku, dilihat tangannya dan pipiku bergantian seolah tak percaya akan apa yang dia lakukan. Tiba-tiba ditubruk dan dipeluknya badanku, dibenamkan wajahnya ke dadaku sambil sesenggukan menumpahkan tangisnya. Aku peluk tubuhnya dan kuelus rambutnya.

Agak lama kami demikian, kami menyadari bahwa saat inilah saat terakhir bagi kami untuk bertemu. Mama Dian mendekat dan merangkul kami berdua dan membimbing kami untuk duduk di kursi panjang. Kami bertiga duduk sambil berpelukan, Mama Dian di tengah, kedua tangannya memeluk kami berdua.

Akhirnya kesunyian di antara kami terpecahkan dengan ucapan Mama Dian. Mama Dian mengatakan memberi kesempatan pada kami untuk memutuskan, apakah akan kami lanjutkan hubungan kami atau kami putuskan sampai disini saja. Berat sekali rasanya, jika kami teruskan hubungan kami maka berarti aku memisahkan jalinan kasih ibu dan anak tunggalnya ini. Aku menyerahkan keputusan akhir pada Dian. Sambil terisak, Dian akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, saat kuingatkan bahwa di rahimnya ada benih anakku, Dian menjawab biarlah, ini sebagai tanda cinta kasih kami berdua, Dian akan tetap memelihara kandungannya dan akan membesarkan anak itu dengan kasih sayangnya.

Beberapa saat kemudian aku berpamitan, dengan berat Dian melepaskan pelukanku, namun sebelum kami berpisah, sekali lagi Dian memintaku untuk menemaninya. Ditariknya aku ke kamarnya, dan dengan penuh kasih sayang, dibukanya pakaianku dan pakaian yang melekat di tubuhnya. Kami berdiri berpelukan dengan tanpa sehelai benang menempel pada tubuh kami. Kucumbui Dian kekasihku untuk terakhir kalinya, kugenjot penisku di vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan, aku khawatir kalau-kalau genjotanku akan menyakitkan anakku yang ada di rahimnya.

Semalam kami bercengkerama, pada pagi keesokan harinya aku berpamitan. Dengan perasaan yang amat berat, dilepas kepergianku. Aku berpamitan pula pada Mama Dian, kucium punggung tangannya sebagai tanda kasih anak ke ibunya, ditengadahkan wajahku dan dikecupnya keningku dengan penuh rasa sayang. Aku menitipkan anakku pada Dian, dan mohon padanya agar memberi kabar saat kelahirannya nanti. Sampai disitulah akhir hubunganku dengan Dian dan mamanya.

Bersambung . . . . .