Nicky Sinten

Minggu, 27 April 2014

Seruni Gadis Kecil Bertetek Besar



Aku tidak bisa mengingat secara rinci apa yang kualami ketika masih baru memasuki SMP. Namun kisah itu sangat berkesan dan selalu kuingat sampai sekarang. Sebagai anak yang baru masuk SMP, aku tentu saja agak pemalu. Tidak ada yang kukenal seorang pun di kelas ini, karena aku pindahan sekolah dari luar kota. Sekitar 3 bulan aku mulai banyak mempunyai teman, tapi terbatas teman-teman laki-laki saja. Aku masih malu berteman dengan perempuan. Maklumlah umurku baru 12 tahun.
Aku cepat terkenal di kelasku karena kepintaranku. Semua mata pelajaran kukuasai dengan baik, sehingga pada ulangan semesteran kemudian nilai terendahku pada Bahasa Indonesia, yakni 9.
Aku bukan kutu buku, yang rajin belajar di rumah. Jika di rumah jarang aku gunakan waktuku belajar. Aku banyak mengisi waktu dengan bermain dengan teman-teman di sekitar rumah.
Teman-teman kelasku tidak ada yang menonjol, kecuali satu seorang cewek. Dia kelihatan begitu beda karena ukuran susunya yang menurut anak seusia kelas 1 SMP, terlalu besar. Badannya tidak gemuk sehingga tonjolan susunya sangat membusung. Wajahnya rata-rata saja. Tidak terlalu cantik, tetapi juga tidak jelek juga. Aku mengenalnya karena dia yang memulai mengakrabkan diri denganku. Aku sendiri canggung kalau mendekati cewek, meski pada umur segitu, sudah ada rasa tertarik pada cewek.
Si tetek besar itu namanya Seruni, panggilannya Runi. Jika ada PR dia selalu datang pagi-pagi sekali sekitar sejam sebelum bel. Aku juga terbiasa datang pagi, meski tidak secepat si tetek besar. Runi akan datang rajin pagi-pagi kalau ada PR yang tidak bisa dia kerjakan. Dia selalu memintaku membantu membuat PR nya. Sementara aku dibebaskan oleh semua guru untuk tidak membuat PR, karena aku murid pintar. Kami terbiasa duduk berdua di dalam kelas pagi-pagi sekali. Runi pada pagi itulah dia membuat PR. Aku malas mengajari, karena pasti perlu waktu panjang, jadi aku beri saja jawabannya. Agar tidak menimbulkan kecurigaan guru-guru tidak semua jawaban yang kuberi adalah benar. Pokoknya dia dapat nilai 7 saja sudah bagus.
Oh ya, Runi bukanlah anak pintar di kelas ku. Aku malah merasa jika dia termasuk murid yang bodoh. Padahal kuperhatikan dia rajin, jarang bolos, selalu mencatat dan buku-bukunya lengkap dimiliki.
Aku sama sekali tidak ada hati terhadap Runi, tetapi sebaliknya dia selalu ingin akrab denganku. Mungkin karena baru berumur 12 aku belum terlalu ada rasa terhadap lawan jenisku. Tetapi sebetulnya di dalam diri ini bergejolak juga birahiku. Kadang-kadang kalau beronani aku membayangkan bermesraan dengan Runi..
Pembagian rapor semester pertama , rapor Runi kebakaran, alias banyak merahnya dibanding angka biru.
Orang tuanya sibuk mencari guru les, sampai Runi pun diikutkan Bimbel. Sekitar 3 bulan berjalan, tidak ada perubahan. Nilainya tetap saja jelek, kecuali PR yang jawabannya dariku.
Suatu hari ketika seperti biasa Seruni minta dibuatkan PR, dia minta aku menjadi guru lesnya. Aku merasa kurang percaya diri menjadi gurules, kan kami sama-sama kelas 1, dan aku sama sekali belum pernah terpikir ngajari les. Namun Seruni terus merajuk, sampai-sampai ketika pulang sekolah aku digamit ibunya yang menjemput memintaku sungguh-sungguh menjadi guru les Runi.
Sebetulnya aku mau sih, tetapi terus terang aku malu kalau memberi les Seruni. Setelah kupikir-pikir karena tidak punya kata-kata menolak permintaan mereka, Aku menyetujui, tetapi lesnya di rumahku . Aku tidak mempersoalkan bayaran, bahkan pada awalnya aku tidak mau dibayar, tetapi ibunya bersikeras akan memberiku honor mengajar.
Sebulan sudah Seruni mulai belajar rutin ke rumahku. Aku menetapkan lesnya dua kali seminggu. Pada bulan kedua Runi mulai tidak taat waktu les, kadang-kadang seminggu dia bisa datang sampai 4 kali. Aku agak segan juga menolaknya, karena ibunya memberiku honor yang lumayan besar bagi ukuran aku sebagai bocah 12 tahun. Sebetulnya rumahku kurang nyaman untuk memberi les, karena sempit dan tidak ada ruang khusus, kecuali di meja makan.
Itulah sebabnya aku akhirnya mengalah mau memberi les ke rumah Seruni. Rumahnya tidak terlalu jauh. Jika kutempuh dengan bersepeda hanya sekitar 15 menit.
Ibunya senang ketika akhirnya aku mengalah mau memberi les ke rumah Runi. Pasalnya selama Runi les denganku nilai ulangannya membaik. Padahal aku tidak punya persiapan apa-apa mengajari Runi. Mungkin karena kami sebaya, jadi bahasanya mudah dimengerti.
Pengamatanku, Runi sebenarnya tidak bodoh-bodoh kali. Dia hanya kurang mampu berkosentrasi kepada pelajaran. Keakrabanku dengan Runi jadi semakin dekat. Bahkan Ibunya membolehkan Runi belajar di kamarnya yang ber AC. Harap dimaklumi bahwa belajar di kamar ber AC berarti pintu harus dalam keadaan tertutup.
Runi yang memulai sehingga kalau kami berdua aku menjadi agak tegang. Dia sering memelukku dari belakang, sehingga kedua buah dadanya terasa betul menekan punggungku.
Keseringan dia menggelendotiku dari belakang lama-lama keberanianku muncul juga.
Aku membalasnya memeluknya dari belakang. Tanganku otomatis menekap kedua bongkahan susunya yang membusung. Anehnya Runi tidak keberatan kutangkup teteknya. Dia malah menyandarkan kepalanya ke bahuku. Tanganku tidak tinggal diam. Kuremas-remas. “Ryan jangan kerasa-keras sakit tau,” katanya ketika kuremas dadanya. Aku memang belum pernah memegang tetek perempuan, apalagi meremasnya. Jadi aku melakukan gerakan menuruti nafsuku saja. Tanganku dibimbingnya agar melakukan remasan dengan gerakan lembut.
Penisku tegang sekali ketika aku meremasi teteknya, meskipun masih tertutup baju dan BH. Namun sensasi lembutnya tetek sangat merangsangku.
Sejak pertama kali aku berani memegang teteknya aku jadi keterusan setiap kali waktu les aku selalu mendapat kesempatan meremas tetek. Kalau tidak aku yang memulai , Runilah yang memulai.
Pada waktu itu aku belum paham mencyumbu mesar seorang cewek. Jadi kadang-kadang aku meremas tetek Runi begitu saja tanpa ada pemanasn.
Jika aku memberi les, ibunya tidak selalu berada di rumah. Pembantunya tidak pernah mau naik ke atas ke kamar Runi tempat aku memberi les.
Kalau ibunya pergi kami merasa lebih bebas, sehingga ketika aku diminta 4 kali datang dalam seminggu, yang kadang-kadang dia minta aku datang hari minggu, sama sekali aku tidak keberatan, karena di angan-anganku hanyalah tetek Runi.
Suatu hari aku lupa, kapan tanggalnya, Rumahnya sepi karena hanya Runi dan pembantunya yang ada di rumah.
Ketika aku datang, pembantunya yang membukakan pintu menyuruh aku langsung ke kamar Runi di atas. Seperti biasa aku langsung membuka pintu kamarnya. Runi sedang tidur tergolek miring sambil memeluk guling. Hari itu kuingat dia mengenakan kaus oblong warna kuning tua dan celana pendek putih. Mulanya aku agak kesal juga, karena aku tadi buru-buru naik sepeda dan hujan mulai rintik-rintik. Eh sesampainya disini, anaknya neak-enakan sedang tidur.
Runi tidak mengetahui aku masuk kamarnya. Dia tetap tidur. Aku pun tidak memanggil =manggil. Kuperhatikan tubuhnya dari samping sangat mempesona, pahanya putih dan gumpalan teteknya yang biasa aku pegang melembung ketekan guling. Ada ruang di pinggir tempat tidur, untuk aku ikut berbaring di situ. Aku yang mulai terangsang ikut rebah miring dan tanganku langsung meremas teteknya. Ada rasa beda kali ini, Teteknya terasa lebih kenyal dan tidak terasa ada BH yang menghalangi. Aku jadi makin semangat meremas-remas teteknya meski cuma sebelah kanan saja. Sebelah kirinya tidak terjangkau. Runi tidak bangun juga dan aku makin semangat meremasnya. Tidak puas meremas dari luar kaus, tanganku menyelinap masuk ke dalam kaus dan langsung menemukan bongkahan teteeknya yang hampir tak muat di telapak tanganku. Rasanya kenyal sekali dan lembut. Tanganku bingumg meremas- remas, sampai akhirnya Runi mengubah posisi telentang sehingga kedua teteknya makin tersedia untuk kuremas. Aku tidak peduli, Runi terbangun apa tidak. Kedua teteknya bergantian kuremasi sampai akhirnya aku terdorong untuk melihatnya. Aku bangkit . dalam posisi duduk aku angkat kausnya keatas sampai ke lehernya. Menjulanglah dua bongkahan susu yang memang cukup besar.
Runi meraih leherku dan ditariknya ke dadanya. Aku tidak tahu apa maksudnya, tetapi mungkin naluri saja, sehingga aku menciumi teteknya dan menjilati pentilnya. Seingatku, Runi tidak mempunyai pentil susu. Pentilnya seperti terbenam. Jadi aku jilati dan sedot-sedot bagian yang agak memerah muda itu sampai akhirnya ada tonjolan kecil. Nafas Runi terasa terengah-engah. Nafsuku pun makin memuncak.
Puas aku menjelajahi seluruh tetek besarnya sampai akhirnya bosan juga. Entah mengapa rasa ingin tahuku mendorong aku untuk melihat kemaluannya. Tanpa meminta izin dan berkata apa pun aku tarik celana pendeknya ke bawah. Runi diam saja malah dia membantu memudahkan kan . Sekali tarik, celana dalamnya ikut tertarik sampai lutut. Belahan rapat yang mulus menggunduk dan belum ada bulu sama sekali. Tanganku seperti ada yang membimbing langsung menerobos celah rapat itu. Terasa berlendir di dalam celah itu. Jari tengahku mengorek-ngorek lubang kecil yang ada di bawah. Tiba-tiba tangan Runi mencegahku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang. “ Sakit,” katanya. Akhirnya aku memuaskan diri melihat belahan memeknya dan menggosok-gosok celah memek yang berlendir itu. Stiap kali kugosok, Runi menggelinjang. Semakin cepat aku gosok, semakin cepat pula gelinjangnya sampai akhirnya dia mengatupkan kedua pahanya dan tanganku dicegahnya bergerak. Jari-jariku merasa denyutan di sekitar memeknya.
Runi kemudian pasrah ketika celananya semua aku lepas dan aku kangkangkan kedua belah ahanya lebar-lebar. Aku dibiarkannya melakukan observasi melihat belahan memeknya yang kelihatan memerah. Bentuknya aneh banget memek ini, tidak ada keindahan menurutku, karena belahan dari depan nyambung ke belahan pantat di bagian memeknya hanya ada gelambir-gelambir yang bentuknya tidak menentu, Kubuka-buka sampai terlihat lubang kecil sedikit di atas lubang pantatnya.
Nasuku sudah diubun-ubun. Aku segera membuka celana ku sampai penisku mencuat. Aku merangkak di atas Runi dan mencoba mencolokkan kepala penisku ke lubang kecil itu. Sulit sekali dan sepertinya tidak mungkin bisa masuk, karena seret. Berkali-kali kepala penisku meleset. “ Seruni merintih agar aku melakukan pelan-pelan, karena agak sakit katanya. Aku hampir putus asa mencoba memasukkan penisku ke lubang memeknya. Tangan Runilah yang kemudian membantu dengan memegang penisku dibimbingnya menuju gerbang memek. Runi lalu memberi instruksi agar aku menekan pelan-pelan. Ternyata penisku bisa masuk kepalanya. Runi sambil meringis terus mengarahkan ku agar menekan per lahan-lahan. Terasa sekali penisku dijepit memeknya dan terasa pula bagian dalam memek hangat.
Aku sama sekali buta soal keperawanan, sehingga karena itulah ketika terasa sebagian penisku sudah masuk, aku tidak sabar dan penisku ku tekan kuat untuk masuk lebih dalam. Runi sempat berteriak lirih dan di matanya tampak meleleh air mata. Aku tidak peduli karena merasa penisku berhasil masuk penuh ke dalam memeknya. Nikmatnya luar biasa dan belum pernah aku membayangkan kenikmatan seperti itu. Akibatnya aku tidak mampu menahan dorongan ejakulasi, sehingga kulepas saja tembakan air maniku di dalam memeknya. Kenikmatan luar biasa yang kemudian membuatku terasa lemas. Aku tetap bertahan menindih Runi, karena ketika akan kukeluarkan penisku, Runi menahan pantatku, sakit katanya.
Aku membiarkan penisku tetap terbenam di dalam memeknya. Seingatku waktu itu aku langsung menegang lagi, karena rangsangan yang demikian besar, apalagi aku melihat bongkahan tetek besar di bawahku dan penisku masih terjepit memek. Aku mencoba menarik pelan-pelan penisku, terasa agak licin, lalu kudorong lagi, rasanya lancar. Maka aku melakukan gerakan maju mundur. Rasanya nikmat sekali, jauh lebih nikmat dari onani. Wajahku ditarik Runi dan bibirku diciuminya. Aku baru sekali itu berciuman, sehingga tidak tau harus memberi respon semacam apa. Aku mengikuti naluri saja melakukan ciuman di mulut seruni. Di bawah sana aku terus menggenjot dan rasanya lubang seruni makin lancar dan dia tidak kesakitan lagi. Kali ini aku merasa cukup lama menggenjot Seruni sampai akhirnya mencapai ejakulasi. Aku membiarkan penisku tetap tenggelam setelah ejakulasi, sampai akhirnya keluar sendiri karena penisku akhirnya menyusut.
Kuperhatikan di pelahan memek Seruni meleleh air maniku dan ada yang berwarna agak mereh seperti bercampur darah. Seruni menarikku berbaring di sampingnya dan dia tidur memeluk diriku. Aku masih terheran-heran dengan pengalamanku yang barusan. Rasanya pengalaman ini ingin kuceritakan kepada setiap orang. Tapi kemudian aku berpikir, bahwa cerita ini bisa membuatku malu menjadi ejekan teman-teman. Sedangkan jalan berdekatan saja di sekolah sudah di ejak-ejek pacaran, Itu membuat kami malu sekali.
Memikirkan pengalaman yang barusan membuat penisku bangun lagi, dan entah kenapa aku jadi ingin merasakan memek Seruni kembali. Tanpa basa basi kunaiki tubuh Seruni dan aku mengarahkan penisku memasuki celah memeknya. Kali ini terasa lebih mudah, Penisku langsung terbenam, dan aku langsung menggenjot. Nikmat kembali menjalari seluruh tubuhku dan aku melakukan gerakan cepat, karena memang rasanya nikmat sekali. Aku ingat permainanku itu cukup lama sampai aku mendapat orgassme. Kuingat juga di tengah jalan Runi sempat merangkulkan kakinya ke pinggangku dan dia mencegahku bergerak. Penisku terasa terjepit-jepit oleh cenutan memeknya. Setelah dia melonggarkan kekangan aku kembali menggenjotnya sampai akhirnya aku melepaskan spermaku di dalam memeknya. Kali ini terasa seluruh tubuhku lemas sekali dan terasa ngantuk.
Mungkin aku sempat tertidur sebentar, karena kemudian dibangunkan Seruni yang kulihat dia sudah berpakaian rapi. Aku buru-buru memakai bajuku dan merapikan diri. Kulihat ada bercak merah bercampur air maniku di sprei Runi.
Hari itu tidak ada les, karena hari sudah mulai gelap dan aku buru-buru minta izin untuk pulang.
Di perjalanan aku tersenyum-senyum sendiri mengenang pengalamanku yang barus.
Setelah itu kami selalu melakukan hubungan setiap kali situasi dirasakan aman. Mungkin Seruni tergolong cewek yang Hiper, kalau aku bosan, dia selalu kalau main minta berkali-klai sampai aku tak mampu menegangkan penisku setelah main beberapa ronde.
Aku dipertahankan Runi dan keluarganya menjadi guru les. Kebetulan sejak belajar denganku prestasinya di sekolah membaik. Paling tidak, angka merah di rapor sudah tidak ada lagi. Aku menjadi pasangan sex Runi sampai kami kelas 3. Sekarang ketika mengenang kejadian itu, kau bergidik, bagaimana kalau sampai dia hamil. Tapi nyatanya memang dia tidak hamil meski aku melepas maniku semaunya di dalam memeknya

1 komentar:

  1. I'm Sonja McDonell, 23, Swiss Airlines Stewardess with 13 oversea towns, very tender with much ideas, also in emergency cases in my wonderful job. It's not easy in Indonesia for girls, who search lesbian girls, even when they're very beautiful & intelligent. We've some cells in our brains, which so called normal girls don't have & it doesn't depend on the religion. These cells become active in the early puberty & they're sent then at & inside our sensitive body parts. They can never be erased. I had my few surprising experiences in the Travel hotel in Jakarta & in the Antares hotel in Medan, when I discussed with some girls, who weared very cheeky clothes. I met them in the shopping malls, when they looked & smiled at me. They all were very shy, when we undressed us. But then really 'thirsty' during the whole night & the last girl in Medan did also things with me, which are rather unusual between girls & she came always after her work in the Juki mall. I'll surely spend my next vactions again in the beautiful Indonesia.
    With love
    sonjamcdonell@yahoo.com

    BalasHapus